Lebih Keren

Tunggangan Besi Jokowi Terkesan Lawas Namun Trendy, Tapi Awas Ada Peraturan Menanti

Berangkat dari sebuah bengkel di kawasan Lebak Bulus bernama Elders Garage, motor nyentrik beraliran Chopper hasil modifikasi dari motor Royal Enfield Bullet 350 cc diberangkatkan menuju Istana Bogor. Pemilik barunya adalah orang nomor satu di Indonesia, yakni Bapak Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama Jokowi. Dirinya mengakui kepincut dengan motor tersebut saat dipamerkan di Istana Presiden Bogor pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, Oktober 2017 lalu.

Motor ini merupakan hasil modifikasi kolaborasi antara Elders Garage dan Kickass Choppers. Sempat dipamerkan di Jepang dan dibandrol dengan harga 150 juta, motor ini dibeli Jokowi dengan harga lebih murah 10 juta, yakni 140 juta! Apakah motor Chopper akan laku dipasaran seperti halnya jaket bomber yang dikenakannya? Bisa saja. Tapi alangkah baiknya Bung mengetahui seperti apakah motor yang diberi nama EG X KAC 01 RI 1 ini dari segi mesin, spesifikasi dan kelayakannya menurut hukum.

Berangkat Dari Modifikasi Motor Pabrikan Inggris Yang Memiliki Kekuatan 350cc

Sumber : Gastankmagazine.com

Modifikator bak sebuah seni yang selalu berjalan untuk mencari estetika, hal ini sama halnya dengan modifikasi motor asal Inggris, Royal Enfield, yang baru saja dibeli Presiden Indonesia. Mesin bawaan yang ditanamkan dalam motor ini menggunakan silinder tunggal dengan busi ganda, yang  berkapasitas 346cc. Ya sangat mendekati 350cc Bung.

Selain itu pengapian bahan bakar  juga masih bersifat konvesional Bung, dengan menggunakan karburator vakum UCAL 29 mm, kapasitas tangkinya pun dapat menampung 13,5 liter bensin. Tapi dari segi berat, motor ini lebih berat dibandingkan motor Jepang yang memiliki kapasitas 250cc. Padahal secara teori kalau dilihat motor ini seharusnya tidak seberat yang diduga. Ternyata meskipun ramping, motor Royal Enfield Bullet memiliki berat 187 kilogram.

70% Sudah Dimodifikasi, Motor Pak Presiden Sudah Rapi

Melakukan modifikasi tentu saja merubah dari bentuk asli ke bentuk baru dan lebih unik. Motor Chopper Jokowi sendiri  sudah dimodifikasi secara utuh, 70% komponen yang ada di motor tersebut benar-benar baru. Hanya menyisahkan 30% saja yang masih bawaan aslinya seperti mesin, tromol dan juga ban. Lebih salutnya lagi Elders Garage dan Kickass Choppers ini sisa pengerjaannya dibuat dengan tangan (hand made).

Tampilan perubahan tersebut secara tampak bisa dilihat dari foto. Sedangkan untuk kapasitas mesin sendiri dapat menghasilkan tenaga 19.8 BHP pada 5.250 RPM dan torsi 28NM pada 4.000 RPM. Motor ini mampu menghasilkan tenaga setara Yamaha R15 dan Suzuki GSX -R150 lho, yang dapat menghasilkan tenaga hingga 19,3 hp. Motor yang tenaga mesinnya mencapai angka tersebut, dapat dengan mudah meraih kecepatan 100 kilometer per jam Bung.

Gaya Amerika Didaulat Menjadi Influence Buat Motor Berbalut Emas Ini

Sumber : BBM.com

Aliran modifikasi ini berkembang pada tahun 1960-an di Amerika Serikat sebagai imbas dari film Easy Riders yang dirilis tahun 1969. Karena gaya ini sangat akrab bagi tubuh orang Amerika yang memang tinggi besar, tentu sangat tidak cocok apabila digunakan untuk orang Asia yang memang badannya kecil. Untuk menyiasatinya founder dari Elders Garage, Adrianka seperti yang dilansir Tempo.co menyatakan, kalau dulu ada rekan beliau yang ingin membuat Chopper yang pas untuk orang Asia.

Berawal dari ide tersebut, bengkel kustom culture tersebut merubah bentuknya agar cocok digunakan untuk orang Asia. Terlebih lagi lewat mesin Royal Enfield yang irit, motor ini dapat dipakai harian karena biasanya motor modifikasi hanya digunakan untuk akhir pekan. Bahkan Adrianka juga meyakini kalau motor Chopper buatan Elders Garage dan Kickass Chopper tersebut sangat pas untuk Jokowi.

Mungkin Atau Tidak Ya Kalau Dibawa Berpetualang Darat Hingga Papua?

Sumber : Liputan6.com

Jokowi sempat berceletuk soal motor yang baru dibelinya tersebut untuk dipakai touring menuju Papua. Namun rasanya sulit kalau membawa motor tersebut untuk berjalan jauh bahkan sampai menyebrangi lautan, seperti menuju Papua. Salah satu alasannya motor ini tidak cocok untuk dipakai ngebut lantaran motor ini akan bergetar apabila dibawa dengan kecepatan 80 km per jam. Dengan demikian, membawa motor ini buat touring sepenuhnya di jalanan pun bakal urung terlaksana. Gimana menurut Bung?

Ada Sebuah Aturan Yang Menyangkut Soal Modifikasi, Bagaimana Kabar Motor Pak Jokowi?

Sumber : Genmuda.com

Lalu bagaimana aturan yang menyangkut soal modifikasi motor Bung? Terutama perihal aturan yang tertulis dalam pasal 50 UU LLAJ (Lalu Lintas Angkutan Jalan). Bahwa setiap modifikasi kendaraan bermotor wajib mengikuti uji tipe, seperti beberapa aspek yang dipertimbangkan adalah pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan layak jalan. Lantas bagaimana persoalan tersebut ya Bung?

Secara kasat mata saja motor Jokowi hanya dilengkapi satu spion, dengan tidak dilengkapi lampu belakang juga knalpot yang bukan bawaan asli, yakni knalpot racing. Berdasarkan UU LLAJ (Lalu Lintas Angkutan Jalan) ada batasan untuk suara knalpot dimana kebisingan ditetapkan oleh satuan desibel. Maka dari itu pengujian terhadap kelengkapan kenderaan jelas diperlukan. Meski begitu, Jokowi tentu sudah paham akan peraturan tersebut, pasti dia akan memenuhi segala kekurangan yang tertera sesuai di dalam pasal.

 

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Keren

Pengalaman Kami Menjajal Seminggu Pergi Kerja Pakai Royal Enfield

Sewaktu mengutarakan niat untuk mencoba menggunakan motor Royal Enfield sebagai kendaraan ke kantor, sebagian rekan sejawat sempat mempertanyakan mengenai niat ini. Pasalnya rute yang akan ditempuh tak kurang dari 25 kilometer yang membentang dari Tangerang Hingga ke Warung Buncit Jakarta.

Bukan cuma urusan jarak, namun jalan itu memang masuk kategori jalur “neraka”. Sumber macet mulai dari pasar hingga tempat mangkal angkot harus dilalui. Jelas sebuah jalur yang sekilas lebih cocok dilintasi menggunakan motor matic dengan kapasitas mesin mini.

Sementara pilihan kami jatuh pada Royal Enfield (RE) Classic 500. Motor yang mungkin biasa dibawa untuk sekedar sunmori di minggu pagi yang lengang. Atau malah seringnya ditunggangi santai di jalur luar kota nan asri.

Namun kami bergeming, karena niat menjajal sudah sampai diubun-ubun. Ini yang kami dapatkan setelahnya.

Menerabas Macet Dengan Bobot Bongsor Memang Tantangan Tersendiri

Urusan bobot memang jadi hal pertama yang ingin kami ceritakan. Pasalnya bobot RE 500 ini memang tak main-main. Berat kosongnya mencapai 190 Kg. Jangankan untuk mereka yang terbiasa bawa motor kecil, buat penunggang motor gede tipe sport sekalipun tentu akan sedikit terkejut dengan angka ini.

Sebagai gambaran motor macam Ducati monster misalnya hanya punya bobot 160 Kg. Sementara CBR yang kapasitasnya mencapai 1000 cc saja beratnya hanya berkisar diangka 180 Kg.

Dengan bobot macam ini, walhasil menerabas macet jadi tantangan tersendiri. Kondisi stop and go dan sesekali ingin menyelip di tengah kemacetan urung kami lakukan karena khawatir tak kuat menahan motor yang harus dimiringkan. Ditambah lagi setang RE yang lebar membuat aksi meliuk-liuk tak bebas dilakukan.

Kami sempat pula beberapa kali berhenti di jalan menanjak. Mencoba menahan motor tanpa rem jelas jadi perbuatan sia-sia. Mencoba secara cepat mengatur gas dan melepas rem di tangan juga tak banyak membantu. Karena itu perlu untuk melatih konfigurasi perpindahan rem di tangan, tuas gigi dan kembali ke rem kaki jika sempat tertahan di jalanan macet yang menanjak.

Mesin Konfigurasi Lawas, Punya Suara Super Sexy Yang Menarik Perhatian

Secara kapasitas mesin, ruang bakar Royal Enfield yang notabene “hanya” 500 cc memang belum besar-besar amat. Namun karena modelnya yang slinder tunggal dengan sirip pendingin udara bikin mesin motor ini terlihat sangat besar.

Uniknya lagi konfigurasi mesin ini memang dirancang serupa dengan mesin lawas milik Royal Enfield jaman dulu. Overstrokenya dibuat panjang berkompresi rendah hanya 8,5:1 dengan mekanisme klepnya masih menggunakan pushrod.

Hasilnya suara mesin yang dihasilkan super seksi. Dalam kondisi stasioner, dentuman ngebass dari mesin 500 cc tersebut serupa helaan napas satu-satu dengan RPM yang sangat rendah. Bagi pengguna awam pastinya selalu ingin menaikan putaran gas jika menaiki Royal Enfield Classic 500 ini, karena suaranya dicurigai seperti akan mati.

Tapi sebetulnya tak perlu khawatir soal mesin mati karena jeroan milik Royal Enfield Classic 500 ini sudah tergolong modern. Pengapiannya bahkan menggunakan tipe twinspark alias businya ganda. Sementara pengabutan bensinnya sudah menganut sistem injeksi.

Uniknya masih ada tuas cuk di setang kiri, jadi injeksinya belum dibekali auto idle up. Saat pagi hari biar mudah menyala, pilihannya aktifkan cuk atau buka gas sedikit, kalau cuma pencet tombol starter mesin susah hidup. Kami juga menjajal menyalakan mesin besar ini dengan engkol kaki. Hasilnya? Ternyata tak sesulit yang dibayangkan.

Dengan mesin macam itu, meski Royal Enfield yang kami gunakan knalpotnya masih dalam kondisi standar, suara yang dihasilkan itu cukup membuat pengguna jalan lain melirik. Dan tak hanya dalam kondisi stasioner saja kami jadi objek menarik. Karena begitu gas dibuka, suara mesinnya tedengar berderu keras yang jelas menyita perhatian.

Motor Nyaman Memang Untuk Dibawa Santai

Bagaimana performanya? Motor ini memang bukan untuk dibawa berakselerasi. Daya maksimalnya hanya mencapai 27.2 bhp yang diperoleh pada 5.250 rpm. Kendati begitu torsinya lumayan besar 41.3 Nm pada 4000 rpm. Dikombinasi dengan napas transmisi gigi yang panjang.

Pengalaman kami membawa motor ini di tengah kemacetan memang butuh perhatian ekstra. Kita harus menemukan ritme yang tepat untuk membuka gas secara halus agar motor tak segera loncat karena torsi yang besar tadi.

Di luar itu, layaknya konfigurasi motor jadul, RE Classic 500 ini terasa sangat bergetar jika gas dipuntir agak dalam. Tentunya ini jadi tantangan sekaligus sensasi tersendiri karena di tengah padatnya lalu lintas Jakarta, kita sering kali harusmembuka gas lebih besar untuk menyalip kendaraan di depan. Walhasil tangan harus terbiasa menahan getaran.

Tapi memang RE seperti diniatkan untuk dibawa lebih santai dan tidak terburu-buru. Bukan tipikal motor bagi mereka yang gemar tarik gas. Coba saja liat posisi duduknya tergolong sangat santai. Kombinasi setangnya yang menjorok dekat ke pengendara dengan footstep yang posisinya sedang tak terlalu maju atau mundur, hasilnya paha cukup rata dan betis lurus. Santai banget!

Bicara handling, kombinasi sasis dengan suspensi depan 35 mm dan sokbreker belakang dengan 5 tingkat setelan preload ternyata sangat nyaman. Stabil banget dan nurut ketika diajak belak-belok, namun tetap empuk ketika melindas jalan rusak atau speed trap, guncangan yang terasa di setang, jok dan footstep terasa minim, racikannya pas! Kenyamanan ini makin maksimal dengan adanya per di jok pengemudi layaknyaa motor perang jaman dulu.

Bagimana konsumsi bensinnya? Dengan rasio kompresi 8,5:1, dikasih Pertalite beroktan 90 sudah lebih dari cukup. Dipakai harian di Jakarta dan sekitarnya, konsumsi bensinnya ternyata tergolong cukup irit untuk motor 500 cc, dari hasil pengukuran diperoleh angka rata-rata 24 km per liter.

Namun menggunakannya selama seminggu memang menyimpan PR tersendiri untuk urusan bensin ini. Pasalnya RE Classic 500 ini tidak memiliki jarum indikator bensin. Jadi meski ada lampu peringatan bensin akan habis, tetap saja pengendara harus kerap menggunakan feeling kapan harus isi bensin. Lumayan membuat degdegan ketika lampu tiba-tiba menyala di kemacetan sementara pom bensin masih jauh.

Jelas Tak Menolak Jika Melanjutkan Lebih Dari Seminggu

 

Kesimpulannya kami tak menolak melanjutkan menggunakan motor ini untuk harian. Setidaknya penggunaan rutin beberapa hari perminggu. Sebab Royal Enfield Classic 500 ini memang obat ajaib untuk mengusir kebosanan di tengah kemacetan jalanan Jakarta. Bentuknya yang klasik dan gagah dengan mesin besarnya membuat kami harus melayani sejumlah pertanyaan pengendara lain ketika di jalan raya atau ketika berhenti parkir. Jadi membawa motor ini untuk digunakan harian, berarti pula harus terbiasa dikomentari:

“Motornya sangar mas” ujar beberapa orang yang kami temui sambil mereka memberi jempol tanda penghormatan.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top