Lebih Tahu

Panasnya Menjadi Jawara Liga Inggris

Persaingan tim-tim terbaik Inggris untuk mendapatkan gelar juara di musim 2017/2018 semakin panas. Terlebih lagi persaingannya yang terjadi sampai ke pekan-23 ini, menyajikan pertarungan dan adu taktik yang semakin menarik. Adapun sang pemuncak klasemen, Manchester City, baru saja merengkuh kekalahan pertamanya saat bertandang ke Anfield. Liverpool menggempur skuad Pep Guardiola dengan skor 4-3. Hasil ini menjaga asa para pengejar tahta lainya seperti Manchester United, Chelsea, dan juga Tottenham.

Kekalahan Manchester City tidak membuat mereka tergeser sebagai pemuncak klasemen. Vincent Kompany Cs masih kokoh dengan selisih 15 point dari para pesaingnya, terutama sang rival Manchester United, Liverpool dan juga Chelsea. Nampaknya, musim kali ini memang susah ditebak Bung, karena banyak yang mengatakan kalau Manchester City dapat dengan mudahnya menjadi juara. Namun dengan kekalahan pertama ini bisa saja meruntuhkan mental pemain sehingga peluang City untuk kembali terpeleset dari atas sangat memungkinkan Bung. Terkecuali, Pep Guardiola dapat membangkitkan kembali semangat para punggawanya.

Persaingan Semakin Sengit, Hingga Poinnya Pun Hanya Beda Sedikit

Sumber : Bolamotion.com

Persaingan panas Liga Inggris tidak dapat dilihat hanya pada posisi pertama dan kedua. Akan tetapi, lihatlah dari posisi pertama hingga kelima bahkan ketujuh. Perbedaan poin dengan sang pemuncak memang terlampau jauh dan sangat susah untuk diburu. Tetapi sampai ke pekan-23, Manchester United, Liverpool dan Chelsea merengkuh poin yang sama yakni 47 poin! Tak ada kata lain, selain meraih poin penuh atau kemenangan di pekan selanjutnya. Karena sekali kalah bisa bergeser ke papan bawah.

Sedangkan dua tim London lainnya, Tottenham dan Arsenal menyusul dengan 44 point dan 39 point Bung. Persaingan ke tangga juara menjadi lebih panas, bahkan rebutan lapak untuk berada di Liga Champions tahun depan juga menjadi perburuan. Karena menjadi tim penghuni Liga Champions juga sesuatu yang prestise. Bahkan, menjadi jawara Eropa seperti Liga Champions, lebih bernilai dari pada menjadi jawara di liga lokal. Jadi persaingan menjadi juara dan mengamankan lapak untuk bisa berada di Liga Champions akan semakin sengit.

Jadwal Padat Mengganggu Perburuan Liga Inggris yang Semakin Taktis

Sumber : Famousface.us

Jadwal yang padat juga dialami tim-tim Liga Inggris ketika harus menggeluti babak 16 besar Liga Champions yang akan dihelat di bulan kedua 2018. Walaupun tak semua tim, tapi dari 5 tim yang melaju ke babak 16 besar adalah nama-nama penghuni papan atas Bung. Tak pelak, pengaturan jadwal latihan, jadwal bertanding dan waktu istirahat yang proporsional harus diatur dengan baik. Terutama bagi Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Tottenham.

Melaknoi jadwal yang padat, sekaligus lawan yNG berat menjadi penghalang bagi beberapa tim-tim untuk fokus menjadi jawara. Namun, kalau bisa merengkuh dua sekaligus kenapa tidak? Otomatis setiap tim bersikukuh untuk meraih gelar juara Liga Inggris dan Liga Champions, tanpa melupakan piala liga. Apa lagi bagi tim seperti Manchester City dan Tottenham yang belum pernah sama sekali meraih trophy tersebut. Malu Bung! Tim sekelas Notthingham Forest saja sudah dua kali mendapatkannya. Bahkan Aston Villa, sudah pernah menyicipinya pada tahun 1982.

Arsenal Dapat Terlempar Dari Perburuan Jawara Liga Inggris

Sumber : Standart.uk

Dari beberapa tim yang meramaikan perburuan Liga Inggris, notabene memang langganan tiap tahunnya. Hanya nama Arsenal yang kurang begitu konsisten. Tim asuhan Arsene Wenger memang sudah menjadi bahan olok-olokkan beberapa akun sosial media sepak bola. Pada pekan ini saja The Gunners baru saja kalah 2-1 dari tim peringkat 13, AFC Bournemouth.

Berada di peringkat 6 dan hanya mampu mengkoleksi 39 point, membuat Arsenal ketar-ketir, karena mereka bisa saja disalip oleh Bunrley dan Leicester City. Kalau untuk menggeser Tottenham rasanya sulit. Inkonsistensi penampilan yang ditunjukan Arsenal nampaknya belum bisa ditangani oleh pelatih yang baru saja meraih penampilan terlama dalam hal mendampingi sebuah tim di Liga Inggris, mengalahkan Sir Alex Ferguson di angka 811 laga.

Manchester City; Tak Terkejar Tapi Dapat Terjegal

Sumber : Squawka.uk

Memuncaki klasemen dengan selisih 15 point dari para pesaingnya. Membuat City sebenarnya dapat melenggang dengan santai menjadi juara, asalkan dapat menjaga top performa di setiap pekannya. Namun rasanya itu merupakan hal yang sulit, sebab setiap pertandingan tim harus menargetkan kemenangan. Menelan kekalahan pertama, bisa menjadi sebuah motivasi atau juga penurunan. Sebagai tanda kalau City mulai kelelahan.

Karena pada pekan-pekan berikutnya City masih harus menghadapi beberapa lawan berat seperti Chelsea, Manchester United, Tottenham dan Arsenal. Tim-tim tersebut merupakan calon  lawan yang dapat mengandaskan obsesi City untuk tetap berada di puncak. Belum lagi, beberapa tim kuda hitam yang mampu menggebrak skuad Pep Guardiola, tentu tidak boleh diremehkan.

Juga Kegagalan Manchester City Mengulang Prestasi Arsene Wenger

Sumber : Talksport.uk

Hampir saja Manchester City dapat mengulangi kesuksesan dari Arsenal ketika menjuarai musim 2003/2004 tanpa mengalami kekalahan satu pun di Liga Inggris. Dengan skuad yang menakutkan kala itu, dimana terdapat Thierry Henry, Robert Pires, William Gallas, Patrick Vieira, Ashley Cole, Fredrik Ljunberg dan Dennis Bergkamp. Arsenal mengemas 90 point dari 38 pertandingan dan hanya 12 kali seri. Banyak yang beranggapan bahwa Manchester City dapat mengulangi torehan Arsenal. Namun, Liverpool mengubur mimpi mereka dalam-dalam untuk mengikuti jejak kejayaan Arsenal. Alhasil, Arsenal di tahun tersebut dijuluki sebagai Invicible.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Kisah

Emanuel Eboue, Bek Sayap Yang Tak Lagi Terbang

Entah kesialan apa yang menimpa mantan bintang Arsenal dan Galatasaray, Emanuel Eboue, Kehidupan glamor yang sudah akrab dengan dirinya tiba-tiba menghilang. Bermula dari hukuman FIFA kepadanya lantaran tak membayar hutang kepada mantan agennya. Hal itu merubah hidup Eboue 180 derajat. Ia menjadi orang yang sangat kekurangan. Padahal semasa berseragam Arsenal dan Galatasaray, gaji berseri tujuh digit menjadi pemasukan Eboue setiap bulan.

Sederetan kasus yang menimpa dirinya membuatnya jadi hidup luntang-lantung bak tunawisma. Rumah kesayangannya di London Utara, harus disita di pengadilan. Terkadang ia masih tinggal di rumahnya walaupun rasa takut ada ketika polisi datang dan menyuruhnya keluar. Untungnya ia masih memiliki teman Lomana LuaLua, mantan pemain Newcastle United, yang bersedia disinggahi rumahnya. Karena takut untuk merepotkan teman, Eboue pun mengakui kalau ia tidur di atas lantai. Kasihan sekali ya bung.

Kembali Merumput Di Liga Inggris Hanyalah Mimpi, Karena Sunderland Memutus Kontrak Dalam Waktu 22 Hari

Sumber : Dailymail.com

Setelah masa kontraknya habis dengan Galatasaray. Pada pertengahan tahun 2016 ia pun mendapatkan pinangan dari tim liga Inggris, Sunderland. Namun naas, tim yang memiliki julukan The Black Cats ini memutus masa kontrak yang baru berumur 22 hari, lantaran FIFA melarang pemain berkebangsaan Pantai Gading tersebut merumput di lapangan hijau karena tidak membayar hutang kepada Agennya, Sebastian Boisseau.

Kasus hutang Eboue dengan agen telah terjadi 4 tahun lalu. Eboue seharusnya membayarkan sejumlah uang (yang tak diungkapkan nominalnya) pada bulan juli 2013. Tapi pada September 2014 ia malah terkenda denda sebesar 21,650 poundsterling karena gagal memenuhi tuntutan. Karena dirundung hutang membuat Eboue dikenakan sanksi 1 tahun tak boleh aktif di dunia sepakbola.

Ditinggal Orang-Orang Tercinta Menjadi Sebuah Rangakaian Cerita. Padahal Raga Tak Mampu Lagi Menopang Jiwa

Sumber : Dailymail.com

Kesabaran Eboue tidak hanya diuji lewat karirnya di lapangan hijau, pada saat kondisi terpuruk skenario kehidupan membuat dirinya ditinggal orang tercinta. Pemain berusia 34 tahun ini harus merelakan ditinggal kakek, saudara dan istrinya. Sang kakek, Amadou Bertin, harus meninggalkanya lebih dulu karena penyakit kanker yang menderanya. Tidak jauh dari kepergian sang kakek, N” Dri Serge, saudara dari Eboue juga meninggal.

Masa berkabung yang dialami Eboue tak habis di situ saja. Kehilangan orang yang tercinta di saat karirnya yang kelam membuatnya kian tenggelam. Seharusnya ada orang yang memberikan suntikan support kepadanya agar ia bisa menata jiwa. Tak jauh dari kepergian kakek dan saudaranya, malah petaka yang ada, ketika sang istri  menggugat cerai. Keterpurukan kehidupan Eboue membuatnya kian nelangsa.

Aku Hanya Ingin Penyembuhan Dan Rasa Sayang. Bukan Perceraian Dan Kemiskinan

Sumber : Dailymail.com

Salah satu faktor yang membuat Eboue menjadi terpuruk adalah perceraian. Sang istri, Aurelie Bertrand, menggugat percaraian lewat pengadilan disaat tubuhnya sedang terbaring lemas di rumah sakit. Keputusan pengadilan pun bersikap tidak adil bagi Ebou. Karena semua aset pribadi jatuh ke tangan sang istri. Jatuh aset ke tangan sang istri membuat Eboue tak lagi memiliki harta. Bahkan ketiga anak hasil jalinan kasih Eboue dan Aurelie pun tidak diperkenankan bertemu dengannya, membuat dirinya semakin sengsara.

“Perceraian itu membunuhku. Saya tidak senang dengan hukum di Inggris karena sangat bias. Saya ingin Tuhan membantu saya dalam masalah ini. Saya ingin mengatakan bahwa apa yang hakim ini lakukan tidak adil,” ujar Eboue dilansir Panditfootball.

Aku Malu Dengan Kondisiku. Identitasku Harus Kututupi Apalagi Wajahku

Sumber : Dailymail.com

Kondisi sengsara membuat dirinya makin merana. Roda kehidupan berputar terlalu cepat dan skenario hidupnya pun, nggak bagus-bagus amat. Kecintaanya kepada Arsenal ternyata masih berbekas padahal telah dua kali berganti seragam. Pada saat laga Arsenal menjamu Everton bulan Maret 2017. Eboue ingin sekali menyaksikan mantan timnya berjuang. Namun sayang, ia tidak memiliki akses ke stadion dan setelah difikir berkunjung ke Emirates pun bukan ide yang bagus. Menonton di rumah lewat layar kaca pun tak disarankan. Karena layanan sky sport sudah tidak ada lantaran tak dapat membayar iuran bulanan.

Saking cintanya kepada Arsenal, melipir ke sebuah pub menjadi pilihan. Ia menyaksikan pertandingan disela-sela fans Arsenal. Saking malu akan kondisi yang dialami, ia tidak mau identitasnya diketahui dengan menutupi wajahnya dengan sebuah topi.

Masalah Datang, Kematian Menjelang. Akankah Bunuh Diri Menjadi Pilihan?

Sumber : Dailymail.com

Kondisi yang ditempa Eboue, bukanlah kondisi yang biasa. Permasalahan yang bertubi-tubi  dapat dipastikan menyerang psikologi dan kepribadian. Memang hal ini tak dapat diwajarkan, tapi bunuh diri tak ayal bakal menjadi sebuah pilihan. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini Eboue mengatakan kalau ia mempertimbangkan untuk mengakhiri hidup.

“Saya ingin Tuhan menolong saya. Hanya dia yang bisa membantu saya menghilangkan pikiran ini(bunuh diri). Kondisi ini sangat menyakitkan,” kata Eboue, dikutip dari Dailymail.

Pernyataan Eboue yang ingin mengakhiri hidup direspon cepat oleh Arsenal dan Galatasaray. Paham akan kondisi pemain yang sekarang jatuh miskin dan tak punya harta. Galatasaray menawarkan Eboue menjadi asisten pelatih di U-14 Galatasaray. Rasa iba Fatih Terim melihat mantan pemainnya. Sedangkan Arsenal masih ingin mengeksplore tentang apa yang mesti dilakukan untuk membantu mantan bek sayap The Gunners. Kondisi Eboue tak bisa dibiarkan, pertolongan akan membuatnya bangkit dari keterpurukan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Saudara Sekota Manchester Yang Sukses Buat Arsenal Gemetar Dan Juga Baper

Kemenangan 3-0 tanpa balas menjadikan Manchester City keluar sebagai juara Piala Liga Inggris 2018 atau Carabao Cup. Apa lagi yang mau dilihat dari Arsenal Bung? Entah kutukan atau memang Wenger mesti segera menyingkir dari Emirates stadium karena performanya yang tak kunjung menjanjikan dari musim ke musim. Atau memang Manchester City dibawah asuhan Pep Guardiola sedang matang-matangnya membangun dinasti Tiki-taka di tanah Britania Raya.

Kembali ke soal laga final yang dilakukan di stadion kebanggaan masyarakat Inggris yakni Wembley Stadium, Arsenal harus bertekuk lutut kala Sergio Kun Aguero, Vincent Kompany, dan David Silva membungkam jala yang dikawal oleh Peter Cech. Arsenal seperti tanpa perlawanan, bahkan bisa dibilang tak kuasa untuk melawan. Hal ini tentu menjadikan Arsenal pesakitan, karena bisa dipastikan tahun ini nihil gelar, ya kan Bung? Wahai The Gunners di mana pun kau berada, tidakkah kau selalu menjadi bahan olokan diantara teman-temanmu?

Wenger Kelabakan, Sampai Memarahai Wasit Soal Waktu Tambahan

Sumber : ESPN.com

Aduh, Bung pasti bingung juga bukan kenapa kekalahan Arsenal yang sudah tidak dapat dielakkan. Tetapi pelatih Arsenal ini masih saja mencari alasan dengan menyalahkan wasit yang tak adil memberikan waktu tambahan. Padahal secara logika apa bisa mengejar ketertinggalan hanya dengan mengandalkan waktu tambahan? Mungkin Wenger terinspirasi kala Manchester United yang berhasil mencetak dua gol dalam tempo waktu 3 menit kala menghadapi Bayern Munchen di final Liga Champions tahun 1999.

“Ketika saya bilang, ‘Mengapa Anda tidak memberikan lebih banyak waktu?’ dia (wasit) membalas, ‘Mengapa Anda menginginkan waktu tambahan lebih banyak?’. “Saya katakan padanya, ‘Ini bukan kewenangan Anda untuk menilai, atau soal berapa lama waktunya dan apakah Anda menginginkannya atau tidak. Berikan waktu tambahan yang normal’.” ujar Wenger dikutip dari Goal.

Ketika Mereka Yang Tertinggal Tak Rela Untuk Mengejar, Apakah Arsenal Mulai Bebal?

Sumber : ESPN.com

Ini adalah hal mendasar yang terjadi pada olahraga yang kompetitif seperti sepak bola, di mana setiap ketinggalan hanya bisa dikejar dengan usaha yang dua kali lipat dari sebelumnya. Misalkan Bung lomba lari, ketika tertinggal, otomatis Bung pun harus lari lebih cepat untuk mengejarnya. Namun hal itu sangat kontras dengan pemandangan  pada laga Final Carabao Cup, apa lagi setelah Vincent Kompany menggandakan keunggulan The Citizen jadi 2-0.

Arsenal bukanya terpecut untuk tampil lebih garang ibarat sebuah kuda yang dipecut penunggangnya. Yang ada Arsenal malah bersantai dengan berjalan. Mungkin itu menjadi pertanda kalau mereka sedang memutar otak untuk melesat ke pertahanan City, atau ini bagian dari strategi usang pelatih asal Perancis. Pemandangan mustahil seperti itu pun memancing Gary Neville yang gregetan kala menjadi komentator seperti dilansir The Guardian.

“Aaron Ramsey berjalan. Mereka berjalan.  Xhaka berjalan.  Ozil berjalan. Di Wembley tidak boleh berjalan. Kalian tertinggal 2-0. Lari!” tegas Neville pada menit ke-64.

Tampil Di Partai Puncak Ternyata Tak Selalu Mulus, Anggap Saja Ini Kutukan Mahluk Halus

Sumber : ESPN.com

Arsenal sudah 8 kali melakoni laga final Piala Liga Inggris, namun hanya 2 kali berhasil menjadi juara. Juara terakhir pun diraih pada tahun di mana pentolan band Grunge, Nirvana, Kurt Cobain meninggal karena bunuh diri. Kala skuad London menumbangkan Sheffield Wednesday dengan skor 2-1. Tentu partai yang digelar minggu malam menjadi kesialan. Apa lagi Arsenal sering dicibir fans sebagai klub yang besar tapi urung juara. Dengan kekalahan itu, tentu semakin menjadi-jadi cibiran para fans. Ditambah lagi dengan penampilan Arsenal yang seperti tak bertaji saat partai puncak, yang biasanya sarat emosi, taktik, dan juga gengsi.

Manchester City Kini Sejajar Dengan Saudara Sekotanya, Dan Juga Chelsea

Sumber : ESPN.com

Kemenangan melawan Arsenal menjadi gelar ke-5 bagi Citizen dalam merengkuh piala liga. Berbeda dengan Arsenal dari 8 partai puncak yang dijalani hanya menang 2 kali, City lebih beruntung karena dari 6 partai puncak hanya sekali jadi runner-up. Oleh karena itu, Manchester City sekarang sejajar dengan Manchester United, Chelsea dan juga Aston Villa.

Adapun tim tersukses dalam gelaran yang dimulai pada tahun  1961 adalah Liverpool dengan 8 kali juara. Sejajarnya City dengan beberapa klub tersukses membuat tim ini bakal memiliki kans besar di pagelaran Piala Liga di tahun-tahun selanjutnya. Dan jangan harap bakal mudah menangani City sebagai tim yang punya sejarah manis di Piala Liga Inggris yang bergengsi.

Pep Guardiola Kian Bangga Dengan Anak Asuhnya, Membuktikan Dirinya Sebagai Pelatih Elite Di Eropa

Sumber : ESPN.com

Pep Guardiola sebagai pelatih memang piawai, terlihat dari beberapa tim yang diasuhnya selalu tampil ganas di setiap kompetisi. Meskipun banyak yang mencibir kalau Pep berhasil lantaran berada di tim besar, memiliki banyak uang, sehingga fasilitas yang diperlukan oleh mantan pemain Barcelona ini terpenuhi. Tak hanya sampai disitu, kala membawa Barcelona sebagai klub yang superior di musim 2008-2009, banyak juga kalangan yang menyebutkan ia hanya beruntung karena memiliki Messi di Barcelona.

Namun, meracik pemain bintang dengan ego besar tidak mudah Bung. Lihat pelatih macam Rafael Benitez kala gagal menukangi Real Madrid atau David Moyes ketika mengepalai Manchester United. Kedua pelatih tersebut adalah contoh kalau memiliki skuad bintang tak membuat kerja pelatih lantas jadi gampang. Kini, Pep sedang membuktikan. Cobalah Bung tengok papan klasemen Liga Inggris sekarang, di mana Manchester City berada di puncak tanpa terganggu dengan tim-tim yang ada di bawahnya. Dengan torehan 72 point, sukar untuk tim lain yang baru mengumpulkan 50 point dapat mengejarnya. Kedigdayaan Pep di City sedang berlangsung dan dimulai saat ia berhasil keluar sebagai juara Piala Liga. Kita tunggu saja Bung taktik jitu dari pelatih berkepala pelontos ini.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Lebih Tahu

Haruskah The Professor Bertahan Di Arsenal?

Mungkin Bung sudah bosan mendengar kabar simpang siur Arsene Wenger yang katanya mau didepak dari Arsenal namun tak kunjung juga dilakukan oleh manajemen The Gunners. Padahal beberapa prestasi yang ditorehkan Wenger tidak begitu membanggakan, hanya trofi-trofi kecil saja yang mampu dikumpulkan oleh pelatih berkebangsaan Perancis ini. Pemberitaan kabar pemecatan dirinya juga bukan terjadi kali ini saja, namun sudah terjadi beberapa tahun belakangan.

Torehan manis Arsenal hanya terjadi di tahun 2004, saat mereka menjadi jawara Liga Inggris. Setelah itu, tim asuhan Wenger hanya mampu menduduki peringkat 4 di beberapa pagelaran liga terbaik sejagad Eropa tersebut. Tak pelak, jargon “May The Fourth Be With You” muncul untuk meledek Arsenal yang merupakan plesetan dari jargon film Sci-Fi ternama, Star Wars.

Pendukung pun banyak yang kecewa atas kepemimpinan Arsene Wenger sehingga mereka melakukan long march sebagai bentuk kekecewaan dan keinginan Wenger untuk keluar. Wenger telah berada di Arsenal sejak tahun 1996, yang mana ia menjadi pelatih terlama yang mendampingi tim di Liga Inggris setelah Sir Alex Ferguson, dalam masa baktinya Wenger telah menyumbangkan 17 tropi kepada Arsenal, 3 diantaranya adalah trofi Liga

Gagal Memberikan Prestasi Nyata Selama 13 Tahun

Sumber : Talksport.uk

Setelah mendobrak Liga Inggris dengan menjadi juara tanpa terkalahkan dalam satu musim, membuat nama Arsene Wenger menjadi naik ke permukaan. Keharuman namanya kala menukangi Thiery Henry, Robert Pires, Patrick Viera, Dennis Bergkamp dan Ashley Cole, menjadikan ia memperoleh gelar “The Professor”. Setelah masa tersebut, nama Arsenal kian meredup, tak ada regenerasi terbaik membuat nama Arsenal kian terbenam.

Selama 13 tahun Arsenal tidak pernah mencicipi lagi manisnya trofi Liga Inggris, hanya puas menjuarai Piala FA. Tentu bukan menjadi torehan terbaik untuk tim besar. Namun, nama Arsene Wenger tetap tak tergeserkan. Padahal kalau menengok ke tim-tim besar lainnya saja nama-nama seperti Roy Hodgson, Brendan Rodgers, Louis Van Gaal dan Jose Mourinho, semuanya terdepak kala tidak bisa memberikan gelar.

Tidak Dapat Mengolah Talenta Terbaik Yang Dimiliki

Sumber : Standart.co.uk

Arsenal selalu memiliki talenta terbaik setiap musim, namun tidak dapat dikelola dengan matang oleh Wenger. Padahal ada beberapa nama yang memiliki skill mumpuni dan daya juang tinggi. Seperti nama Cesc Fabregas misalnya yang pernah berjuang bersama tim muda Arsenal sekaligus seniornya. Memang ia memiliki banyak peran ketika di Arsenal. Namun pada masa emasnya, Arsenal justru melepasnya begitu saja ke tim Barcelona.

Selain itu pada era 2000-an Arsenal pernah menolak Zlatan Ibhrahimovic. Dulu Arsenal memang memiliki scout talent handal yang kerjanya memantau beberapa nama pemain yang bersinar. Salah satu yang dibidik adalah Zlatan, lantaran ditawari trial terlebih dahulu justru membuat Zlatan tidak tertarik. Tak dapat mengakomodasi beberapa talenta terbaik yang dimiliki membuat Arsene Wenger kerap tidak dapat menjaga kedalaman skuadnya.

Wenger Jago Menghemat Keuangan

Sumber : Telegraph.co.uk

Memang ini menjadi salah satu keahlian Wenger sehingga ia dapat disenangi manajemen karena mampu menghemat keuangan klub. Cara menghemat yang dilakukan Arsene Wenger adalah dengan menjual dan membelanjakan pemain yang berimbas kepada skuadnya sendiri.

Di jendela transfer musim dingin saja Arsenal telah melepas Theo Walcott ke Everton dan Alex Oxlade Chamberlain ke Liverpool, serta kabar terhangat adalah melego bintang Chili, Alexis Sanchez, menuju Manchester United dengan opsi dituker Mkhitaryan. Itu merupakan hal sulit, tidak hanya bagi Arsenal tapi bagi Mikhitaryan yang mesti berkostum Arsenal. Sedangkan Alexis bangga dengan jersey nomor 7-nya di Setan Merah, iya merayakannya dengan  selfie.

Hal ini sudah dilakukan oleh Wenger sejak dulu seperti membeli Nicolas Anelka dari PSG pada tahun 1997 sebesar 500 ribu Poundsterling dan menjualnya 23,5 juta poundsterling beberapa tahun kemudian ke Real Madrid. Padahal Anelka digadang-gadang menjadi pemain emas di Arsenal. Hemat pangkal kaya nampaknya menjadi motivasi bagi Wenger untuk selalu menghemat.

Kandidat Pengganti The Professor

Sumber : Standart.uk

Kandidat pelatih pengganti secara otomatis dimunculkan untuk menggantikan Arsene Wenger yang kerap gagal membawa pulang piala Liga Inggris. Terlebih lagi fans juga sudah mendesak agar manajemen cepat-cepat mendepak Wenger yang sudah terlalu lama menjabat sebagai pelatih. Beberapa nama yang muncul adalah Carlo Ancelotti,  Joachim Low, Patrick Vierra sampai Mikel Arteta.

Mikel Arteta yang pernah menjadi kapten Arsenal sekarang sedang menimba ilmu di Manchester City sebagai asisten dari Pep Guardiola. Bisa saja ada kesempatan bagi pemain yang pensiun di tahun 2016 ini untuk menunjukan tajinya sebagai pelatih selain beberapa nama yang menjadi kandidat.

Mendapatkan Jaminan Aman Dari Pemilik Saham

Sumber : Standart.co.uk

Alasan Arsene Wenger tidak segera didepak mungkin saja karena dirinya disenangi oleh sang pemiliki Arsenal itu benar apa adanya. Padahal tidak pernah membawa pulang trofi bergengsi, namun kinerja yang ditunjukan Wenger justru disenangi oleh Stan Kroenke, yakni sang pemegang saham mayoritas dari Arsenal. Bahkan bagi Kroenke Arsenal selalu masuk dalam empat besar selama 20 musim adalah prestasi.  Tidak ada klub Liga Inggris lain yang berprestasi seperti The Gunners, tambah Kroenke.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top