Entah kesialan apa yang menimpa mantan bintang Arsenal dan Galatasaray, Emanuel Eboue, Kehidupan glamor yang sudah akrab dengan dirinya tiba-tiba menghilang. Bermula dari hukuman FIFA kepadanya lantaran tak membayar hutang kepada mantan agennya. Hal itu merubah hidup Eboue 180 derajat. Ia menjadi orang yang sangat kekurangan. Padahal semasa berseragam Arsenal dan Galatasaray, gaji berseri tujuh digit menjadi pemasukan Eboue setiap bulan.
Sederetan kasus yang menimpa dirinya membuatnya jadi hidup luntang-lantung bak tunawisma. Rumah kesayangannya di London Utara, harus disita di pengadilan. Terkadang ia masih tinggal di rumahnya walaupun rasa takut ada ketika polisi datang dan menyuruhnya keluar. Untungnya ia masih memiliki teman Lomana LuaLua, mantan pemain Newcastle United, yang bersedia disinggahi rumahnya. Karena takut untuk merepotkan teman, Eboue pun mengakui kalau ia tidur di atas lantai. Kasihan sekali ya bung.
Kembali Merumput Di Liga Inggris Hanyalah Mimpi, Karena Sunderland Memutus Kontrak Dalam Waktu 22 Hari
Setelah masa kontraknya habis dengan Galatasaray. Pada pertengahan tahun 2016 ia pun mendapatkan pinangan dari tim liga Inggris, Sunderland. Namun naas, tim yang memiliki julukan The Black Cats ini memutus masa kontrak yang baru berumur 22 hari, lantaran FIFA melarang pemain berkebangsaan Pantai Gading tersebut merumput di lapangan hijau karena tidak membayar hutang kepada Agennya, Sebastian Boisseau.
Kasus hutang Eboue dengan agen telah terjadi 4 tahun lalu. Eboue seharusnya membayarkan sejumlah uang (yang tak diungkapkan nominalnya) pada bulan juli 2013. Tapi pada September 2014 ia malah terkenda denda sebesar 21,650 poundsterling karena gagal memenuhi tuntutan. Karena dirundung hutang membuat Eboue dikenakan sanksi 1 tahun tak boleh aktif di dunia sepakbola.
Ditinggal Orang-Orang Tercinta Menjadi Sebuah Rangakaian Cerita. Padahal Raga Tak Mampu Lagi Menopang Jiwa
Kesabaran Eboue tidak hanya diuji lewat karirnya di lapangan hijau, pada saat kondisi terpuruk skenario kehidupan membuat dirinya ditinggal orang tercinta. Pemain berusia 34 tahun ini harus merelakan ditinggal kakek, saudara dan istrinya. Sang kakek, Amadou Bertin, harus meninggalkanya lebih dulu karena penyakit kanker yang menderanya. Tidak jauh dari kepergian sang kakek, N” Dri Serge, saudara dari Eboue juga meninggal.
Masa berkabung yang dialami Eboue tak habis di situ saja. Kehilangan orang yang tercinta di saat karirnya yang kelam membuatnya kian tenggelam. Seharusnya ada orang yang memberikan suntikan support kepadanya agar ia bisa menata jiwa. Tak jauh dari kepergian kakek dan saudaranya, malah petaka yang ada, ketika sang istri menggugat cerai. Keterpurukan kehidupan Eboue membuatnya kian nelangsa.
Aku Hanya Ingin Penyembuhan Dan Rasa Sayang. Bukan Perceraian Dan Kemiskinan
Salah satu faktor yang membuat Eboue menjadi terpuruk adalah perceraian. Sang istri, Aurelie Bertrand, menggugat percaraian lewat pengadilan disaat tubuhnya sedang terbaring lemas di rumah sakit. Keputusan pengadilan pun bersikap tidak adil bagi Ebou. Karena semua aset pribadi jatuh ke tangan sang istri. Jatuh aset ke tangan sang istri membuat Eboue tak lagi memiliki harta. Bahkan ketiga anak hasil jalinan kasih Eboue dan Aurelie pun tidak diperkenankan bertemu dengannya, membuat dirinya semakin sengsara.
“Perceraian itu membunuhku. Saya tidak senang dengan hukum di Inggris karena sangat bias. Saya ingin Tuhan membantu saya dalam masalah ini. Saya ingin mengatakan bahwa apa yang hakim ini lakukan tidak adil,” ujar Eboue dilansir Panditfootball.
Aku Malu Dengan Kondisiku. Identitasku Harus Kututupi Apalagi Wajahku
Kondisi sengsara membuat dirinya makin merana. Roda kehidupan berputar terlalu cepat dan skenario hidupnya pun, nggak bagus-bagus amat. Kecintaanya kepada Arsenal ternyata masih berbekas padahal telah dua kali berganti seragam. Pada saat laga Arsenal menjamu Everton bulan Maret 2017. Eboue ingin sekali menyaksikan mantan timnya berjuang. Namun sayang, ia tidak memiliki akses ke stadion dan setelah difikir berkunjung ke Emirates pun bukan ide yang bagus. Menonton di rumah lewat layar kaca pun tak disarankan. Karena layanan sky sport sudah tidak ada lantaran tak dapat membayar iuran bulanan.
Saking cintanya kepada Arsenal, melipir ke sebuah pub menjadi pilihan. Ia menyaksikan pertandingan disela-sela fans Arsenal. Saking malu akan kondisi yang dialami, ia tidak mau identitasnya diketahui dengan menutupi wajahnya dengan sebuah topi.
Masalah Datang, Kematian Menjelang. Akankah Bunuh Diri Menjadi Pilihan?
Kondisi yang ditempa Eboue, bukanlah kondisi yang biasa. Permasalahan yang bertubi-tubi dapat dipastikan menyerang psikologi dan kepribadian. Memang hal ini tak dapat diwajarkan, tapi bunuh diri tak ayal bakal menjadi sebuah pilihan. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini Eboue mengatakan kalau ia mempertimbangkan untuk mengakhiri hidup.
“Saya ingin Tuhan menolong saya. Hanya dia yang bisa membantu saya menghilangkan pikiran ini(bunuh diri). Kondisi ini sangat menyakitkan,” kata Eboue, dikutip dari Dailymail.
Pernyataan Eboue yang ingin mengakhiri hidup direspon cepat oleh Arsenal dan Galatasaray. Paham akan kondisi pemain yang sekarang jatuh miskin dan tak punya harta. Galatasaray menawarkan Eboue menjadi asisten pelatih di U-14 Galatasaray. Rasa iba Fatih Terim melihat mantan pemainnya. Sedangkan Arsenal masih ingin mengeksplore tentang apa yang mesti dilakukan untuk membantu mantan bek sayap The Gunners. Kondisi Eboue tak bisa dibiarkan, pertolongan akan membuatnya bangkit dari keterpurukan.
