Pada 23 Januari 2008 ada satu kisah menarik tentang Ebbsfleet United yang dimiliki oleh kelompok suporter online. Ini merupakan hal pertama yang terjadi di mana kelompok supporter online memiliki suatu klub. Di kancah Inggris kasta yang dihuni Ebbsfleet United merupakan di divisi 5 yang lebih dikenal National League atau Conference. Hal ini bermula ketika Will Brooks seorang supporter Fulham menggagaskan situs myfootballclub.uk di mana melakukan crowdfunding atau urun dana.
Situs ini memiliki konsep untuk seseorang dapat memiliki sebuah klub dengan syarat membayar 35 paun. Sampai akhirnya ada sekitar 50.000 orang tergabung dalam website ini. Kemudian Will Brooks menanyakan 12 klub yang terlilit hutang untuk diselamatkan klubnya dengan membayar hutang sekaligus mengambi alih klub. Sampai akhirnya terpilih lah Ebbsfleet United yang pada dua tahun pertamanya berhasi juara Piala FA versi divisi 5 liga Inggris.
Ketika memiliki sebuah klub, Will Brooks menjanjikan bahwa para pemiliki dapat menurukan strategi dan pemain yang ingin diturunkan. Akan tetapi selama ini para supporter sekaligus pemilik ini mengalah kepada pelatih karena tidak tahu kondisi liga. Jelas itu adalah langkah bijak.
Setelah empat tahun berjalan Ebbsfleet United mengalami penurunan keuangan karena situs myfootballclub.uk menurun anggotanya dari 50.000 sampai ke angka 1.500. Keuangan yang tidak stabil membuat pelatih, pemain dan seragam baru dari Ebbsfleet United tertudan. Sehingga pada bulan April 2013. Seorang pengusaha asal Kuwait, KEH Sports LTD, mengambil alih keseblasan hingga hari ini. Lantas apakah supporter tidak pantas menjadi pemilik keseblasan?
Menjadi Pemilik Keseblasan Tak Seindah yang Dibayangkan
Menjadi pemilik keseblasan ternyata tidak dapat seindah yang dibayangkan. Karena manajemen sepakbola ternyata pelik untuk diurus. Selama bung mengurusi sesuatu yang berhubungan dengan uang pasti akan menguras otak. Apalagi kita sebagai supporter pada saat di tribun sering kali mengagung-agungkan sebagai pemilik sebagai bentuk protes atas perolehan tim, terkadang. Ketika sudah menjadi bagian dari tim baru merasakan kalau ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Ketika menjadi bagian dari sebuah tim dan dapat mengurus karena memiliki hak dan kewenangan seperti pengalaman orang-orang myfootballclub.uk, tentu menjadi bagian menarik dalam hidup meskipun hanya mengurus tim profesional di kasta kelima. Hanya mengetahui lewat sebuah game virtual macam Football Manager, merasa sudah dibekali secara matang. Tidak memeliki modal dan pembelajaran soal manajemen klub menjadi alasan bahwa tidak semua orang dapat melakukan.
Dalam kasus Ebbsflet United dapat dijadikan pelajaran kalau perlu kematangan dalam manajemen agar membangun klub dengan matang. Meskipun yang dilakukan oleh para penghuni situs tersebut bisa dibilang gebrakan. Sebelumnya Will Brooks mengatakan kalau sebelumnya para kelompok supporter online malah menyasar ke arah Nottinhgam Forrest dan Leeds United. Tapi sayang, keuangan tidak sanggup.
Tapi Langkah Will Brooks Patut Di Apresiasi Bung!
Langkah Will Brooks untuk membangun wadah bagi orang-orang yang ingin memiliki klub sepakbola patut di apresiasi. Lewat myfootball.uk setidaknya ada banyak orang yang telah tersalurkan hasratnya untuk mempunyai klub sepakbola. Situs ini berkembang mulai dari mulut ke mulut sesusai apa yang dilakukan Will Brooks.
“Saat itu adalah hari-hari di mana kamu mengirim surel (email) kepada teman-temanmu mengenai tautan dan hal lainnya. Aku mengirim ke sekitar 10 teman, yang secara teori kemudian mengirimkannya lagi ke 10 teman mereka lainnya. “, ujar Will Brooks seperti dilansir panditfootball.
Situs itu semakin dikenal ketika BBC Football memuat cerita di artikel. Secara konsep situs ini terpampang jelas adalah Own the club, pick the team. Yang kemudian dapat berkembang ke angka 53.000 dengan pendapatan sampai 11 Milliar rupiah lebih bung. Sayangnya kegagalan dalam langkah membeli Ebbsfleet United adalah pemiliknya bukan seorang fans. Sehingga tidak ada rasa cinta dalam mengurusnya. Jadi wajar saja kalau kandas begitu saja meskipun torehan sudah nyata.
Sejatinya Supporter Bukan Pemilik. Tetapi Pemain Ke-12 Di Lapangan
Supporter merupakan pemain ke-12 di lapangan secara. Bahkan tanpa supporter mungkin klub tidak dapat hidup dan sejahtera. Supporter kerap mengeluarkan chant untuk memberikan motivasi kepada sebuah tim agar terus semangat 90 menit. Tak lain dan tak bukan, mereka lah yang juga turut berjuang untuk menghadapi masalah tim meskipun mereka tidak ada memiliki ikatan secara manajemen. Tapi memiliki ikatan secara batin.
Persoalan pemilik tidak harus menjadi ranah supporter. Lantaran pemilik bisa jadi dari bukan kalangan yang mencintai sepakbola tapi mereka yang melihat peluang (dibaca bisnis). Ada pun kalau supporter ingin menjadi sebuah pemilik harus memiliki beberapa kategori dalam menentukannya. Seperti mengerti tentang manajemen dan pasar. Supporter tetaplah berada di tribun terus memberikan motivasi dengan gerakan dan suara. Bentuk nyata 90 menit di tribun sampai menuntut klub apabila berada di posisi terbawah merupakan sebuah bentuk pemilik yang sejati. Karena rela mati demi klub lebih berharga.
