Siapa yang tidak kenal dengan supporter asal Surabaya yakni, Bonek. Bahkan orang yang tidak menggeluti sepakbola sekali pun tahu siapa dan apa itu Bonek. Supporter setia Persebaya Surabaya ini kerap memadati stadion di mana pun Persebaya bertanding dengan warna kebesaran hijau. Bahkan salah satu artis cilik yang merangkap stand-up comedian, Joshua Suherman adalah Bonek bung.
Catatan hitam supporter ini juga ramai diberitakan karena sesuai unsur nama nekat yang tersemat. Memang menjadi identitas pribadi ketika seseorang menamakan dirinya bonek harus berlaku nekat, mungkin. Tapi supporter ini sempat terbelah lantaran dualisme yang menyerang klubnya. Sehingga ia memustuskan untuk menggelar demo di kantor PSSI beberapa tahun lalu di Jakarta demi tim kecintaanya.
Campur Tangan Media Memperkenalkan Istilah Asal Muasal Bonek Kepada Surabaya
Seperti dilansir oleh Oryza A. Wirawan yang ditulis di JawaPos mengatakan bahwa dulu supporter Persebaya menamakan dirinya sesuai asal daerahnya dengan kata “arek”, yang kemudian digabungkan dengan nama daerah. Seperti Arek Rungkut, Arek Manukan dan Arek Sawahan yang merupakan beberapa nama kampung di Surabaya.
Kemudia istilah Bonek pun muncul lewat sebuah media asal Jawa Timur yakni Jawa Pos. Lewat seorang wartawan bernama Abdul Muis pada tahun 1988. Pemicu muncul istilah tersebut berawal laga tandang yang dijalani Persebaya menghadapi PSIS Semarang di Stadion Citarum. Menurut data seharusnya ada 1.000 orang yang menghadiri laga tandang namun kemudian membengkak menjadi 1.500, para penumpang dadakan itulah yang dinamakan Bonek dulu oleh Jawa Pos
Logo “Ndas Mangap” Menjadi Lambang Kebesaran Supporter Surabaya
Logo yang digunakan Persebaya oleh supporter Bonek ditengarai merupakan campur tangan Jawa Pos lewat sebuah karya mantan ilustratornya bernama Pak Boediono. Hal ini diawali dengan laga tandang pada tahun 1987 menghadapi Persija di Jakarta, Bonek saat itu diwajibkan memakai ikat kepala berwarna hijau bertuliskan Persebaya termasuk Dahlan Iskan (pemilik Jawa Pos).
Awal mulanya Logo yang bernama ‘Ndas Mangap’ ini adalah tampilan wajah Dahlan Iskan saat berteriak yang dibuat lewat guratan tangan. Namun seiring waktu berjalan logo ‘Ndas Mangap’ berubah dengan wajah seseorang yang sangar dengan rambut gondrong. Tak lupa ada iket kepala-nya. Sekilas logo tersebut memang mirip Rambo, namun menurut Boediono itu bukan rambo tapi melambangkan sosok pahlawan arek-arek Suroboyo zaman kemerdekaan seperti dilansir FourFourTwo.
Mengenal Istilah ‘Tret Tet Tet’ Yang Dipelopori Dahlan Iskan Hingga Menjadi Istilah Sampai Sekarang
Apa yang ada di bayangan bung ketika membaca tulisan ‘Tret Tet Tet’ ? ini merupakan suara terompet yang kemudian menjadi istilah bertandang ke kandang lawan. Istilah ini diciptakan Dahlan Iskan ketika Persebaya melaju ke babak enam besar Kompetisi Perserikatan tahun 1987, mengambil dari suara terompet . Sebanyak dua kolom halaman Jawa Pos berisikan seruan tersebut pada tahun 1987.
Bagi kalangan pendukung Persebaya istilah ini masih dipakai sampai dengan sekarang. Di mana laga tandang di mana pun kerap disambangi oleh Bonek. Meskipun uang di kantong tidak cukup untuk menghidupi selama perjalanan, itu bukan menjadi alasan untuk tidak datang.
Memiliki Rivalitas Tinggi Dengan Aremania, Supporter Malang
Memang banyak faktor dan versi kenapa Bonek berselisih dengan Aremania, yakni supporter Malang. Seperti pemberitaan media yang kerap tidak adil antara Persebaya dengan Arema, Persebaya seperti klub yang disayang oleh media tersebut (Jawa Pos). Selain itu ada pula cap supporter Arema sebagai perusuh di era 80-an dan 90-an yang kerap disebut sebagai gang yang gemar tawuran antar kampung, sehingga ada cap sebagai tukang rusuh oleh klub lain.
Ada pula kejadian tahun 1990 di Stadion Tambaksari kala kedua supporter menyaksikan konser Kantata Takwa. Arema yang dianggap pendatang berlaku demikian heboh lebih dari Bonek, sehingga membuat tuan rumah terasa terganggu. Tawuran pun pecah antara keduanya hingga sekarang meskipun upaya damai kedua pihak telah dilakukan.
Kerap Nekat Berdatangan Loyalitas Bonek Tak Patut Untuk Dipertanyakan
Kenekatan Bonek dalam melakoni Tret Tet Tet patut diacungi jempol bung, lantaran hanya bermodalkan badan ia rela datang demi tim tersayang. Bahkan duit di kantong yang tidak cukup tak dapat mengkebiri rasa nafsu mereka untuk tetap mendukung Persebaya di mana pun berlaga. Lantaran hal ini bisa disebutkan sebagai alasan kenapa bisa berkembang besar sampai sekarang, karena solidaritas yang terus tumbuh pesat. Sekaligus loyalitas yang ditunjukan Bonek memang tidak sembarangan!
