Barcelona memang terkenal sebagai tim hebat, dihuni oleh para pemain bertalenta hasil olahan sendiri membuat nama Barcelona semakin menjadi-jadi. Tanpa perlu disebut satu per satu, Bung pasti tahu siapa saja mereka bukan? Akan tetapi, melirik dari kiprah tim Spanyol yang berkeinginan memisahkan sendiri sebagai Catalunya, ternyata juga dihuni oleh pelatih hebat yang terkenal dengan strategi ciamik yang mematikan taktik dan permainan lawan.
Jadi wajar saja kalau tim sekelas Barcelona paling hobi untuk mengoleksi banyak trofi. Sebagai sebuah tim, peran pelatih memang tidak bisa dikesampingkan. Meskipun banyak pula yang berujar bahwa melatih Barcelona itu mudah selama Lionel Messi masih berada di sana. Padahal tak seperti itu juga logikanya, karena sampai detik ini Argentina belum mencicipi gelar Piala Dunia semenjak Messi sudah berseragam di sana.
Mendatangi Ronaldinho Menyambut Kembali Kejayaan yang Sempat Melongo
Kata siapa kedatangan Frank Rijkaard disambut suka cita oleh pendukung Barcelona? Dari awal tidak ada ekspetasi tinggi bahkan skeptis ketika Frank Rijkaard mulai menandatangani kontrak bersama Barcelona di tahun 2003. Tetapi semua itu berubah di saat pelatih asal Belanda memboyong pemain murah senyum nan fenomenal, Ronaldinho di tahun yang sama. Meskipun musim awalnya hanya mampu finish di urutan kedua.
Tetapi pada musim selanjutnya Rijkaard membuktikan bahwa membangun tim tidak bisa instan tetapi harus pelan-pelan. Alhasil, gelar La Liga 2004/2005 dan 2005/2006. Serta trofi Liga Champions 2005/2006 menjadi torehannya. Namun, 5 tahun kemudian Rijkaard dipecat setelah kalah 1-4 dari seteru abadinya, Real Madrid.
Pelatih asal Slovakia yang Memberikan 5 Gelar Dalam Satu Tahun
Mungkin tak banyak yang tahu siapa Ferdinand Daucik, akan tetapi pelatih yang satu ini sangat sukses saat menukangi Barcelona di era 1950-an. Dengan memberikan 5 trofi dalam satu tahun, lewat kepelatihannya pula muncul juga nama-nama Kubala, Pedro Pablo Velasco, Antoni Ramallets, dan Joan Segarra, yang merupakan nama-nama besar di jamannya. Melatih dari tahun 1950, Daucik memberikan dua gelar La Liga, tiga Copa del Generalisimu, satu Copa Latina, dan satu Copa Eva Duarte. 4 tahun berselang, Daucik pun angkat kaki dari Catalunya karena memiliki perbedaan dengan skuad tim utama.
Mengangkat Derajat Pemain Muda, Membuat Dikenalnya La Masia
Pelatih yang pernah berseragam Barcelona dengan mengisi barisan pertahanan merupakan pelatih yang sangat fenomenal. Ketika Barcelona bangkit dengan kedatangan Ronaldinho, Deco, dan Ludovic Giuly, justru deretan pemain itu tidak terpakai ketika Guardiola mulai melatih, bahkan ia meminggirkan Zlatan ibrahimovic dari skuadnya.
Guardiola gemar memanfaatkan bakat-bakat La Masia di tim utama seperti Sergio Busquets dan Pedro Rodriguez yang berhasil promosi ke tim utamanya lewat tangannya. Total sudah 14 gelar yang dihasilkan Pep Guardiola untuk Barcelona termasuk dua trofi Liga Champions. Secara statitik juga fantastis Bung, total laga di bawah kepemimpinannya adalah 247 laga dengan hasil 179 kemenangan, 47 hasil imbang, dan hanya 21 kalah.
Kembali Bertemu Sebagai Pelatih Kepala Setelah Sebelumnya Menjadi Punggawa
Hampir sama kisahnya seperti Pep Guardiola, Luis Enrique dulunya juga pernah mengisi pos tengah selama berseragam Barcelona kala menjadi pemain. Kemudian di tahun 2008 ia sempat menukangi Barcelona B selama dua tahun. Setelah melanglang buana dengan melatih AS Roma dan Celta Vigo, atas rekomendasi dari Andoni Zubizarreta, mantan rekan satu timnya saat membela Tim Nasional Spanyol, akhirnya Enrique resmi melatih Barcelona di tahun 2014. Hanya butuh 3 tahun bagi Luis Enrique untuk menyuguhkan 9 trofi, salah satunya adalah satu trofi Liga Champions di tahun 2015. Sekarang Luis Enrique digosipkan bakal melatih beberapa tim besar seperti Arsenal atau Chelsea.
Warisan Tiki-taka Dituangkan Olehnya Kemudian Dimatangkan Catalunya
Saat meninggal dua tahun lalu tepat pada tanggal 24 Maret 2016, Barcelona mungkin menjadi salah satu tim yang paling berduka selain Ajax Amsterdam. Secara karir Cruyff memang sangat fenomenal, tetapi perannya sangat harum saat menjabat sebagai pelatih Barcelona di awal 1990-an.
Dominasi Barcelona saat ini adalah berkat dirinya, alur permainan tiki-taka pun bahkan terlahir dari dirinya. Secara keseluruhan selama melatih, Cruyff berhasil menghasilkan empat gelar La Liga, satu Liga Champions, satu Piala Winners, satu Copa del Rey, satu Piala Super Eropa, dan tiga Piala Super Spanyol. Namun dibalik gelar tersebut, peninggalan tiki-taka-nyalah yang sangat berarti bagi Barcelona.
