Aplikasi chatting yang teradapat di gawai pintar memang memiliki banyak fungsi, salah satunya untuk bertukar pesan, yang mana menjadi fungsi utama dari setiap aplikasi berbasis chat. Dianggap paling aman digunakan, bahkan oleh anak kecil sekalipun, lantaran jarangnya ditemukan konten-konten negatif pada aplikasi chatting. Salah satu aplikasi chatting yang cukup populer dipakai saat ini adalah WhatsApp.
Dibalik kesederhanaan aplikasi chatting macam WhatsApp, terdapat pengaturan yang cukup ketat lho Bung, terutama di Eropa. Membutuhkan umur 16 tahun untuk memakai aplikasi ini. Lantaran orang di luar sana masih trauma atas kebocoran data pengguna Facebook, yang berujung pada kebocoran 87 juta dana penggunanya. Alhasil lewat peraturan General Data Protection Regulation (GDPR) yang mengatur perlindungan data penduduk pun membuat WhatsApp mengubah regulasi.
Tunggu Berumur Remaja untuk Menggunakan Aplikasi WhatsApp
Untuk menggunakan aplikasi WhatsApp di Eropa terdapat aturan yang mengatur minimal usia penggunanya. Dilansir dari CNBC, awalnya anak-anak di Eropa yang baru menginjak usia 13 tahun sudah dapat memakai aplikasi ini, namun regulasi pun diubah menjadi 16 tahun. Sehingga si anak harus lebih dulu berseragam putih abu-abu sebelum bisa mengobrol lewat aplikasi berlambang telepon ini. Kalau tidak tahan menunggu, ya harus pindah jejaring sosial lain.
Pengguna Harus Mengkonfirmasi Umur Mereka
Kalau berbicara soal usia pengguna WhatsApp, nantinya aplikasi ini bakal mengkonfirmasi kembali lewat beberapa pertanyaan yang menandakan apakah usia pengguna sudah sesuai dengan regulasi atau belum. Sebelum nantinya WhatsApp mengizinkan si pengguna tersebut untuk memakai aplikasinya secara leluasa. Proses konfirmasinya seperti yang sering kita temui di beberapa website, ya hampir serupa CAPTCHA.
Aturan Baru Bukan Tanpa Alasan
Balik lagi ke soal regulasi tersebut, kebijakan yang dilakukan berupaya untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan data penggunanya. Aturan ini katanya baru bakal berlaku di tahun depan, Bung. Menelisik ke dalam internal perusahaan, WhatsApp notabene juga milik Facebook yang sedang diawasi beberapa pemerintah di dunia. Kebocoran 87 juta data pengguna bukanlah jumlah yang sedikit Bung, apalagi privasi dan lain-lain merupakan suatu ketentuan yang tidak boleh dibocorkan begitu saja. Jadi wajar apabila WhatsApp melakukan hal ini demi menjaga keamanan.
Mungkin Saja Banyak yang Memanipulasi Usia Demi Menggunakan Aplikasi WhatsApp Nantinya
Kalau hanya proses konfirmasi saja, kemungkinan sih banyak yang bandel dengan memanipulasi usia. Karena tidak menutup kemungkinan juga ‘kan, kalau hanya proses centang atau menjawab “ya” atau “tidak” banyak yang bohong. Meskipun regulasi yang dilakukan WhatsApp sekilas terlalu ala kadarnya. Namun, tindakan preventif yang dilakukan tersebut sudah berada dalam koridor yang baik dan patut diapresiasi.
Kebocoran Data Pengguna Menjadi Hal yang Intim di Luar Sana
Kenapa kebocoran data direspon secara ketat dan intim di luar sana, sedangkan masyarakat Indonesia cenderung biasa-biasa saja? Bahkan banyak yang berujar, “Ketika kita sudah memposting sesuatu hal ke ke media sosial sudah seharusnya kita merelakan data kita,” Bukan begitu, Bung? Mungkin perhatian masyarakat Indonesia bakal lebih meningkat apabila kerugian yang dialami sudah begitu rill, bukan laten. Seperti kehilangan uang atau harta benda berharga. Sedangkan di Eropa sendiri regulasinya pun sudah berlaku seperti telah dijelaskan di atas, jadi persoalan seperti itu pasti bakal ditanggapi karena menyalahi aturan yang berlaku Bung.
