Negara kita merupakan salah satu Negeri pengguna internet terbanyak di dunia namun mudah mempercayai berita yang tak semestinya atau hoax. Dilansir dari liputan 6, Dirjen Aptika Kemkoninfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan dari sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia, 65% ternyata masih mudah terhasut berita bohong.
Tentu hal ini sangat miris dan juga mengecewakan. Bahkan apabila dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat, Indonesia masih paling besar. Amerika Serikat 53% warganya masih percaya hoax, sedangkan Perancis 43% sedangkan Jepang lebih rendah yakni 32%.
Berita hoax sendiri menyerbak bagaikan virus yang menjagkit ke satu per satu orang secara bergiliran. Ada pun sistem berita hoax di Indonesia dipercaya lewat media abal-abal, dan dapat pula lewat pesan berantai seperti dari chat di aplikasi macam Whatssap. Tanpa ada itikad menyaring berita, seseorang pun langsung mempercayainya. Padahal yang rugi bukan hanya dia bung, namun orang lain yang juga termakan berita bohongnya.
Jangan Mudah Percaya Setiap Berita yang Ada, Sebaiknya Coba Menggali Kebenarannya
Setiap berita yang muncul tanpa sumber yang jelas, bisa dikatakan secara pasti kalau berita itu palsu. Bung harus memiliki daya literasi media, yang mana bung memahami dan menganilisi setiap berita yang coba dikonstruksi suatu media (dibaca : media koran kuning).
Kalau bung sudah memahami hal tersebut, otomatis bung tidak mudah terkena oleh gejala semacam termakan berita palsu. Karena berita palsu dan hoax tujuan tidak hanya menipu bung namun memecahbelakahkan keutuhan negara. Ada baiknya, bung memulai dari diri sendiri untuk tidak terjebak dengan berita berbau provokatif yang berlalu-lalang di timeline Facebook bung.
Media Abal-Abal Dengan Mudahnya Merajalela, Jadi Berhati-hatilah
Membuat media sekarang mudah caranya, bahkan bung pun juga bisa lewat wordpress atau sejenisnya. Tetapi yang susah adalah menjaga kredibilitas dan kapabilitasnya. Setiap media yang coba share berita menipu, itu adalah media abal-abal yang coba mengacaukan semuanya.
Seperti saat pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun lalu, yang mana berita hoax terus menggempur lewat sosial media. Sehingga banyak juga kan yang terpecah belah persahabatan karena perbedaan opini dan pasangan calon? terlebih lagi banyak juga yang share berita palsu lewat akun semu, kemudian teman bahkan bung termakan isu palsu.
Meskipun Ada Fotonya, Bung Jangan Mudah Terpercaya. Karena Bisa Jadi Itu Tipu Daya
Mungkin bung masih ingat dengan kasus hangat yang terjadi di awal tahun ini. Di mana ada seseorang yang menunggah foto seorang dokter anti vaksin bernama Dr. Bernard Mahfoudz, padahal dia adalah aktor bintang porno bernama Johnny Sins yang sedang memerankan adegan sebagai dokter dalam suatu adegan porno.
Hal itu sangat telak, lantaran ada seseorang yang sudah gembar-gembor menyebarkan berita tersebut dengan caption yang menohok lewat Facebook-nya. Tapi ending-nya dia malu sendiri. Bung pasti tidak mau terseret seperti orang tersebut kan? sudah seharusnya bung harus menelaah lebih jauh meskipun ada foto dalam tautan berita tersebut. Dan belajar memilah-memilah berita.
Jika Ada Kawan yang Salah Jalan, Cobalah Diingatkan, Jangan Dibiarkan
Tak menutup mata juga terkadang yang menjadi korban berita kebohongan adalah kawan bahkan suadara bung sendiri. Santai bung, jangan dimaki atau pun dimarahi, meskipun bung kesal kenapa bisa seseorang sepertinya yang mengenyam pendidikan yang sama namun bisa terkena berita bohong murahan.
Hal yang perlu bung lakukan adalah menunjukan jalan agar mereka tak lagi salah jalan. Mungkin saja mereka yang menjadi korban sedang tidak fokus atau kurang memahi soal media sehingga bisa kena tipu daya dengan mudahnya.
Pemerintah Tahu Ini Bahaya, Sehingga Kemkominfo Telah Membuat Penyuluhannya
Pemerintah tentu tak tinggal diam soal maraknya berita hoax yang sulit untuk dibendung keberadaanya. Sehingga lewat Kemkoninfo pemerintah membuat Program Internet Sehat dan Aman (INSAN). Program yang memberikan tujuan untuk mencerdekan penggunaan ketika berjejaring di dunia maya demi mengharapkan agar bangsa
Indonesia terhindar dari konten negatif bisa merusak masa depan. Tetapi program tersebut nampaknya kurang maksimal bung, yang harus dibenahi adalah pendidikannya guna mencerdaskan bangsa sehingga dapat terhindar yang tidak perlu. Adapun program ini harus dilakukan secara berkesinambungan guna menanamkan secara penuh kepada setiap warga negara.
