Entah apa yang terjadi dengan Real Madrid di musim ini, setelah pada pertandingan kemarin meraih imbang dua kali dengan skor yang sama, yakni 2-2 kala menjamu Celta Vigo di partai lanjutan La Liga, kemudian saat menjamu Numancia di leg kedua Copa Del Rey, yang merupakan penghuni kasta kedua Liga Spanyol. Meskipun lolos ke babak selanjutnya, tetap saja torehan dua pertandingan tersebut bukan menjadi catatan baik bagi skuad Zinedine Zidane.
Skuad Madrid musim ini memang menuai banyak kritikan dari berbagai kalangan. Madridista pun juga turut mengecam dengan raihan musim ini. Terlebih lagi ketika dibantai habis 0-3 oleh Barcelona, pada El Clasico jilid pertama. Tak pelak seruan untuk menggantikan Zidane pun menggaung. Tapi tidak bagi Thiery Henry, mantan striker Barcelona. Baginya, Zidane telah melakukan tugasnya dengan baik lewat keberhasilannya memberi banyak gelar.
Memang itu kenyataan Bung, dari dua tahun kepemimpinanya, delapan gelar sudah diberikan untuk publik Santiago Bernabeu. Namun, merosotnya penampilan Madrid musim ini membuat publik was-was, terlebih lagi di klasemen La Liga hanya mampu bertengger di peringkat 4. Nama-nama calon pengganti Zidane pun sudah dibeberkan seperti Carlo Ancelotti, Roberto Mancini, Laurent Blanc dan Fabio Capello. Masih diisi skuad yang tak jauh berbeda dari musim lalu, apa yang membuat Madrid terjatuh?
Nampaknya Ingin Memaksimalkan Darah Muda Selagi Potensi Masih Ada
Mungkin ini salah satu alasannya kenapa Madrid belum cukup stabil. Karena pelatih yang permainannya dulu pernah mengantarkan Madrid memboyong Liga Champions di tahun 2001 ini, giat mengembangkan pemain muda yang dimiliki Real Madrid. Nama-nama seperti Dani Ceballos, Borja Mayoral, Lucas Vazquez kerap menjadi starter dan juga pelapis.
Hal ini membuat Madrid masih fluktuatif dari segi penampilan. Dibanding dua tahun lalu segi kedalaman skuad Madrid bisa dibilang cukup mumpuni. Seperti Alvaro Morata, Pepe, James Rodriguez menjadi pelapis dari Karim Benzema, Cristiano Ronaldo dan Juga Isco Alcaron. Hal tersebut menandakan bahwa pemain utama dan pelapis memiliki kualitas yang sama dibanding sekarang.
Real Madrid Memang Sedang Irit, Apa Malah Pelit?
Real Madrid pada era Los Galaticos jilid II belanja pemain besar-besaran seperti mendatangkan Angel Di Maria, Ricardo Kaka, Cristiano Ronaldo, James Rodriguez, Xabi Alonso dan Karim Benzema. Dengan belanja pemain top-top tersebut membuat Madrid menjadi tim yang ditakutkan. Adapun di era sekarang, Madrid lebih irit dalam belanja pemain.
Sedangkan pembelanjaan musim ini hanya mendatangkan pemain muda yang lebih banyak mengisi waktu di bangku cadangan dibanding di lapangan. Dani Ceballos adalah contoh pemain yang jarang sekali diturunkan, bahkan sempat tersiar kabar pernah adu mulut dengan Zidane di ruang ganti karena minimnya durasi bertanding.
Taktik Tidak Begitu Berjalan Seperti Musim Lalu
Untuk segi taktik di musim ini nampaknya tidak begitu produktif bagi Real Madrid, dibanding Barcelona yang sudah menjebloskan bola ke gawang lawan sebanyak 48, bandingkan dengan Real Madrid yang hanya 32. Jelas kalah kan Bung? Hal ini mungkin bisa dimaklumi, apa lagi Gareth Bale baru sembuh dari masa cideranya.
Adapun pola serangan yang dibangun Madrid secara strategi sangat monoton. Entah dari serangan sayap atau dari lini tengah. Karena sering kali tidak membuahkan hasil. Seperti pada laga melawan Barcelona contohnya, serangan Real Madrid hanya sampai di tengah lapangan saja. Karena berhasil dipatahkan oleh Sergio Busquets dan Ivan Rakitic. Bahkan hanya 10 serangan yang berhasil sampai berada di kotak penalti Ter Stegen.
Lihatlah Barcelona, Sebagai Rival Yang Punya La Masia Tetap Masih Belanja
Barcelona baru saja merampungkan proses transfer Coutinho dari Liverpool. Bayangkan saja, lini tengah Blaugrana telah diisi Andres Iniesta, Arda Turan, Andre Gomes, Denis Suarez, Paulinho, Sergio Roberto, Andre Gomes, dan Rafinha. Bisa dibayangkan bukan kedalaman skuadnya? Terutama di lini tengah, merupakan lini yang krusial untuk membangun pola serangan.
Sedangkan Real Madrid belum juga bergetar ketika melihat pembelanjaan ini. Karena sampai di jendela transfer musim dingin ini, belum ada satu pemain yang dikaitkan merapat ke Madrid. Padahal banyak pemain top yang bisa diboyong, seperti Eden Hazard, Harry Kane atau Paulo Dybala dapat menjadi opsi untuk pembelian separuh musim.
Apakah Ini Semua Salah Zidane Bung?
Lantas apakah kemorosotan penampilan ini menjadi salah Zidane? Kalau Bung beranggapan iya ataupun tidak, ya sah-sah saja. Karena banyak faktor yang membuat Madrid kurang bergairah di musim ini. Mungkin ini bisa dikaitkan dengan jadwal full yang dilakoni Madrid seperti bertarung di La Liga, Copa Del Ray, Liga Champions, Supecopa Espana, UEFA Super Cup dan FIFA Club World Cup selama dua tahun. Bisa jadi, hal ini yang menjadi alasan para pemain kelelahan.
Selain itu, taktik yang dijalankan Madrid selama dua tahun mungkin sudah dapat dibaca oleh tim lawan. Dan Madrid harus bisa merevolusi taktik dan juga strategi dengan memanfaatkan pemain yang dimiliki. Kalau boleh berkaca lagi-lagi dari El Clasico, peran Kovacic selama diturunkan sangat tidak membantu serangan, alhasil ia hanya sibuk membantu pertahanan, bukan serangan. Karena tidak ada kreasi nan kreatif yang bisa disuguhkan olehnya.