Sering kita pakai untuk cari perhatian, ternyata wajah tampan tak selamanya menguntungkan. Bung boleh berkelit untuk bilang ini cuma bualan, tapi apa hal ini bukanlah sebuah fakta yang asal-asalan.
Karena berdasarkan penelitian terbaru dari sebuah riset yang dilakukan University College of London dan University of Maryland, mengatakan jika laki-laki yang kurang menarik secara fisik justru memiliki keuntungan tersendiri dalam hal mencari pekerjaan. Sementara pria tampan memiliki kemungkinan besar untuk ditolak karena mengintimidasi atasan.
Masih dari penelitian yang serupa, kita yang rupawan dinilai cukup bagus. Namun yang mengejutkan adalah kawan lain yang kurang menarik justru lebih difavoritkan. Terlebih di bidang-bidang yang kompetitif di mana pegawai dinilai berdasarkan kesuksesan individu, misalnya divisi sales. Dengan kata lain ada rasa kekhawatiran yang ditakutkan oleh atasan, jika pengawai baru yang tampan akan merebut keuntungan.
Dari Sini Kita Belajar, Bahwa Wajah Rupawan Tak Selalu Membawa Keberuntungan
Konon pada beberapa kesempatan, penampilan fisik kerap menyelematkan kita pada satu seleksi alam. Ya, Bung pasti tahu. Ada banyak jenis pekerjaan lain yang memang butuh eksistensi akan rupa. Tapi tak selalu berlaku sama, beberapa perusahaan justru tak menjadikan itu sebagai alasan untuk memilih kandidat karyawannya.
Alih-alih berpikir akan diterima, lamaran kita justru ditolak mentah-mentah. Bukan perihal tak sesuainya kemampuan dengan lowongan yang ada. Barangkali sang atasan memang tak ingin ada orang tampan selain dia.
Diukur dari Pemahaman Kawan Tampan Lain yang Masih Kurang Tampan, Jelas Ini Tak Adil Untuk Dirasakan
Beberapa orang menilai bahwa laki-laki yang memiliki fisik biasa-biasa saja, lebih kompeten dalam hal kemampuan. Padahal banyak orang tampan yang juga piawai dalam hal kemampuan.
Sekilas ini memang tak melulu tentang rasa tak percaya dari pihak perusahaan. Biar bagaimana pun setiap orang tentu punya kemampuan. Baik yang rupawan atau yang tidak. Tapi hal ini memang lebih pada bagaimana seseorang atasan menentukan kebijakan.
Karena Bung lain yang berpenampilan biasa pun bisa saja jadi pihak yang perebut keberuntungan. Tak boleh asal menuduh jika mereka ini hanya akan jual tampang melulu. Bagaimana bisa Bung menuduh mereka merebut keberuntungan? Sebab baru ingin memunjukkan kemampuan saja, perusahaan sudah menutup jalannya.
Tetapi Disadari Atau Tidak, Mereka yang Tampan Ini Memang Sering Jadi Pemicu Naiknya Persaingan Antar Karyawan
Bukan tanpa sebab memang, Bung tentu pernah tahu bagaimana siriknya salah satu teman pada teman lain yang dianggap berwajah tampan. Dinilai mendapat perlakuan istimewa, hingga kerap dianggap jadi karyawan yang dikhususkan. Hal-hal seperti ini memang jelas bisa jadi masalah. Apa lagi jika Bung bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran jasa. Beberapa tenant mungkin akan menyenangi sang pekerja tampan, tapi bagi karyawan lain ini bisa jadi ancaman.
Meski ada penelitian yang memang seolah sedang tak berpihak pada kita, Bung dan kawan lain tak perlu khawatir. Sebab untuk urusan pekerjaan, kemampuan dan kegigihan jelas jadi kuncinya. Bung hanya perlu bekerja dengan giat dan dedikasi yang tinggi, bukan untuk menjual ketampanan diri.
