Tidak hanya beberapa tahun belakangan saja klub-klub Eropa melakukan invasi ke Indonesia untuk uji tanding dengan Tim Nasional kita bung. Tapi, sejak era 70-an sudah ada beberapa klub besar yang lebih dulu menjajal kekuatan sepakbola nusantara, yang memang di kala itu Indonesia merupakan salah satu macan Asia.
Apalagi era striker gahar seperti Ramang yang kehebatannya diulas oleh FIFA di tahun 2012 lewat artikel yang berjudul Indonesian who inspired ’50s meridian di dalam halamannya.
Balik lagi ke soal invasi klub Eropa, tidak hanya kekuatan Tim Nasional saja yang dijajal kehebatannya namun beberapa klub besar Indonesia turut merasakan kehebatan sepakbola ala Eropa. Sebut saja NIAC Mitra surabaya yang pernah melakukan tanding melawan Arsenal.
Pelak sudah 30 tahun berlalu hal ini terlewati, namun sepakbola Indonesia belum bisa berbicara banyak di dunia.
Arsenal
Pada tahun 1983 Arsenal melakukan tur ke Benua Asia dengan melakukan lawatan ke beberapa daerah di Indonesia seperti Medan, Jakarta dan Surabaya. Setelah meraih dua kemenangan melawan klub lokal Medan, VSP, dengan skor 3-0 dan kemudian menang 5-0 atas VSPSSI di Jakarta, lawatan selanjutnya adalah ke Surabaya.
Secara mengejutkan klub yang bernama NIAC Mitra Surabaya tersebut berhasil menang melawan tim asal London utara dengan skor 2-0 dicetak Joko Malis dan Fandi Ahmad, yang merupakan legenda pemain Singapura.
Sebenarnya NIAC Mitra dapat unggul 3-0 seandainya tandukan Joko Malis tidak membentur mistar gawang. Arsenal yang dulu memang belum setenar sekarang tetapi sejumlah nama terkenal kala itu seperti Pat Jennings dan David O’Leary sanggup menarik ketertarikan warga lokal dan membuat stadion Gelora 10 Novemeber, Surabaya, dipenuhi oleh 30 ribu pasang mata.
PSV Eindhoven
4 tahun berselang dari lawatan Arsenal ke Indonesia, menyusul salah satu raksasa Belanda dan juga Eropa kala itu yakni PSV Eindhoven yang tidak sungkan berkunjung ke tanah pasundan mencoba jajalnya sang Juara Perserikatan tahun 1986, Persib Bandung.
PSV datang dengan kekuatakan penuh yang dipenuhi banyak pemain nasional Belanda seperti Rene Van Der Gijp, Ronald Koeman, Jurrie Koolhof, Michel Velker, Gerald Vanenbung. Tak lupa pemain termahal dunia kala itu Ruud Gullit pun ikut menebar pesona.
Dihelat di Stadion Siliwangi, Bandung, sebanyak 25.000 penonton diperkirakan memenuhi stadion untuk melihat aksi-aksi pemain kelas dunia tersebut. Persib yang kala itu diperkuat Ade Mulyono dan Dede Iskandar tak kuasa membendung pertahanan dari serangan PSV hingga 4 gol bersarang di jala Persib tanpa balas. Belum lagi absennya sang pemain bintang Roby Darwis membuat pertahanan kian kocar-kacir
Ajax Amsterdam
Sedikit jauh kebelakang di tahun 1975, Indonesia kala itu melakukan pertandingan segitiga antara Ajax Amsterdam, Manchester United dan Indonesia Tamtama yang dilakukan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Kala itu Indonesia Tamtama berhasil dicukur habis 4-1 oleh Ajax sang jawara Liga Champions Eropa yang juara 3 kali berturut-turut dari tahun 1971 sampai 1973.
Namun lawatan Ajax ternyata berlanjut setelah pertandingan segitiga tersebut, dengan lakukan jajal tanding dengan beberapa wilayah PSSI. Salah satunya PSSI Wilayah I yang mayoritas berisi pemain PSMS medan seperti Parlian Siagian, Pasaribu, Tumsila, Yuswardi, Pariman, Taufik Lubis dan Suparjo, berhasil menuntaskan perlawanan tim terbaik di kala itu dengan skor 4-2.
Manchester United
Di tahun yang sama Manchester United hadir dalam pertandingan segitiga tersebut otomatis menjadi salah satu daftar artikel di mana klub Eropa yang datang ke Indonesia. Setan Merah ditahan imbang 0-0 melawan Indonesia Tamtama yang diwakili oleh Anjas Asmara, Sutan Harhara, dan Rony Paslah. Ternyata kedatangan setan merah dalam turnamen segitiga ke Indonesia ini, Menjadi ajang pemanasan bagi Tim Nasional untuk Pra Olimpiade tahun 1976 di Korea Utara, Justru mengecewakan PSSI.
Lantaran MU datang tidak dengan tim inti seperti yang dijanjikan manajemen kepada PSSI. MU hanya membawa 14 orang, 12 pemain, satu pelatih dan manajer. Ketika laga berlangsung MU seperti tidak memiliki hasrat untuk bermain, terlihat kubu Setan Merah bermain ala kadarnya asalkan tidak kebobolan. Sekaligus manajer yang terjun sebagai pemain pengganti yakni Tommy Docherty seperti kata Sumohadi mantan Ketum PSSI dilansir dari goal.com
Bayern Munchen
Loncat jauh di tahun 2008 memang jauh dari era 70-an, namun Bayern Munchen menjadi klub besar yang hadir setelah beberapa klub Eropa lainnya melakukan invasi ke Indonesia. Ada masa paceklik di mana terror bom menjadi hal yang menakutkan hingga urung membuat beberapa klub Eropa datang ke Indonesia di era-90an.
Kemudian barulah Bayern Munchen yang kembali meriahkan gelaran uji tanding Indonesia dengan klub berkelas di tahun 2008. Meskipun pada saat itu Indonesia kalah 5-1. Kedantang Bayern Munchen menjadi ajang promosi Bundesliga di Asia karena sebelumnya Borrusia Dortmund juga hadir di Indonesia.
