Jatuh cinta memang tidak dapat mengenal tempat, itu pun biasa terjadi di tempat bung berkeluh kesah mencari nafkah. Awalnya bung tidak memliki tujuan atau pikiran iseng untuk mencari kekasih dari lingkungan kerja. Lantaran bung hanya berpikir kalau di tempat yang sarat akan kepenatan dan tekanan, kuncinya cuma satu yakni fokus serta giat setiap harinya tanpa ada unsur yang mengganggu seperti pacaran.
Lantas karena bung tidak mau ada faktor-faktor pengganggu yang dapat mengurangi intensitas dengan pekerjaan. Jadi tidak pernah terlintas di fikiran untuk mencari pasangan atau pun hanya sekedar gebetan. Tapi balik lagi, jatuh cinta memang tidak mengenal waktu, tempat dan kondisi. Ketika nona lewat begitu saja membawa berkas ternyata tanpa sengaja ada hati bung juga yang terbawanya. Hingga jalinan kasih antara dua insan pun tidak terhindarkan di tempat kerja sekalipun.
Bertemu Setiap Hari Membuat Bung Dan Nona Saling Bertukar Cerita Dari Pengalaman Kerja yang Sama
Jatuh cinta memang tidak bisa dihindarkan karena kalau menghindari, yang ada hanya rasa yang menghantui fikiran. Terlebih lagi karena satu ruang lingkup membuat bung dan nona selalu bertatapan setiap harinya sehingga obrolan pun tidak dapat terhindarkan. Momen-momen yang terjadi di kantor pun dapat terangkum menjadi sebuah kisah romantis. Karena dua insan turut terlibat jadi ada bahan obrolan yang dapat meningkat ke tahap nyaman.
Psikoterapis dari South Carolina, Tina Tessina, Ph.D dilansir dari Tirto.id mengungkapkan bahwa bekerjasama setiap hari, seperti ada tekanan dari atasan, bersimpati ketika saat sedang kesusahan dan merayakan keberhasilan dan pencapaian kerja menjadi potongan momen yang mempercepat proses pengenalan pribadi satu dan yang lain. Ada pun ikatan ini lah yang membuat intensitas antar pasangan mudah terjalin belum lagi proses makan siang sampai saat momen mengantar pulang.
Hubungan Adem Ayem yang Dijalani Bisa Membawa Hasrat Bekerja yang Lebih Taktis Dari Biasanya
Hubungan yang adem ayem dialami pasangan yang menjalin hubungan di lingkungan kerja dapat berimbas ke pekerjaan. Di mana melaksankan pekerjaan jadi jauh lebih semangat lantaran ada pembangkit mood atau moodbooster di hadapannya. Secara nyata bung dapat dukungan yang secara kondisi dipahami nona, karena nona berada di satu dunia pekerjaan yang sama.
Seperti penjelasan Doktor bidang Komunikasi dari West Virginia University, Sean M. Horan yang mengatakan persamaan pengalaman yang dimiliki dua orang sekantor menjadi dapat menciptakan rasa nyaman dari satu ke yang lainnya. Ini menjadi alasan kenapa bung dapat giat ketika secara harfiah ada pembangkit semangat di depan mata.
Tapi Kalau Lagi Berantem, Pekerjaan Terbengkelai Hingga Polemik Selesai
Tak hanya efek positif dalam bekerja, akan tetapi tak luput juga dari efek negatifnya bung. Ini merupakan permasalahan dari orang high context di mana seseorang dapat mencampurkan masalah pribadinya ke dalam pekerjaan hal ini membuat pekerjaan dapat terbengkalai. Karena masalah pribadi kerap menyita pikirannya contohnya adalah berantem dengan pasangan.
Bung tidak dapat menampik kalau hubungan akan terus adem ayem tanpa ada permasalahan. Itu tidak mungkin. Setiap hubungan yang dijalani pasti ada konflik maupun mikro atau makro bung. Apalagi dalam hubungan di tempat kerja hal ini dapat memicu profesionalitas dalam pekerjaan, hingga dapat merusak suasana pekerjaan.
Hubungan Satu Kantor Bisa Merusak Organisasi Tanpa Disadari, Karena Perasaan Cukup Memainkan Peran
Harvard Business Review pada tahun 1983 sempat mengatakan bahwa relasi romantis di tempat kerja bisa merusak struktur organisasi dan menimbulkan konflik kepentingan. Hal ini dapat terjadi apabila ada atasan yang menjalin kasih dengan bawahan, karena didasari rasa cinta dan terangkum sebagai pasangan bisa buat atasan melampiaskan kerjaan pasangannya ke orang lain agar memudahkan ia berduaan selama jam kerja. Atau bisa saja pasangan yang notabene bawahan dapat melonjak karirnya dengan cepat.
Hal seperti ini menjadi pemandangan nyata di setiap perkantoran bung. Mungkin bung dapat melihat dengan mata kepala sendiri gimana melonjaknya kerabat bung dalam masa jabatannya ketika berpacaran dengan atasan. Ya memang aji mumpung sih, dari dapat hati hingga naik gaji. Tapi tetap saja bung yang menjadi saksi bisa keki melihatnya kan?
Hubungan Profesional Menjadi Relasi Cinta Kasih Sepasang Kekasih. Apakah Sah-Sah Saja?
Dibalik pro dan kontra menjalin hubungan antara kedua insan, memang tak bisa menutup mata bahwa ada dampak positif dan negatif. Tentu saja dampak tersebut balik ke indivudnya masing-masing. Karena waktu selama bekerja bisa termakan dengan cuit-cuitan gombal guna memperat hubungan. Karena ada kebijakan kantor yang melakukan PHK terhadap karyawannya apabila menikah satu dengan yang lain.
Namun, bentuk diskriminasi ini akhirnya berangkat sampai ke Mahkamah Konstitusi di mana pasal tersebut akhirnya diangkut yang tertera dalam pasal 153 huruf UU. Yang menyatakan pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan pernikahan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Bung bisa melanjutkan jalinannya karena sudah ada payung hukum yang melindungi, tapi jangan lupa perhatikan peraturan, perjanjian kerja yang tertera.
