“dalamnya lautan dapat di duga, tetapi dalamnya hati siapa tahu”
Pepatah ini mungkin sangat tepat dalam konteks memilih teman. Apalagi memilih sahabat itu bisa dibilang sulit, karena tidak semua orang akan setia kepada kita. Tak semua juga rela memberikan waktu dan tenaganya untuk menjadi orang yang ada di sisimu selamanya.
Nyatanya, menemukan teman yang ideal tidaklah mudah. Biasanya bung juga melalui proses seleksi alam. Tanpa bung sadari, bung yang dulu sangat dekat dengan satu atau dua orang lambat laun akan menjadi terasing karena berbagai alasan.
Yang sering terjadi, proses ini biasanya diwarnai dengan sederet drama yang memberi tahu, ternyata beberapa teman yang sangat dekat dengan bung, justru memiliki sifat yang sama dengan ular. Ya, itu beracun dan suka menggigit.
Awalnya Hangat, Senang Kita Dibuat
Pada awalnya, dia menyapa bung dengan senyum hangat dan kata-kata manis. Sama seperti mangsa, bung akan tertarik dengan kata-kata manis itu. Menurutmu, dia adalah orang yang tepat untuk dijadikan teman.
Ditambah lagi, Bung punya banyak kesamaan minat. Tidak ada alasan untuk mengabaikannya. Obrolan bergulir satu per satu. Bung terbuka padanya secara tidak langsung. Sampai bung tidak menyadari bahwa dia sekarang mengetahui privasi bung yang sebelumnya disimpan.
Persahabatan berjalan baik, namun di balik senyum tersimpan bisa
Bung sejatinya adalah tipe orang yang tidak mudah bertemu dengan orang baru. Tapi dia punya kemampuan untuk membuatmu sangat percaya padanya. bung menceritakan segalanya, mulai dari keluarga, pacar hingga pekerjaan. Tidak ada penyesalan, karena bung percaya.
Baru pada saat itulah akhirnya kita menyadari bahwa apa yang kita katakan padanya menjadi gosip teman-temanmu yang lain. Tentu saja itu mengejutkan. Tapi kita hanya bisa marah padanya.
Tak ada klarifikasi hanya ada permintaan maaf
Jelas bung memaafkannya, meskipun di balik layar bung menyadari bahwa tindakannya akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
“Aku tidak menyangka”
Hanya itu kata-kata yang bisa kita ungkapkan, karena kita begitu tercekat hingga tidak tahu harus berkata apa. Satu hal yang sebenarnya bisa bung tanyakan adalah mengapa dia begitu kejam kepada bung. Jika dia menghindari atau bereaksi lebih keras, bung tidak perlu meningkatkan nada suara, bung hanya perlu menghadapinya dengan sikap tenang agar tidak membuang waktu. Namanya juga ular.
Masuk akal untuk memilih menjauh darinya
Jadi mengapa berteman dengan orang yang tidak memiliki moral? Yang terbaik adalah menjauh dari ular. Karena jika mendekatinya, itu berarti pula mendekati bahaya.
Perlu bung ketahui bahwa menjauh dari teman yang dulunya dekat tidak selalu merupakan hal yang buruk. Apalagi dia tipe backstab alias suka menusuk kita dari belakang. Untuk menjalani kehidupan yang lebih aman dan lebih damai, lebih baik putus hubungan dengannya perlahan, tetapi tidak perlu mengatakan lebih banyak.
Bung sudah cukup tahu bagaimana perasaan bung tentangnya. Setidaknya, jika dia bertindak lagi nanti dan “mengganti kulitnya” atau mencari mangsa baru, bung bisa mengingatkan orang lain untuk tidak menjadi korban berikutnya.
Percayalah Akan ada teman baru yang lebih baik dan tulus
Ketika kita menyadari sifat aslinya, kita mungkin merasa sedih. Tapi tidak perlu berpikir panjang. Percayalah kita pantas memiliki teman yang jauh lebih baik darinya.
Meninggalkan bukan berarti kita adalah orang jahat, tapi begitulah cara kita mengambil sikap agar tidak lagi menjadi korban. Kuncinya adalah memaafkannya terlebih dahulu.
Apakah dia mengatakannya atau tidak, atau dia tidak pernah mengatakan permintaan maaf, yang penting adalah bung berbesar hati. Percayalah, ketulusan akan bermembuatmu temu dengan orang yang lebih baik.
