“Jangan pernah memilih
Aku bukan pilihan”
Merupakan sederet penggalan lirik dari lagu Iwan Fals yang bertajuk ‘Aku Bukan Pilihan’. Mungkin Bung berpegang teguh akan lirik yang dilantunkan oleh Iwan Fals, apabila si nona dihadapkan dengan memilih antara Bung atau laki-laki lain, yang Bung lakukan adalah meninggalkan si nona saat itu juga. Karena Bung (merasa) bukan pilihannya. Sesungguhnya ketika Bung mengambil sikap untuk meninggalkan si nona karena merasa Bung bukan sebuah opsi atau pilihan adalah salah satu bentuk keegoisan, lho.
Oleh karena itu Bung harusnya bersabar dan tenangkan pikiran. Luangkan waktu sejenak untuk memberikan kesempatan pada si nona untuk menjelaskan. Karena dibalik alasan si nona memilih antara Bung dan dia pasti ada sebab dibalik itu semua. Karena seseorang tidak ada yang sempurna di muka bumi, apalagi dalam menjatuhkan pilihan untuk menjadi pendamping hidup, otomatis si nona tidak mau salah langkah untuk memilih, ‘kan? Bahkan kami yakin Bung juga seperti itu. Nah, ini adalah beberapa alasan kenapa si nona nyatanya pilih-pilih.
Si Nona Tidak Menemukan Adanya Chemistry yang Mengikat secara Erat
Kecocokan antara Bung dan si nona jadi hal mutlak yang harus ada kala berpasangan. Komposisi padu antara kedua belah pihak memang menjadi hal penting. Apalagi bagi si nona, kalau tidak ada chemistry dalam berhubungan sama halnya seperti berjalan melewati jembatan dengan mata tertutup. Dengan kata lain ia tidak merasakan inti sari dari namanya berpasangan atau berpacaran.
Makanya, kala ada laki-laki yang mendekati si nona, ia seolah seperti sedang menyeleksi kaum adam. Padahal tidak demikian, tapi ia mencari mana diantara Bung atau laki-laki lainnya yang memiliki chemistry yang saling berkaitan.
Cinta Bisa Hadir dan Hilang Begitu Saja
Cinta pada pandangan pertama memang ada, namun itu bukanlah tanda kalau si nona sudah terikat dan suka denganmu secara 100%. Melainkan ia hanya memiliki ketertarikan. Nah, masalah cinta memang butuh proses, Bung dan si nona tak bisa langsung mengikrarkan begitu saja. Banyak pertimbangan dan penilaian, apalagi bagi si nona yang sangat dominan memainkan hatinya dibanding logika. Jadi si nona pun kerap memilih yang benar-benar ia cintai seutuhnya.
Pasangan Bukan Hanya Cerminan, tetapi Refleksi ke Arah Lebih Baik yang Diinginkan
Si nona tentu menginginkan calon imam yang baik, dari segi kepribadian secara keseluruhan. Ia tidak mau salah menentukan pilihan, apalagi baginya pasangan merupakan refleksi diri ke arah yang lebih baik. Si nona pun tak bisa lantas menilai Bung-bung sekalian adalah orang yang pas untuk merefleksikan dirinya, karena bisa saja itu adalah ‘topeng’ kala melakukan pendekatan.
Mungkin Si Nona Punya Masa Lalu yang Tak Ingin Diingat atau Terulang
Masa lalu asmara setiap orang tak selalu manis. Kalau manis mungkin itu hanyalah sebuah dongeng yang dibuat demi menghibur kala hidup seseorang sudah menemukan rasa getir. Apalagi bagi si nona yang tersakiti oleh sikap mantan kekasih seperti mendua atau mempermainkan hatinya, Bung. Tentu saja kala ada seseorang yang mendekatinya ia berhati-hati. Karena luka di hati tak ada obat ampuh yang bisa mengobati, kecuali ikhlas dan waktu yang menghapus memori.
Kalau Bung Saja Bisa Memilih, Kenapa Si Nona Tidak?
Oke, kalau Bung mungkin memang merasa memilih hanya bagian dari laki-laki, tidak untuk perempuan. Tapi seperti kami bilang barusan, kalau Bung bersikap seperti itu tentu saja itu adalah sebuah keegoisan, bukan? Nah, kini Bung harus memikirkan sesuatu yang setara, seimbang, serta adil antara Bung dan si nona. Karena masalah memilih dan dipilih, semuanya memiliki alasan kuat dibelakangnya. Alangkah baiknya coba ketahui apa alasan yang membuat Bung memilih dan dipilih. Justru itu sikap yang lebih apik untuk diemban daripada ‘memaksa’ kalau Bung bukan pilihan.
