Saat pernikahan sudah terjalin begitu lama, asam garam kehidupan sudah cukup dirasakan selama mengarungi hidup secara berdua, bisa menjadi bukti kalau Bung dan si nona adalah pasangan yang tangguh secara lahir batin. Atau dengan kata lain dapat dikatakan jodoh. Sekian tahun bersama, tiba-tiba ada masalah menerpa, yang membuat Bung dan si nona harus berpisah. Mahligai cinta yang coba dibangun sejak beberapa tahun lalu akhirnya sirna.
Maut tidak memisahkan cinta kalian, tetapi permasalahan yang merenggangkan kalian. Banyak yang berpikiran kalau orang sudah menikah itu bukti kalau mereka berjodoh. Ternyata, itu tidak menjamin. Lantaran banyak rumah tangga yang sudah terjalin namun berpisah begitu saja. Jadi tandanya pasangan tersebut tidak berjodoh, ‘kan?Lantas kalau orang-orang kerap menyebut pasangan yang menikah sudah pasti jodoh, kenapa bisa cerai?
Terburu-buru Menciptakan Keluarga Sampai Lupa Kriteria Pasangan Sesungguhnya
Banyak dari laki-laki yang santai untuk membangun keluarga, karena masih ingin menikmati masa kesendirian. Tetapi ketika sudah mepet barulah kelabakan, akhirnya membangun keluarga pun terburu-buru sehingga memilih pasangan tanpa mencocokan dengan kriteria Bung terlebih dahulu.
Kontrasnya sikap antara Bung dan si nona, karena tak cukup waktu untuk mengenali satu sama lain, membuat sikap aslinya barulah kelihatan. Di awal tahun pernikahan coba dipendam, tetapi lama-kelamaan, Bung pun tidak tahan sehingga berpisah menjadi solusi yang sepadan.
Overthinking Akan Sebuah Masalah dan Kerap Menyalahkan Keadaan
Hidup pasti ada saja cobaan. Ketika Bung sudah memiliki keluarga, persoalan pun pasti akan ada mulai menguji. Mulai dari masalah finansial sampai keluarga, terutama kalau sudah memiliki anak. Tidak pandai dalam menyelesaikan masalah membuat rumah tangga dapat karam begitu saja. Apalagi selalu menyalahkan keadaan dan menganggap hal itu sebagai biang masalah tentu bukan jalan keluarnya.
Karena Bung sekarang menjadi kepala keluarga, Bung adalah otak dari keluarga yang sedang Bung bangun. Kalau Bung sebagai kepalanya saja sudah tak mampu menyelesaikan masalah, tentu akibatnya fatal. Tidak perlu menjadi orang pintar dalam menyelesaikan masalah Bung, tetapi sepintar-pintarnya Bung saja dalam menghadapinya.
Orang Ketiga di Dalam Rumah Tangga Adalah Bahaya Nyata
Bahaya nyata itu adalah orang ketiga, mereka bakal hadir dan menggoda untuk meruntuhkan rumah tangga yang ada. Laki-laki biasanya menjadi objek utama yang terkena dalam kasus semacam ini dibanding perempuan. Mulai dari lingkungan kantor dan teman semasa sekolah dulu.
Prosesnya pun berawal dari menanyakan kabar dan meningkat intensitasnya lewat chatting atau telepon. Kalau Bung tak kuat iman dan godaan bisa jadi Bung berbelok ke arah yang salah. Tak perlu adanya masalah di internal rumah tangga atau kejenuhan, selama ada hal seperti itu (dibaca : orang ketiga) kondisi yang adem ayem pun bisa membuat laki-laki goyah.
Ketidakpuasan di Ranjang Pun Dapat Mengandaskan Pernikahan
Apabila Perceraian Terjadi Jangan Anggap Itu Takdir yang Wajar Terjadi
Manusia yang memilih, Tuhan yang menentukan. Kurang lebih seperti itulah kalau Bung menyalahkan apabila kesialan, keburuntungan, sampai perceraian yang terjadi adalah bagian dari takdir. Tidak ada orang yang ditakdirkan untuk bercerai, Bung. Lantaran manusialah yang bisa dan dapat mengubah takdir itu sendiri. Semua yang terjadi adalah pilihan Bung sendiri, jadi tak ada hubungannya takdir dengan perceraian. Mungkin Bung kurang teliti dalam memilih pasangan karena nafsu di kepala sudah mengalahkan kejernihan hati ketika memilih calon istri.
