Sport

Usia Muda Berkarir Di Luar Negeri Tak Membuat Nasionalisme Luntur Sejak Dini

Ada sesuatu yang keliru ketika melontarkan kata “tidak nasionalisme” kepada Evan Dimas dan Ilham Udin lantaran kedua pemain ini bakal bergabung dengan tim asal Malaysia, Selangor FA, musim depan. Pernyataan yang dilontarkan oleh ketua umum PSSI, Edy Rahmayadi, sontak mengundang marah publik pecinta sepak bola Tanah Air. Karena selain memberi cap tidak nasionalis, beliau juga menyebut mereka mata duitan. Ketakutan Edy Rahmayadi dikarenakan Indonesia bakal berlaga di ASIAN Games 2018 selaku tuan rumah, otomatis publik berharap besar pada cabang olahraga sepak bola.

Memangnya apa yang salah Bung dengan memperkuat tim negara lain, bukannya sah-sah saja? Malahan pemain-pemain Eropa banyak diisi oleh pemain dari benua Afrika, Amerika bahkan Asia, dan prestasi mereka ketika membela timnas sama bagusnya dengan penampilan mereka di Eropa. Seperti Ronaldo Da Lima membawa Brazil memboyong piala dunia 2002 dikala ia membela Inter Milan, tim yang berasal dari negara Italia. Lantas harus bagaimanakah seorang pemain untuk meningkatkan performanya? Apakah dengan tetap bermain di liga lokal saja?

Bagaimana Mau Berkembang Kalau Pemainnya Berlaga Di Liga Yang Nggak Bagus-Bagus Amat!

Sumber : Jawapos.com

Seharusnya mereka yang berada di federasi sepakbola harus paham mengenai seluk-beluk sepak bola dan mengerti cara untuk membangkitkan prestasi tim nasionalnya. Tak usah jauh-jauh menengok ke tanah Eropa. Di kancah Asia, Jepang bisa dibilang paling maju sepakbolanya. Semua bermula ketika Negeri Samurai memiliki visi 100 tahun JFA (Semacam PSSI-nya Jepang). Dari membangun liga yang profesional, setiap tim juga diwajibkan memiliki akademi muda dari U-10, U-12, U-15 dan U-18. Tak ayal lagi, puncaknya di tahun 2050 Jepang menargetkan menjadi jawara Piala Dunia.

Bagaimana dengan Indonesia? Nampaknya Bung pun harus mengelus dada. Pasalnya di kancah Asia seperti dilansir AFC, Liga Indonesia berada di peringkat 24. Jauh dibawah Malaysia yang kualitas liganya menempati posisi ke-13. Selain itu negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Australia dan Singapura secara posisi masih berada di atas liga kita Bung. Jadi tak salah apabila pemain-pemain Indonesia ingin berkarir di liga negara tetangga untuk meningkatkan kualitas permainannya. Jadi sekarang sudah jelas kan Bung mengapa jika ada pemain kita yang ingin berkarir diluar sebaiknya tidak perlu ditahan-tahan!

Tolak Ukur Nasionalisme Itu Dari Hati Pemain Bung, Bukan Dari Karir

Sumber : Mediaindonesia.com

Kalau berbicara soal nasionalisme memang bakal jadi perdebatan panjang. Memang pro dan kontra pasti ada, dan itu sah-sah saja. Untuk urusan si kulit bundar, rasanya salah untuk bertanya seberapa besar nasionalisme pemain dari karir mereka. Tanya saja Shinji Kagawa, meskipun Jepang memiliki liga terbaik nomor 5 di Asia, tak membuat dirinya puas begitu saja Bung. Menjadi bagian Borrusia Dortmund dan Manchester United pernah dilakoninya. Tapi untuk urusan timnas dia selalu setia untuk membela. Bahkan Jepang berlaga di piala dunia tahun depan juga berkat andil dari dirinya. Ketika sang pelatih tak memanggilnya dalam laga uji coba, ia pun merasa kecewa.

Mungkin hal ini bakal terjadi dengan Evan Dimas dan Ilham Udin, Setelah berhasil membawa timnas U-19 menjadi jawara pada kancah Asia Tenggara dan membawa ke pentas piala Asia beberapa tahun lalu. Nama Evan dan Ilham digadang menjadi bintang dan punya peran penting, bukan hanya figuran lapangan yang dijual kisahnya untuk mendapatkan atensi publik saja. “Pastinya saya akan hadir saat dipanggil tim nasional, saya selalu siap,” ujar Ilham  dikala nasionalismenya disinggung ketua umum PSSI. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan bukan?

Banyak Tuh, Pemain Yang Nggak Main Di Liga Lokalnya Tapi Bisa Memberikan Prestasi Untuk Timnasnya

Sumber : Performsgroup.com

Selain Ronaldo Da Lima, Shinji Kagawa, Nama Cristiano Ronaldo juga tidak bisa dilupakan ketika tahun lalu membawa Portugal menjadi juara Piala Eropa mengalahkan tuan rumah, Perancis. Pemain-pemain yang berjasa membawa prestasi buat negaranya tersebut juga tidak bermain di liga lokalnya lho! Jadi kalau berbicara soal Evan Dimas dan Ilham Udin yang merumput di Malaysia, dan nantinya menjadi kurang berkontribusi pada saat ASIAN Games adalah hal keliru. Apabila diperhatikan lebih dalam, sepak bola tidak hanya individu, tapi taktik dan tim. Jadi peran Evan dan Ilham di Liga Malaysia, tentu saja berbeda dengan timnas Indonesia. Jadi tak perlu takut berlebihan dengan cap anti nasionalis dan mata duitan.

Kira-Kira Pemain Kelas Dunia Ada Yang Berkarir Di Liga Lokalnya Nggak Ya?

sumber : thesefootballtimes.co

Kalau berbicara pemain kelas dunia yang berkarir di liga lokalnya. Mungkin sederet pemain Spanyol yang berjasa membawa mereka menjuarai Piala Eropa 2008 dan 2012 sekaligus Piala Dunia 2010 patut diperhatikan. Karena mayoritas pemain berlaga di liga lokalnya yakni La liga. Kemudian Jerman yang berhasil keluar sebagai juara piala dunia 2014 dengan aksi apiknya, apalagi ketika membantai Brazil 1-7. Mayoritas pemain Jerman pun berlaga di Bundesliga. Sederet pemain top kelas dunia ada di dua liga tersebut. Tanpa perlu disebutkan Bung pasti tahu siapa saja mereka.

Nah bedanya adalah, liga lokal mereka seperti La Liga dan Bundesliga adalah deretan liga top dunia, bahkan banyak pemain dunia yang berlomba berlaga di sana. Jadi sangat kompetitif untuk meningkatkan skill individu dan juga knowledge dari pemain. Hal ini rasanya belum terlalu bisa disamakan dengan Indonesia, karena liga kita masih jauh dari kata berkualitas. Bahkan juara liga tahun ini saja sarat kontroversi. Jadi mau gimana?

Ketakutan Di Kompetisi ASEAN Jadi Alasan, Tapi Kan… 

Sumber : Humas.id

Sebagai tuan rumah ASIAN Game 2018, kita pasti ingin tampil gemilang. Ya kalau bisa tidak malu-maluin lah Bung! Apa lagi sepak bola menjadi olahraga sarat gengsi dan diminati mayoritas masyarakat di Indonesia. Otomatis desakkan publik untuk sepak bola Indonesia dapat berbicara banyak pasti ada.

Tapi kalau mengecap pemain tidak nasionalis yang digadang tampil gemilang pada saat pagelaran ini nantinya adalah hal yang kurang baik. Bakal menurunkan semangat juang pemain tersebut untuk tampil optimal di ajang ini nantinya. Seharusnya Ketua Umum PSSI dapat menyikapi kepindahan Evan dan Ilham ke Liga Malaysia secara bijak. Karena ada satu penelitian Queen’s University Belfast menyebutkan, perpindahan pemain, peraturan dan perekrutan pemain dan pelatih asing, dan kepemilikan kesebelasan tidak berdampak kepada nasionalisme para pelaku sepakbola seperti dilansir Panditfootball.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top