“Kita uji saja. Kasus Ratna Sarumpaet itu kan musibah bagi kami, bahwa Pak Prabowo jadi korban hoax. Kita lihat bagaimana kubu sebelah menggoreng dengan luar biasa. Bahkan Ketum PPP bilang pendukung Prabowo berbondong-bondong pindah ke Jokowi. Jadi kan digoreng secara sistematis dan luar biasa dan digiring secara opini,” kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade dikutip dari Detik.
Imbas dari kasus hoax Ratna Sarumpaet diperkirakan bakal menghambat alur suara dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, malahan akan terjadi swing voters yang membuat pendukung mereka bakal beralih ke kubu Jokowi-Ma’ruf.
Tetapi Andre tetap percaya diri bahwa tidak akan terjadi swing voters hanya gara-gara kasus ini, apalagi ia mengatakan kalau posisi Prabowo-Sandi adalah korban kebohongan. “Jadi kami optimis bahwa kasus Ratna tidak akan berpengaruh terhadap elektabilitas Pak Prabowo. Karena masyarakat sangat cerdas, sangat rasional, bahwa Pak Prabowo korban Ratna Sarumpaet. Memang Mbak Ratna itu pemain drama ulung yang memang melakukan cerita bohong kepada kita,” tutur dia.
Justru politikus Gerindra ini mengatakan kalau kasus Ratna terus digoreng untuk mengalihkan perhatian publik terhadap beberapa kasus yang sekarang ini jadi luput dari perhatian. Seperti soal naiknya harga Dolar sampai tentang bantuan bencana alam di Lombok. Menurutnya banyak hal yang harus diperhatikan dari pada sekedar kasus hoax Ratna Sarumpaet.
“Betapa kubu sebelah sangat massif menggoreng seperti PSI dan bahkan Rommy. Setelah kami pelajari, ada strategi baru dari kubu sebelah. Apa itu? Bahwa ini, membangun narasi soal Ratna Sarumpaet adalah strategi kubu sebelah untuk mengaburkan masalah soal kegagalan pemerintah mengelola ekonomi. Bagaimana dolar sampai Rp 15.400 bahkan kalau kita tidak hati-hati bisa sampai Rp 16.000,” ucapnya.
“Lalu kegagalan pemerintah dalam memenuhi janji kasus Lombok. Lombok itu pemerintah janji untuk memberikan uang jaminan hidup Rp 300 ribu per bulan. Dari awal Pak Jokowi datang sampai bulan ketiga, ke mana realisasinya? Apalagi janji lain seperti uang bantuan perbaikan rumah? Itu lebih sumir lagi,” imbuhnya lagi.
Selain dua hal tersebut, Andre pun mengatakan bahwa terjadi krisis ekonomi yang membuat bantuan untuk mahasisa yang mendapatkan beasiswa S2 lewat LPDP menjadi terganjal.
“Bahkan, saya dengar, itu bantuan beasiswa mahasiswa untuk S2 dari LPDP tahun ini tidak ada yang berangkat. Beasiswa pemerintah yang biasanya mahasiswa dikirim ke luar, tahun ini tak ada. Berarti kan ada krisis ekonomi kita. Nah, butuh narasi supaya masyarakat tidak ngeh gitu loh,” tutup Andre.