Rivalitas atau persaingan kedua tim dalam sepak bola memang tidak bisa dihindarkan, hal ini semacam bumbu penyedap yang wajib ada, bahkan di sepak bola belahan dunia mana pun. Tapi apakah iya rivalitas harus membawa korban sampai kehilangan nyawa? Bukan apa-apa, tetapi rivalitas di Indonesia nampaknya telah mengarah ke arah yang tak sewajarnya. Seperti kasus rivalitas kedua klub penghuni papan atas di Liga 1 Indonesia, antara Persib dan Persija.
Bukan hanya sekali, namun sudah tujuh kali! Sejak tahun 2012, dimana nyawa harus menghilang begitu saja. Fanatisme yang berlebihan membuat seseorang buta akan apa yang diperjuangkan, padahal mereka hidup di satu negara yang mengenal arti Bhineka Tunggal Ika secara jelas apa adanya. Bukan sekedar kata yang hanya bertengger dicengkram lambang garuda. Lantas mau sampai kapan kedua belah pihak saling menaruh dendam sampai buta mata untuk menghabisi nyawa dengan tega begitu saja.
Rangga Cipta Nugraha
Seorang Bobotoh bernama Rangga Cipta Nugraha adalah korban dari kegelapan fanatisme kedua oknum supoter sepak bola pada tahun 2012 lalu. Rangga yang kala itu memberanikan diri menonton langsung laga Persija kontra Persib di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) tewas setelah dikeroyok akibat kegirangan saat tim kesayangannya mencetak gol. Kejanggalan pemandangan memicu The Jakmania menyeretnya keluar hingga menghabiskannya. Bahkan di Blackberry Rangga ketika itu statusnya berubah dengan huruf kapital yang bertuliskan, “Ini Jakarta Bukan Bandung,”
Lazuardi
Masih di hari yang sama dengan tewasnya Rangga, di sisi lain stadion ada korban lainnya bernama Lazuardi yang sempat diteriaki Viking oleh anggota The Jakmania. Berawal dari tidak semangatnya Lazuardi saat Persija merayakan gol menimbulkan kecurigaan kalau ia bukan salah satu dari Jakmania seperti yang dikatakan oleh Kasubdit Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heriawan.
“Saat gol 2-1 untuk Persija, itu semua yang ada di sektor 10 menyoraki dan dengan yel-yel, namun mereka melihat salah seorang hanya duduk diam, tidak mensuport, lalu salah satu Jakmania curiga dan mulai menanyai yang bersangkutan (Lazuardi),” kata Herry.
Anggota Jakmania pun langsung bertanya kepada Lazuardi, namun ia tak menjawab dan hanya diam saja. Tetapi saat Lazuardi menggaruk-garuk badan terlihat syal Viking yang melingkar dan membalut perutnya. Inilah yang memicu para oknum suporter menjatuhkan bogem mentah bertubi-tubi sampai korban tewas.
“Nah, karena melihat syal Viking itulah sontak salah satu suporter meneriakinya “Viking ..Viking”, dan membuat para tersangka lainnya menghampiri korban lalu memukulnya,” terang Herry.
Harun Al Rasyid Lestaluhu
Tidak hanya bobotoh atau viking saja yang terus-terusan menjadi korban. Namun Jakmania pun juga merasakan kepahitan dari hasil fanatisme ini. Di tahun 2016, Persija melawan Persib harus dilakukan di luar dua kota yang bertanding yakni di Stadion Manahan, Solo.
Tak ingin membiarkan timnya berjuang sendirian dan Persija yang dipertandingan tersebut selaku tuan rumah, alhasil The Jakmania pun datang dan memadati stadion tersebut. Namun nahas, bentrokan yang terjadi di Tol Palimanan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab harus pecah. Dalam rilis Pengurus Pusat The Jakmania mengatakan kalau Harun meninggal akibat dikeroyok dengan menggunakan senjata tajam seperti pedang.
Ricko Andrean
Gelap mata akan fanatisme nampaknya bisa terlihat dari kasus Ricko Andrean yang terjadi pada tahun 2017 yang merupakan korban salah sasaran oleh suporter sepakbola, tepat di laga Persib melawan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Rico saat itu berada di Tribun Utara, karena merasa lapar maka ia dan temannya membeli makan.
“Kata temannya waktu babak satu kan ada istirahat, banyak tukang dagang dia beli makan sama temannya. Kalau tidak salah di tribun utara kan kalau istirahat banyak tukang dagang dia beli makan sama temannya,” ujar Susilawati dalam dialek Sunda dikutip dari Tribun.
Ricko yang merasa gerah, ia memutuskan untuk membuka baju viking yang ia kenakan. Kemudian terjadi keributan yang diduga ada Jakmania yang dipukuli oleh oknum suporter. Didasari rasa penasaran, alhasil Ricko pun spontan berlari dan melihat ke sumber keributan.
Namun saat menghampiri target pemukulan oknum yang diduga sebagai Jakmania justru bersembuyi di balik badannya. Tanpa menggunakan atribut Persib justru Ricko diduga anggota Jakmania hingga menjadi korban kekerasan. Padahal sebelum dihujani pukulan Ricko sempat menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP)nya yang berdomisili di Bandung kepada massa.
“Sebelum dipukuli dia nunjukin KTP dan bilang “aing orang Bandung, Aing orang Bandung,” ujar Susilawati
Namun saking banyaknya massa yang emosi, pembelaan yang ia berikan pun sia sia. Dia dipukuli dan menjadi bulan bulanan suporter hingga akhirnya babak belur dan tak sadarkan diri. Nyawanya pun tak terselamatkan saat di bawa ke di RS Santo Yusup Bandung.
Haringga Sirilla
Haringga Sirilla, kita harap menjadi yang terakhir dalam peristiwa ini, Bung. Hingga tak ada lagi suporter yang menjadi korban akibat keberingasan para oknum yang terjebak dengan fanatisme semu. Harlingga sendiri meninggal akibat dikeroyok oleh Bobotoh di Stadion GBLA pukul 13.00 sebelum pertandingan digelar.
Salah seorang oknum suporter Persib yang berjumlah banyak mengejarnya dan berteriak kalau orang yang dikejar merupakan Jakmania, suporter dari Persija. Haringga yang dikejar pun meminta tolong kepada tukang bakso, namun nyawanya tak terselamatkan akibat pengeroyokan dari oknum suporter Persib.
Lewat kejadian ini seharusnya kita semua harus berkaca Bung, bahwa tidak seharusnya nyawa menghilang begitu mudahnya karena rivalitas. Karena sepak bola tak lagi bisa dibilang sebagai hiburan atau olahraga apabila dalam pertandingannya harus memakan korban jiwa akibat keberingasan para oknum suporternya.
