Terlihat menyala dengan tawanya tatkala menonton film komedi berdua. Entah kenapa aura cantiknya terpancar lebih kuat dari biasanya. Barangkali karena diri ini juga menyenangi hal yang sama, yakni komedi dan dunia tawa.
Bung bisa senang karena mencintai dunia yang sama. Tapi faktanya, Bung justru berada pada sisi yang berbeda dengan si nona. Dan demi menghindari kesalahan dalam memahami kecintaan yang si nona juga suka, alangkah baiknya jika Bung mencoba memahami dimana mereka berdiri.
Apakah benar si nona satu deretan dengan yang Bung suka atau malah berseberangan dengan yang Bung kira.
Sama seperti Bung, si nona juga punya versi terbaik sesuai seleranya. Tak jauh-jauh memang, dalam urusan film komedi, kaum hawa tetap menyukai komedi yang romantis. Lain halnya dengan Bung yang lebih suka menonton komedi yang akan membuat Bung terbahak-bahak, sekalipun itu film komedi dengan bahasa yang mungkin kasar. Si nona mungkin akan lebih menyenangi beberapa plesetan yang tak bernada vulgar, sedangkan Bung berada pada pihak yang sebaliknya. Tak perlu malu-malu, akui sajalah Bung!
Hal ini pulalah yang akhirnya menciptakan sebuah stereotip tentang film komedi dan siapa yang menontonnya, ‘film perempuan’ untuk kaum hawa, dan ‘film laki-laki’ yang jadi milik Bung. Bukan sekedar anggapan, sebab hal itu juga didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh sejumlah pengamat psikologi.
Sebuah penelitian di Amerika mengatakan bahwa beberapa perempuan cenderung lebih menyukai film komedi romantis, sementara para laki-laki lebih menyenangi komedi satir yang gelap.
Hal ini dikarenakan sejumlah alasan budaya yang kompleks dan cara pemasaran film yang cenderung bernuansa gender. Bahkan jika saat ini Bung bertanya pada anak-anak, mereka juga tahu judul film mana yang ditujukan kepada penonton laki-laki atau perempuan.
Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang signifikan antara gender dan pilihan film komedi. Hal lain yang mungkin juga akan membuat Bung semakin memahami si nona. Temuan baru yang juga menyebutkan bahwa otak laki-laki dan perempuan agak berbeda dalam merespon lelucon. Jika si nona merasa komedi yang dihantar oleh film-film kartun lebih mengena, bagi Bung justru sebaliknya.
Mungkin bagi sebagian laki-laki ini tak terlalu berarti. Tapi Bung harus tahu meski memiliki kesamaan di berbagai hal tak selalu berdampak baik, salah dalam mengartikan apa yang si nona pikirkan bisa berdampak buruk pada hubungan. Bahkan jika Bung tak berhati-hati dalam menilai si nona, bisa-bisa nasib hubungan pun jadi berada di ujung tanduk.
