Memang sih pada dasarnya dilakukan dengan alasan cinta, tetapi tidak begitu juga Bung. Karena kalau dipikir-pikir ternyata sikap yang Bung lakukan dengan berasaskan cinta, sejatinya belum tentu layak diterima si nona. Cinta memang hampir sama dengan politik, kalau dilihat dari sisi pretensiusnya, sama-sama soal kekuasaan. Satu pihak ingin mengusai jabatan, sedangkan yang lainnya lagi hendak mengusai perasaan agar tidak lepas.
Tetapi kalau dipikir-pikir lagi Bung, apa yang Bung lakukan pada si nona dengan beralibi cinta terkadang tidak layak diterima si nona lho. Coba Bung pikir-pikir kembali sembari menyeruput kopi. Kalau saja Bung di posisi si nona dan Bung mendapatkan perlakuan seperti itu, pasti Bung bakal merasa risih atau terkekang. Jika Bung kerap melakukan hal seperti itu, mungkin bisa saja membuat si nona bak menyimpan bom waktu. Tinggal tunggu waktu di mana dia merasa muakm dan si nona pun bakal meluapkan kemarahannnya. Jadi coba Bung pikirkan, apakah yang dilakukan laki-laki selalu baik terhadap perempuan, atau hanya menguntungkan sisi laki-laki saja?
Harus Melapor 1×24 Jam Bak Tamu Baru Di Sebuah Lingkungan
Memang wajar kok, kalau Bung ingin selalu mendapatkan kabar dari si nona. Lagi apa, di mana,dan sama siapa. Hal itu bisa jadi pembuktian kalau Bung ingin mengetahui keberadaan nona. Mungkin si nona juga senang kalau ternyata Bung sebagai pasangan begitu ingin tahu dan tidak cuek. Sampai disini semuanya memang masih terasa baik-baik saja.
Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, Bung sama saja seperti mengekang si nona lho. Secara tidak langsung Bung selalu menuntut nona untuk lapor kapan pun dan di mana pun, ibarat tamu baru di sebuah lingkungan atau lebih pahitnya, seperti tahanan di sebuah rumah tahanan. Bisa saja Bung bakal marah ketika si nona tak memberi kabar ketika dia sedang hang out bersama sahabatnya. Kalau posisi ini dibalik, apakah Bung siap menjadi tahanan? Maaf, maksudnya siap menjadi pasangan?
Giliran Bung Ditanyakan Kabar, Langsung Bubar
Seketika ketika Bung ditanyakan soal kabar, Bung langsung merasa gusar. Bahkan ketika ditanya lagi di mana, Bung selalu membalas dalam jangka waktu yang lama. Apakah itu adil? Jelas tidak! Bung secara tidak langsung telah menguasai hubungan, sehingga Bung dapat bertindak semau dan sesuka Bung. Jelas saja hal itu bakal merugikan pihak perempuan, apalagi perihal berkabar Bung selalu menunda-menunda, apakah itu pertanda kalau si nona tidak layak untuk didahulukan?
Kalau Ada Lawan Jenis yang Mengajaknya Berbicara, Bung Seketika Naik Pitam
Menjaga sih boleh, tapi tidak sampai sebegitunya juga Bung. Kalau Bung melarang si nona untuk berkomunikasi dengan laki-laki selain Bung, itu sudah barang tentu menjadi keanehan. Si nona sudah pasti memiliki teman pria, yang mana hanya sekedar teman saja.
Tentu si nona pada beberapa waktu ingin bertemu, sekedar untuk melepas rindu dan menjaga silaturahmi dengan temannya. Tapi Bung selalu membatasi ruang pertemanannya, karena merasa cemburu atau merasa hubungan jadi tidak aman kalau si nona terus menjalin pertemanan dengan laki-laki lain. Bahkan tidak hanya dengan teman laki-lakinya, dengan teman perempuannya pun Bung juga membatasi pertemanannya. Bersikaplah dewasa, karena yang namanya menjaga komitmen diusia yang tak lagi remaja, seharusnya tidak ada lagi tipe cemburu semacam ini.
Secara Tidak Langsung Bung Merasa Menjadi Korban Dalam Hubungan. Bung ini Laki-laki atau Perempuan?
Mungkin ini Bung jadikan strategi dalam berhubungan, ketika ada pertengkaran, Bung selalu merasa seperti korban. Contoh kecilnya saja ketika Bung telat menjemputnya untuk kencan, Bung malah menyalahkan si nona karena lama berdandan. Padahal Bung sendiri juga telat jalan. Apakah Bung sadar kalau Bung selalu berusaha mendeklarasikan diri sebagai korban didalam hubungan? Padahal si nona juga belum tentu salah atau malah tak salah. Bukankah itu jahat?
Ketika Ruang Berekspresi Dibatasi Karena Takut Menjalin Si Nona Hubungan Rahasia Secara Pribadi
Potensi selingkuh disetiap hubungan pasti ada. Tergantung siapa yang ingin menjalankan ataupun tergoda. Memang alasan ini cukup masuk hingga Bung berupaya untuk mengetahui semua akun sosial medianya, agar Bung dapat leluasa memantaunya. Apakah ada yang mencurigakan dari dirinya, atau adakah orang lain yang ingin merusak hubungan yang sudah dijalin sekian lama.
Mungkin Bung merasa wajar-wajar saja saat melakukannya, namun hal itu sejatinya norak Bung! Mungkin dalam beberapa waktu si nona malah malas bersosial media karena merasa ruang berekspresinya dibatasi. Kalau sudah begini, bisa saja si nona membuat akun satu lagi. Lagi pula, buat apa Bung menjaga akun sosial medianya? Memangnya bung polisi sosial media? Biarlah si nona berekspresi, kalau si nona selingkuh berarti dia bukan orang yang cocok untuk berkomitmen dengan ampuh. Mudah kan Bung?
