Apa Bung pernah melihat si nona sangat nyambung saat berbicara dengan orang lain yang notabene lawan jenis? Apakah seringkali Bung merasa si nona langsung klop atau nyambung selain dengan Bung? Jangan dianggap remeh Bung, karena tindakannya tersebut sudah termasuk selingkuh secara emosional.
Terjebak dengan selingkuh emosional atau emotional affair adalah sesuatu yang tidak mengenakkan karena dapat membuat Bung panas hati. Memang secara fisik tidak terlihat kalau si nona dan orang tersebut saling bersentuhan. Namun, gerak-gerik yang dilakukan sangatlah mencurigakan meskipun ia selalu berlindung dengan kalimat, “Dia cuma teman kok!”
Perjumpaan yang Berlebihan di Dunia Nyata maupun Maya
Menjadi persoalan yang membuat Bung mengalami hal yang tidak mengenakkan adalah sering kali selingkuh secara emosional tidak diakui dan tak dianggap si nona sebagai perselingkuhan. Padahal hal itu terlihat secara nyata, si nona memiliki ruang dalam hatinya untuk orang lain.
Dilansir dari Huffingtonpost.com, sering bertemu dan berhubungan yang berlebihan antara si nona dengan orang tersebut adalah ciri-ciri si nona sedang mengalami gejolak ketidaksetiaan secara emosional. Kerap berhubungan lewat media sosial, bahkan Bung secara tak sengaja mendapati mata si nona saling kontak mata secara intim dengan orang itu saat bertemu, meskipun ada Bung di sebelahnya.
Si Nona Sulit untuk Melepaskan Gawai. Memantau Media Sosial Jadi Rutinitasnya, Terutama Notifikasi dari Si Dia
Secara rutin, si nona selalu mengecek media sosial dengan peka terhadap notifikasi. Si nona seperti menunggu pesan yang ia inginkan, tapi sayangnya tak kunjung datang. Ketika Bung menegur dengan berkata, “Kok kamu main handphone terus?”, justru si nona bakal marah dan merasa Bung mengusik kenyamanannya.
Kalau saja dulu si nona tak begitu terobsesi dengan gawai kemudian berubah, sudah wajar kalau Bung curiga. Tentu Bung bisa menebak, orangnya yang mana. Karena orang yang terlibat emosi secara emosional sangat mudah dipergoki di depan mata.
Cara Pandang hingga Tujuan Soal Pernikahan Mulai Berubah Secara Perlahan
Meski tak mengalami doktrin dari si orang tersebut, lambat laun si nona mengalami perubahan cara pandang dan tujuan dari yang semula telah disepakatinya dengan Bung. Mungkin si nona mulai berpikiran, kalau orang tersebut juga mempunyai potensi yang sama layaknya Bung yang merupakan pasangan secara resmi. Dimana orang tersebut dirasa dapat menjadi pendamping si nona di masa depan.
Dalam ruang lingkup pernikahan, si nona mulai menghilangkan sentuhan sebagai seorang istri dan juga ibu dalam satu kondisi. Si nona mulai terlihat lesu untuk membangun pondasi rumah tangga dan menjalankan secara acuh tak acuh untuk menimbulkan konflik sehingga berujung ke perceraian.
Obrolan Pun Mulai Tak Jelas Arahnya. Sering Kali Bung dan Si Nona Duduk Berdua, tapi Tak Saling Bicara Sebab Si Nona Asyik Sendiri
Bukan persoalan obrolan saja yang terasa hambar, si nona pun tak tertarik untuk membahas segala sesuatu secara detail dengan Bung. Acap kali ia hanya menanggapi ala kadarnya saja. Seolah Bung adalah agen suatu jasa yang ingin ditolaknya mentah-mentah tetapi dengan cara yang lebih halus. Obrolan pun jadi tak jelas arah dan tujuan, ketika Bung mencoba membahas orang lain, namun si nona tak menginginkannya. Ia hanya terdiam sambil memandangi gawainya saja.
Dia Hanya Seorang Teman, Tak Lebih Dari Itu!
Selalu berkilah kalau hubungan si nona dengan si dia hanya sebatas teman. Ketika Bung bertanya atau memergoki si nona sedang berbalas pesan di media sosial. Ia hanya berkilah dengan alibi, “Ia cuma seorang teman!” atau “Ia hanya seorang teman!” Ya Bung, seperti ada makna pembelaan terhadap orang tersebut. Pemakaian kata cuma dan hanya sesungguhnya agak mencurigakan. Kalau teman, kenapa intensitasnya sangat berlebihan, bahkan melebihi sikapnya pada Bung yang notabene adalah pasangannya.
