Emosi Buffon sebagai pemain sangat meluap-luap, saat dirinya diganjar kartu merah lewat penalti yang kontroversial di laga leg kedua Liga Champions Perempat final musim 2017/18, kala Juventus bertemu dengan Real Madrid. Kiper kawakan tersebut melayangkan protes keras terhadap wasit Michael Oliver disambung dengan beberapa kata yang menjurus kasar, Oliver pun dibilang sebagai binatang dan tidak punya hati oleh Buffon.
Dibalik emosinya Buffon terhadap sang pengadil memang dianggap wajar oleh beberapa pemain Italia tapi tidak dengan Del Piero, karena amarah yang ditampilkan begitu langka dalam pemandangannya. Biasanya dalam situasi seperti itu Buffon justru tampil sebagai peredam emosi bukan tersulut emosi. Tapi beginilah sepakbola bung, di mana setiap pertandingan sangat menguras emosi apalagi saat menemui hal kontroversi.
Tetapi Buffon bukan tipikal yang tempramental apabila kita menangkap dari ucapan Del Pierro. Berbeda dengan beberapa pemain ini yang justru terkenal dengan emosi yang gampang meledak.
Agresivitas Gattuso Sangat Mengintimidasi Lawan Setiap Pertandingan
Gattuso memang terkenal sebagai pemain yang pantang menyerah di setiap pertandingannya. Pemain bertubuh kecil ini menghabiskan karirnya sebagai pemain AC Milan memang sangat agresivitas terutama kepada pemain lawan. Aksi saling dorong sampai mencekik pernah diperlihatkan oleh pemain yang kini menjabat sebagai pelatih di AC Milan, seringkali Gattuso diganjar kartu karena aksinya yang agresif tersebut. Lewat sikapnya yang tempramen ia pun mendapatkan julukan Rhino atau si badak.
Kerap Berkelahi Menjadi Nama Tengahnya
Diego Costa kerap berkelahi dengan bek lawan karena kerap mendapatkan tekel keras. Wajar saja penyerang haus gol ini memang patut diwasapadi dan tidak boleh sampai lolos karena suka menjadi ancaman bagi tim lawan.
Memang performanya di Chelsea tidak menawan seperti di Atletico Madrid, membuatnya dia kembali lagi ke klub lamanya tersebut karena terlibat konflik dengan Antonio Conte, manajer Chelsea saat itu. Sebagai catatan Diego Costa melakukan cara-cara kasar yang luput dari penglihatan wasit.
Pria Irlandia yang Sering Terlibat Cekcok Sampai Pernah Mematahkan Kaki Lawan
Alf Inge Haaland merupakan korban saat Roy Keane mentekel kakinya dengan keras dan membuatnya harus pensiun dari sepakbola pada laga Derby Manchester tahun 2001. Tidak ada hal yang ditakuti Roy Keane menjadikan alasannya ia sering berseteru dengan pemain lawan.
Gelandang asal Republik Irlandia ini pun sering membela rekan setimnya dan maju lebih dulu apabila terlibat perkelahian. Tak jarang juga Roy Keane memarahi wasit apabila keputusan ini merugikan MU saat itu.
Tak Jarang Juga Pesepakbola Masuk Penjara Karena Tempramennya
Salah satu gelandang Inggris yang cukup bermasalah adalah Joey Barton. Pemain ini pun pernah masuk ke penjara selama 77 hari akibat perkelahian yang dilakukannya, lantaran perkelahian yang dilakukan tidak hanya di dalam lapangan namun juga di luar lapangan. Sederet catatan negatifnya membuat Joy Barton terkenal sebagai pemain yang cukup kontroversial.
Keberingasan Pepe Terlihat Dengan Cara Memperlakukan Pemain LA Liga
Pepe yang sekarang berseragam Besiktas, memang merupakan bek hebat yang mampu membendung serangan lawan lewat aksi penyelematannya. Permainan Pepe di lini belakang semasa berseragam Real Madrid, juga mencerminkan kalau ia merupakan pemain yang disiplin, namun emosi yang dikadung pemain ini kerap tak bisa dikontrol sehingga adu fisik sampai perkelahian kerap terjadi.
Kasus paling parahnya adalah ketika Pepe mendorong pemain Getafe, Javier Casquero hingga jatuh dan Pepe pun dengan tega menendang bagian belakang berulangkali.

Leave a Reply
Menolak Menjadi Pengikut ‘Setan Merah’ Demi Fokus Menjalani Agama

Mendapat tawaran dari klub macam Manchester United, pasti membuat pemain berpikir dua kali untuk menolak. Lebih besar kemungkinan untuk menerima tawaran dari pada menampik. Baru-baru ini mantan bek Juventus, Mehdi Benatia lebih memilih gabung ke Al-Duhail dari pada mempertajam karirnya di klub raksasa Premier League, Manchester United. Ia mengaku menolak menjadi ‘Setan Merah’ demi fokus menjalankan agama.
Saat menolak tawaran dari Manchester United, banyak kritikan yang hadir dari mulut para ahli olahraga di negara asalnya, Maroko. Benatia sadar kalau dirinya mendapat kepungan kritikan atas keputusannya pindah ke Qatar. Ia memilih Al-Duhail tidak serta merta karena gaji yang tinggi tapi bertujuan untuk hidup dalam nuansa islami yang kental.
“Saya menghadapi kritikan dari kritikus olahraga Maroko setelah pindah ke Doha, tapi saya inign semuanya menghormati pilihan saya. Sebab ini adalah yang terbaik untuk saya beserta keluarga,” tutur Benatia dalam situs resmi Al-Duhail.
“Saya ingin anak-anak tumbuh dalam atmosfer islami, dan saya bisa pindah ke klub Uni Emirat Arab atau Arab Saudi, tapi saya lebih memilih Al Duhail, dan karena ada banyak pemain Maroko yang bermain bersama tim nasional dan juga klub golf,” lanjutnya.