Seorang wasit di lapangan hijau memang jadi tonggak pengadil setiap pertandingan, namun kinerja seorang wasit sebagai manusia biasa, juga tak luput dari kesalahan. Olah karena itu kemajuan teknologi membantu kinerja sang pengadil dalam mengadili. Teknologi ini bernama VAR (Video Assistant Referee). VAR adalah teknologi yang berbasis video. Video tersebut akan memutar ulang sebuah kejadian yang bisa dilihat oleh wasit sebagai bahan acuan dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil pun bisa menjadi akurat dan meminimalisir kesalahan.
Wasit memang kerap jadi sasaran empuk para pemain untuk meluapkan kemarahan, apa lagi ketika keputusan yang diambil sangat merugikan salah satu tim, tak pelak kejadian pemukulan wasit atau proses penghakiman sepihak pun dilakukan. Memang di liga-liga profesional seperti Eropa tidak terjadi demikian, hanya di liga-liga amatir dan di Indonesia saja yang sering terjadi kasus seperti ini.
Namun teknologi ini sudah dipakai oleh beberapa liga. A-League atau Liga Australia juga sudah menerapkan teknologi ini sebagai perangkat pertandingan. Tidak hanya Australia, Jerman, Belanda, Brazil, Portugal, dan Amerika Serikat juga ikut serta meninjau teknlogi VAR untuk diterapkan di liga lokalnya. Dan seharusnya VAR memang harus diterapkan Bung, berhubung kinerja wasit juga tidak dapat mengakomodasi 100% jalannya pertandingan.
VAR Menjadi Asisten Wasit Dalam Bentuk Visual
Tugas seorang wasit memang banyak, dari menentukan tendangan penalti, pelanggaran, dan kapan harus mengeluarkan kartu kuning atau kartu merah. Tak bisa dianggap remeh Bung! Keputusan wasit yang salah dapat merusak jalannya pertandingan seketika. Bahkan dalam sekejap arena permainan bisa menjadi arena baku hantam Bung! Makanya kehadiran VAR pasti dapat memberikan atmosfer sportivitas yang lebih berkualitas.
VAR sendiri akan membantu wasit dari untuk meninjau terjadinya gol, keputusan penalti, pemberian kartu merah dan kesalahan identitas. Mungkin Bung bertanya-tanya soal poin yang terakhir. Kesalahan identitas adalah ketika 2 atau lebih pemain terlibat pelanggaran, sang wasit bisa saja menuduh pemain A yang melakukan takel keras dan kemudian mengusirnya dengan kartu merah, padahal rekan pemain A-lah yang melakukan takle. Lewat VAR kasus seperti ini dapat dituntaskan. Dengan begitu, wasit tidak dapat memberikan kartu merah kepada pemain yang tak bersalah. Apabila iya, wasit bisa menganulir keputusannya secara cepat.
Ternyata Sepak Bola Ketinggalan Bung, Tuh Buktinya Basket Sudah Duluan
Dari segi pemanfaatan teknologi dalam olahraga yang populer, nampaknya cabang olahraga sepak bola sangat telat dalam menerapkannya. Tidak hanya soal VAR, soal pemakaian statistik dalam menilai “rapor” setiap pemain saja, lebih dulu diterapkan di American Football. Barulah sepak bola mengikuti jejaknya. Untuk soal VAR, memang bukan barang baru dalam dunia olahraga Bung. Karena sudah diterapkan di berbagai kompetisi, seperti National Hockey League (NHL), National Football League (NFL), dan juga NBA (National Basket Association).
Video replay atau dalam beberapa olahraga lebih dikenal dengan sebutan instan replay ini sejatinya bukan barang baru dalam dunia olahraga. Kompetisi basket paling populer di dunia, National Bakset Association (NBA) saja telah mengenalkan teknologi ini pada tahun 2002, dan mulai digunakan pada musim 2002/3. Cara kerjanya tentu berbeda, ada instalasi layar di lapangan yang menjadi bahan acuan keputusan wasit. Sedangkan dalam sepak bola, wasit menerima laporan lewat earphone dari tim asisten peninjau di tribun stadion.
Piala Dunia Tahun Ini Akan Ada Wasit Tambahan, Katanya..
Pada bulan April tahun lalu, Gianni Infantino sebagai presiden FIFA mengkonfirmasi akan memakai teknologi ini dalam pagelaran Piala Dunia yang hendak dihelat di Rusia. Teknologi VAR diajukan sebagai perangkat wajib dikarenakan dia merasa masih banyak hasil yang kurang memuaskan dari kinerja wasit.
Ketika penonton di stadion bahkan di layar kaca bisa melihat bahwa wasit telah keliru mengambil keputusan, sedangkan wasitnya sendiri tidak paham. Karena wasit memiliki perspektif yang berbeda. Insiden yang terjadi di lapangan tak bisa dilihat secara jelas, seperti para penonton yang melihatnya lewat tayangan video ulangan.
Teknologi Baru Pasti Menuai Perdebatan Seru Bung!
Ketika ada suatu inovasi terbaru dalam segala aspek kehidupan, tak hanya sepak bola, pasti akan menuai pro dan kontra. Pro dan kontra soal VAR juga ada Bung. Ketidaksetujuan terutama berangkat dari para pemain dan pelatih, sebut saja Eduardo Vargas, punggawa asal Chili yang dirugikan karena golnya dianggap offside dalam Piala Konfederasi 2017.
Selain itu, pelatih Portugal, Fernando Santos, juga turut bicara. Baginya penggunaan VAR sebagai bahan rujukan malah menjadikan pertandingan jadi membingungkan. Terlebih lagi keputusan yang diambil kadang terlalu lama sehingga menimbulkan perdebatan dan dapat mengganggu konsentrasi pemain. Bahkan pemain lain seperti Luka Modric dan Gareth Bale juga angkat suara soal ini dengan menyatakan tidak setuju dengan adanya VAR.
Apa Jadinya Sepak Bola Tanpa Kontroversi?
Sepak bola ya tetaplah menjadi sepak bola Bung. Sepak bola memang penuh kontroversi dan kejutan, banyak insiden atau peristiwa yang dapat dikenang karena kontroversi yang tidak berkesudahan. Seperti goal Frank Lampard ke gawang Jerman pada Piala Dunia 2010 yang tidak disahkan wasit padahal telah melewati garis gawang. Ada juga keputusan pengadil yang mengecewakan saat laga Korea Selatan bertemu Itali di Piala Dunia 2002. Justru bumbu-bumbu seperti itulah yang membuat sepak bola menjadi topik perbincangan yang seru dan hangat di tongkrongan.
