Memasuki usia di angka 27 tahun, biasanya bung akan mulai merasa ada yang berbeda. Secara tak sadar kita mulai berubah. Yap, seban ini akan jadi masa krusial, banyak kebiasaan lama yang akan pelan-pelan mulai ditinggalkan.
Mulai dari hal-hal yang berbau perbedaan di sekitar lingkungan, hingga kesadaran akan hidup sendiri. Pelan-pelan jadi sesuatu yang mulai dipikirkan sendiri. Ini bukan perkara biasa, walau beberapa kawan bilang dirinya tak berubah. Sesungguhnya beberapa hal telah bergeser, meski kita tak tahu kapan persisnya.
Akhirnya kita pun percaya, bahwa semuanya tak lagi sama. Hidup terus bergerak tanpa bisa diminta untuk berhenti. Dan masa depan, jadi fokus utama yang akan menjadi beban pikiran. Kemudian bung akan belajar dan sadar bahwa dewasa itu adalah seperti ini. Jika masih tak percaya, barangkali beberapa hal ini akan membuat bung sadar jika hidup memang sudah tak sama.
Lama Kelamaan Teman Mulai Menghilang. Dan Bingung Mencari Temen Curhat Yang Sepadan…
Mungkin bung sudah mengalaminya. Ketika teman satu per satu mulai menghilang. Di mana tadinya intens bermain setiap senggang, kerap bertukar cerita dari urusan pasangan sampai keluh kesah pekerjaan sampai memimpikan liburan. Pertemanan yang dahulunya sudah dilabeli sebagai ikatan persaudaraaan, tiba-tiba satu per satu mulai menghilang.
Tanpa meninggalkan pesan, hanya sebuah kesan. Teman-teman yang kita kenal mulai sibuk dengan kehidupannya Dari yang sibuk bekerja sampai mengurus rumah tangga. Untuk mengajak bertukar pikiran saja jadi sungkan apalagi mengajak ke luar sambil bercandaan. Bung, inilah kenyataan! dengan kata lain kita memang harus berani berjalan sendirian.
Tanggal Merah Tak Lagi Jadi Topik Menarik Untuk Liburan, Karena belum Siap Sendiri Buat Plesiran
Ketika melihat kalender dan banyaknya tanggal merah. Biasanya di aplikasi chatting bung langsung membuat grup untuk merencanakan liburan kan? seketika satu per satu teman bersautan dengan nada antusiasnya. Menunjuk semua lokasi liburan yang berada di peta Indonesia. Dari gunung, pantai, pulau sampai wisata kota rasanya menarik untuk disambangi. Untuk menghilangkan kepenatan memang cocok buat travelling.
Tapi ketika umur 27, sudah sulit untuk mengajak mereka buat travelling bersama. Bung, teman-teman anda sedang meniti masa depannya sendiri. Entah itu menabung atau mempersiapkan diri demi hidup yang diyakini. Walau terkesan sebagai situasi yang mengerikan, dari sini kita sadar bahwa setiap orang kini sudah punya masing-masing kepentingan.
Memahami Bedanya Bekerja Dan Berkarir
Ada perbedaan dalam bekerja dengan berkarir. Kalau bekerja bung hanya melakukan rutinitas pekerjaan seperti biasanya dan akan diberikan upah setiap bulannya. Sedangkan berkarir, bung tidak hanya melakukan rutinitas pekerjaan tapi berusaha untuk menaikkan jabatan, dan selalu tidak pernah puas dengan posisi yang bung capai. Karena menyadari tuntutan kehidupan semakin menyayat kenyataan.
Dan berada pada usia 27, pasti lebih kepada karir dari pada bekerja biasa. Karena ingin pendapatan lebih dan memiliki titel pekerjaan yang tinggi. Tujuan bung berkarir apa lagi? selain menjadi mapan di usia muda. Termotivasinya bung membuat keseriusan dalam berkarir menjadi satu tujuan yang dilakukan.
Yang Mahal Itu Bukan Biaya Hidup Tapi Gaya Hidup
life style memang menjadi suatu status penilaian di mata sosial. Apalagi di kalangan perkejaan atau teman-teman satu lingkaran. Gaya hidup glamour dan hedonis yang berakar dari gengsi. Menjadi daya tarik atau pun tolak ukur orang untuk memandang . Apalagi bung yang memiliki life style yang sangat mewah macam kaum jetset. Pasti banyak membuat teman-teman iri.
Di jaman media sosial seperti instagram yang menjadi ajang pamer, sehingga menimbulkan bermacam reaksi lucu dari netizen, seperti “Orang di Instagram kapan miskinnya ya?” itu menjadi sebuah sentilam terhadap kehidupan. Tapi dengan menopang masa depan plus tujuan. Otomatis kehidupan akan jauh lebih amann.
Sabar, Kalau Bung Sudah Didesak Buat Menikah Itu Artinaya Si Nona Sedang Mengingatkan Kita
Usia 27 biasanya ada dorongan dari keluarga untuk segera menikah. Entah sentuhan halus setiap lebaran seperti pertanyaan “Kamu kapan nikah?” atau “Kamu kapan nyusul?” menjadi hal biasa yang terlontar dari mulut om atau pun tante. Tak pelak, orang tua juga ikut-ikutan kan bung? bahkan sampai ingin menjodohkan atau dikenalin dengan satu calon menantu idaman.
Ya begitulah bung, di umur yang hampir menyentuh kepala tiga ini, keiningan orang tua ingin melihat bung keluarga, atau tidak sabar ingin gendong cucu menjadi sesuatu yang wajar dan lumrah. Tinggal bung saja yang menjalaninya, sanggup atau tidak.
