Dalam hidup, ada suatu batasan yang tidak bisa ditembus yang bersifat pribadi, yakni privasi. Kalau berhubungan dengan orang lain, mungkin bung masih dapat memilih hal mana yang dapat dibagikan, atau dipendam. Tetapi kalau dengan pasangan apakah bung mempunyai gambaran, hal mana yang bersifat privasi sehingga bung enggan untuk menceritakan kepada nona? pasti bung sendiri tahu jawabannya.
Pendam dulu jawaban yang bung miliki soal privasi. Karena kalau pertanyaannya diubah sejauh mana bung mengetahui privasi di mata nona, apakah bung bisa menebaknya? dibalik hubungan yang erat, bahkan kerap terbayangkan bakal melangkah sampai ke pelaminan, ternyata nona tetap memiliki privasi yang tak bisa ditembus. Dan berharap kalau bung bakal mengerti. Ketika bung coba mengoreknya, nona paling menjawab “kalau sayang, kamu harus bisa menghormati privasi”.
Privasi Ibarat Hak Dan Kebutuhan yang Tak Bisa Diganggu Gugat
Selayaknya hak dan kebutuhan, privasi harus dihormati. Mungkin bung merasa ketika sudah berstatus pasangan rasanya normal kalau nona menceritakan apa saja yang ia rasakan. Meskipun itu bersifat pribadi sekali pun. Karena bung beranggapan bahwa pasangan harus terbuka satu sama lain.
Ya, mungkin itu berlaku bagi bung, tetapi tidak bagi nona. Selama bung dan nona masih berstatus pacar rasanya masih ada batasan, terkecuali bung sudah berstatus suami mungkin nona dapat terbuka semuanya iklhas dari hati.
Jangan Pernah Mengorek Hal Bersifat Pribadi, Karena Itu Bukanlah Sikap yang Terpuji
Bagi perempuan privasi adalah keintiman, yang harus dijaga dan tak bisa dikorek secara sukarela. Privasi masih bersifat sakral dan tak dapat disangkal dengan argumen, bung yang coba menyamakan dengan akal. Mungkin bung penasaran, atau merasa kasihan karena nona merasa tertekan.
Tetapi, karena yang menekan nona adalah bersifat pribadi yang mana itu jadi privasi. Membuatnya enggan bercerita, dan bagi nona bung sama sekali tidak menghormatinya kalau terus mengoreknya. Jadi bung jangan pernah sesekali memaksa. Karena ini bisa menjadi sinyal bahaya.
Bung Pun tak Usah Panik, Tenang Saja. Karena Kalau Ada Hal yang Ingin Dibagi Pasti Nona Langsung Bercerita
Tenang bung, jangan terlalu terburu-buru ingin mengetahui segala sesuatu. Karena nona pasti bakal cerita apabila ia menginginkannya. Karena selayaknya orang umum di luar sana, ada hal yang ingin disimpan secara pribadi, ada pula hal yang ingin dibagikan.
Saat nona merasa ia perlu bercerita ke orang lain, termasuk bung sebagai pasangannya sendiri, tanpa basa-basi nona pasti akan menghubungi kok. Mungkin saja ia sudah tak kuasa untuk memendam masalah ini secara pribadi. Jadi selama nona belum mau bercerita bung harus memahami privasinya.
Privasi Itu Fleksibel Bagi Nona, Kalau Sekarang Tak Bisa Diceritakan Mungkin Nanti Ia Kan Membuka Suara
Mungkin sedari awal nona melabeli hal ini sebagai hal yang privasi. Sehingga bung tidak bakal diberitahu, bahkan nona coba menyembunyikan. Tetapi apabila nanti nona mengganggap hal ini sudah bersifat biasa saja pasti nona bakal berbagi kok bung. Jadi selama masih di koridor belum aman, tetapi bung gatel untuk mengetahui lebih baik tahan. Karena itu menjadikan bung sebagai laki-laki yang dapat dipercaya.
Bersosial Media Termasuk Hal Privasi Bagi Nona
Sosial Media mungkin jadi topik hangat yang bung bicarakan kepada nona, bahkan bung sampai ingin meminta kata sandinya untuk memantau siapa saja yang berlaku sembarangan dalam artian coba mendekati nona, atau sebaliknya.
Memang hal itu baik, yang membuktikan bung ingin menjaga hubungan. Tetapi bung, meminta kata sandi dalam sosial media sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi itu bakal membatasi ruang geraknya. Toh bung dan nona sudah berkomitmen untuk berpasangan, kalau nona tidak bisa menjaga komitmen berarti ia tidak dewasa. sesimpel itu saja bung. Tanpa perlu memperpanjang perdebatannya.
