Liga Champions adalah tempat bernaungnya tim-tim terkuat sejagad benua biru. Sorotan tinggi akan turnamen ini lantaran diisi dengan tim-tim berkualitas yang memang layak untuk tampil. Wajar, apabila terkadang sebuah tim merasakan bangga yang luar biasa dengan menjadi juara Liga Champions dibanding Liga Lokal.
Sebagai arena pertarungan tim-tim besar Eropa ternyata ada beberapa tim yang tidak diunggulkan mampu bertahan. Bola itu bundar, dan apapun bisa terjadi. Sehingga wajar kalau ada beberapa tim yang dilabeli underdog, justru menjadi ancaman yang tidak dideteksi tim-tim besar.
Berikut ini beberapa tim yang tak pernah terfikirkan melenggang panjang di Liga Champions.
APOEL Nicosia
Siprus merupakan sebuah negara di daratan Eropa yang tidak begitu dikenal akan sepakbolanya, bahkan klub-klubnya bung pun jarang ada yang tahu. Ini pula yang terjadi ketika APOEL Nicosia berpartisipasi dalam kompetisi Liga Champions di musim 2011/12.
Banyak orang yang mengira tim ini akan jadi bulan-bulanan Zenit St. Petersburg, FC Porto dan Shakhtar Donetsk yang notabene sudah langganan masuk ke Liga Champions meskipun bukan unggulan, yang terjadi malah sebaliknya APOEL memuncaki grup tersebut.
Malahan mampu melaju sampai babak perempat final sebelum dikalahkan Real Madrid dengan agregat telak 2-8. Tim asal Siprus ini bahkan sampai bisa mengalahkan Olympique Lyonnais di babak 16 besar. Bola itu bundar memang kenyataan.
Tottenham Hotspur
Tim london memang selalu mendapatkan status sebagai tim underdog, terutama dalam kompetisi selevel Liga Champions. Karena tim ini tidak memiliki sejarah tinggi di kompetisi ini seperti Liverpool, Manchester United atau Aston Villa yang mampu juara di tahun 80-an.
Di musim 2010/11, Spur menjadi jawara grup yang saat itu tergabung dengan Inter Milan, Twente dan Werder Bremen. Perjalanan mereka cukup mulus dengan mengalahkan AC Milan di babak 16 besar. Tetapi tim yang diasuh Harry Redknapp saat itu mesti menyerah di babak perempat final setelah Real Madrid memutus nafas tim London kala itu.
AS Roma
Italia dulu sempat mewarnai Liga Champions cukup telak dengan beberapa timnya langganan mampir di babak semifinal. Namun dalam beberapa musim terakhir cukup sulit untuk tim asal Italia menembus babak-babak akhir kasta benua biru. Lantaran tim Spanyol cukup banyak berjaya. Selain Juventus yang mampu menyelematkan muka Liga Italia, sekiranya tak ada lagi tim yang mampu.
Tapi I Giallorossi atau AS Roma menjadi tim penyelamat selanjutnya, tak ada percaya bahwa tim asuhan Eusebio Di Francesco di musim 2017/18 ini mampu menjadi juara di Grup neraka yang berisi Chelsea, Atletico Madrid dan Qarabag. Kemudian mampu melaju sampai semifinal setelah mengalahkan Shakhtar Donetsk di 16 besar dan Barcelona di Perempat final. Sayang, di Semifinal mereka harus kalah di Mohammed Salah CS.
Chelsea
Secara kekuatan Chelsea memang lawan kuat dan memiliki potensi untuk menjadi juara di Liga Champions. Tapi di musim 2011/12, Chelsea bukan tim yang dipersiapkan matang untuk juara. Setelah ditinggal pelatih Andre Villas Boas di tengah musim berjalan, Roberto Di Matteo ditunjuk sebagai pelatih sementara.
Tapi siapa sangka justru tangan dinginnya mampu membawa The Blues melenggang bebas, setelah jadi juara grup atas Bayer Leverkusen, Valencia dan Genk. Napoli disingkirkan pada babak 16 besarm kemudian selanjutnya Benfica. Tak bisa juga diluapakan di mana pergerakan solo run Fernando Torres membantu Chelsea menyingkirkan Barcelona di Semifinal. Dan menjadi juara melalui babak adu penalti dengan Bayern Munchen.
FC Porto
Untuk ukuran liga lokal, FC Porto adalah tim papan atas yang selalu menjadi unggulan juara. Tapi untuk Liga Champions, mereka hanya dilabeli tim underdog saja. Tapi ini salah satu cerita menarik kalau berbicara Liga Champions, ketika tim yang tidak bertabur bintang, dan bisa menjadi juara.
Musim 2003/04 tim besutan Jose Mourinho saat itu berada satu grup dengan Real Madrid, Olympique Marseille, dan FK Partizan. Finis di posisi kedua membuat mereka melaju ke babak knock out. Tak tanggung-tanggung di tahap berikutnya Manchester United, Olympique Lyonnais, dan Deportivo La Coruna,diluluhlantahkan.
Sehingga mereka berada di partai puncak dengan tim yang juga tidak diunggulkan yakni AS Monaco. Di laga tersebut mereka berhasil keluar jadi juara dengan skor telak 3-0.
