Namanya juga hidup bung, ada saja hal yang membuat bung salah atau rendah di mata orang lain sehingga hinaan dan makian terlontar dengan tajam. Memang sakit rasanya. Apalagi di hina di depan banyak orang, seperti sebuah keset yang (mau tidak mau) harus rela diinjak-injak.
Tapi, tak perlu bung naik pitam hingga timbul untuk menyerangnya dengan kekerasan. Anggap saja ini ujian pertumbuhan diri dalam ruang lingkup sosial. Apabila bung berhasil melewati makian dan hinaan tersebut berarti bung telah lulus dari ujian sosial. Toh, orang yang merendahkan orang lain sebenarnya adalah menutupi kerendahannya sendiri di mata orang lain.
Pelajari Lah Kenapa Orang Lain Bisa Menghinamu, Jangan Sampai Terserang Emosi Lebih Dulu
Bisa saja bung langsung merasa terluka ketika ungkapan tersebut tidak mengenakkan dan menyayat hati. Namun bung bisa menalaahnya lagi apa yang membuat orang lain dapat mengatakan hal tersebut . Mungkin ada kekurangan yang bung kurang sadari ketika bersikap selama ini.
Jangan pula terlalu cepat menyimpulkan kenapa orang lain bersikap negatif kepada bung. Lagi-lagi yang bung mesti lakukan adalah mempelajari situasi. Kesampingkan dulu emosi yang bergejolak dalam diri, bersikap dewasa dan tenang dalam menyikapi sesuatu adalah kunci untuk melawan rasa negatif yang menyerang diri sendiri.
Rasa Kepedulian yang Disampaikan Oleh Seseorang Namun Bung Tidak Paham Karena Terjebak Diksi yang Menyimpang
Bentuk kepedulian yang diungkapkan seseorang bisa melalui apa saja bentuknya. Karena sebagai seorang laki-laki mungkin cara penyampaiannya kurang halus lantaran ingin memberikan hentakkan dalam diri seseorang. Hingga makna peduli yang tersirat tidak dapat diakses dalam diri.
Bung harus berterima kasih dengan seseorang yang menyampaikan bentuk kepedulian. Meskipun ungkapan yang dipakai kadang tidak mengenakkan namun intinya dia peduli kepada bung. Bung tidak perlu marah, abaikan saja intonasi tinggi atau pemilihan kata yang tak seharusnya. Terimalah semua bentuk syarat kepedulian agar menjadi pribadi yang baik lagi.
Telaah Dampak yang Diberikan Seseorang, Bisa Saja Perkataanya Hanya Ingin Merendahkan
Ketika seseorang mengatakan sesuatu dalam bentuk peduli akan sikap bung yang salah di mata sosial. Bung harus menerimanya dengan lapang dada. Akan tetapi perhatikan kata-kata yang dipakai oleh lawan bicara, kalau intinya hanya ingin mencemooh dan merendahkan bung. Lebih baik abaikan saja!
Biasanya pemilihan kata-kata oleh lawan bicara yang dirangkum sebagai satu kalimat yang tidak mengenakkan tapi tipis makna kepedulian. Kalau masih ada rasa peduli yang menurut bung ternyata penting untuk dicermati lebih baik terima. Siapa tau ada kebenaran di dalam kalimatnya guna untuk introspeksi diri, agar lebih baim lagi.
Kalau Memang Itu Cara Membuat Bung Lebih Baik, Kenapa Tidak Didengarkan?
Tahan segala amarah dan emosi jiwa yang membara ketika cuitan lawan bicara terkenal seperti kumpulan sampah busuk. Hal yang terpenting, bung mengetahui apa maksud dari lawan bicara. Mungkin dia sedang berusaha untuk membentuk bung agar menjadi lebih baik. Anggap saja yang dia lakukan bukan untuk menghakimi.
Tidak Tertahankan Rasa Emosi Dalam Diri Karena, Karena Mendengar Ocehan yang Tidak Dapat Disaring
Memang, kesabaran seseorang ada batas tergantung di mana orang tersebut membatasinya. Bisa saja ia tidak sanggup lagi mendengar ocehan lawan bicara sampai tak ada lagi kata-kata yang dapat didengar di telinganya. Wajar bung, karena luapan emosi bisa membuat seseorang gelap mata. Demi ketenangan bung bisa saja menjauh darinya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi antara bung dengan lawan bicara sembari melakukan introspeksi diri.
Hujatan yang dilakukan seseorang terkadang tidak memikirkan perasaan. Tapi biasanya hujatan dan cemoohan berangkat dari adanya kekurangan dalam diri yang diserang. Ambil baiknya buang buruknya, ketika baiknya dapat diakses guna introspeksi diri kita tidak akan lagi menemui hujatan seperti tadi.
