Putusnya ikatan pernikahan antara suami dan istri memang tak mengenakkan. Perkara seperti ini bisa menimpa siapa saja. Memang, tujuan pernikahan itu adalah sekali seumur hidup. Tetapi kondisi dan situasi ‘kan tidak ada yang tahu, sehingga mengarahnya suatu hubungan ke arah perpisahan bisa saja terjadi yang ditengarai oleh banyak faktor dibelakangnya. Salah satunya adalah KDRT, yang menjadi salah satu alasan selain adanya orang ketiga.
Perlakuan emosional yang diterima dari pasangan membuat seseorang tak kuasa untuk mempertahankan hubungan lebih jauh, Bung. Tak menutup mata, pelaku KDRT sendiri didominasi oleh kaum adam. Namun dibalik itu semua, kita pun tak mengharapkan hubungan yang terangkum dalam ikatan sumpah sehidup semati untuk terputus. Lagi pula perceraian adalah salah satu hal yang tak ingin didengar oleh setiap pasangan.Tetapi ada beberapa hal yang kita bisa pelajari dari perceraian yang dialami oleh mereka, pasangan yang kurang beruntung hingga harus menyudahi ikatannya.
Timbulnya Gejala Hubungan yang Mengarah ke Arah Toxic
Toxic relationship adalah proses kala hubungan tak lagi menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai kala pernikahan sudah selesai digelar, Bung dan si nona baru menemui ternyata salah satu dari kalian sudah mengarah ke arah toxic relationship.
Hal-hal yang berkaitan dengan hal itu seperti merasa tidak aman akan hubungan, timbulnya kecemburuan, munculnya sifat egois, kemudian rasa ketidakjujuran, sampai memberikan komentar negatif maupun merendahkan. Apabila seorang pasangan sudah mengalami konflik batin yang mengarah kepada amarah, depresi, dan kecemasan itu sudah dapat dipastikan kalau hubungan mengarah ke arah toxic relationship.
Jangan Menyembunyikan Masalah Keuangan
Uang adalah kunci. Tidak salah kok Bung kalau kami berkata seperti itu, lantaran masalah keuangan sangat krusial bagi setiap pasangan. Jangan sembunyikan dan terbukalah, kalau dari awal Bung sudah terbuka perihal masalah keuangan terhadap si nona itu merupakan langkah yang positif. Bung bisa berbagi kepada si nona tentang kesepakatan mengenai keuangan rumah tangga. Seperti siapa yang bertanggung jawab terhadap apa.
Berkaitan dengan Pernikahan, Masalah Harus Diselesaikan secara Berduaan
Karena ini berkaitan dengan masalah Bung dan si nona, sebisa mungkin masalah harus diselesaikan berdua. Boleh saja untuk meminta pendapat kepada orang lain tentang masalah yang kalian alami, tapi sebisa mungkin orang tersebut dari keluarga Bung atau keluarganya. Hal ini hanya bersumber kepada saran, jangan sampai ranah sensitif bahkan sampai aib harus Bung beberkan.
Hindari Curhat Terang-terangan di Media Sosial, meskipun Hanya Bersifat ‘Kode’ Semata
Ingatlah Bung ataupun si nona, media sosial bukanlah buku harian di mana Bung bisa curahkan segala emosi dan perasaanmu. Lantaran, tak pantas untuk membagikan permasalahan keluarga di sosial media. Meskipun muncul ungkapan simpati atau respon simpatik dari kalangan teman, tetap saja hal tersebut tak layak dilakukan.
Jangan Mengacuhkan Keluarganya, Karena Bung Ada Masalah Dengannya
Masalah Bung dengan dia, jangan sampai merembet ke keluarganya. Dalam kasus pernikahan, apabila melibatkan perseteruan kedua belah pihak pasangan, jangan sampai membuat pihak keluarga terseret ke dalamnya. Bagaimana pun, kala Bung sudah menikah, keluarganya adalah keluarga Bung juga, ‘kan?
