Fantasi akan perempuan sering membuat laki-laki gelap mata. Melihat belahannya sedikit saja, kadang sudah membuat Bung menatap lekat tanpa berkedip dalam durasi yang cukup lama. Bahkan sebagian Bung disini mungkin kerap lupa, jika perbuatan tersebut sebenarnya sudah melanggar hak kaum hawa.
Mulai dari melirik dengan pandangan yang mengganggu, menunjukkan gestur tubuh tak menyenangkan, hingga bersiul yang sering disertai dengan sebutan manis, “Mau kemana cantik?”. Karena faktanya hal tersebut sangatlah menganggu dan melecehkan perempuan. “Ah itu kan biasa, namanya juga laki-laki”, begitu kira-kira Bung akan berkilah.
Bukan Pujian Bung! Hal Tersebut Justru Jadi Salah Satu Bentuk Pelanggaran
Apa yang salah dengan bersiul sembari menyapa? Ya Bung benar, memang tidak ada yang salah.
Hal tersebut tentu tidaklah salah, jika dilakukan pada orang yang setuju dengan perlakuan yang akan Bung perbuat. Akan tetapi, konteksnya akan berbeda jika ternyata itu terjadi di ruang publik dengan perempuan yang juga tak Bung kenali pula.
Coba bayangkan jika ternyata Bung ada di posisi mereka, berjalan seorang diri lalu melewati segorombolan orang yang tiba-tiba menatap dengan pandangan yang sangat menganggu. Bagaimana Bung? Tak nyaman bukan! Karena pelecehan tak hanya ditunjukkan lewat sentuhan dan siulan semata, lirikan mata yang menggoda jadi salah satunya.
Padahal Harusnya Bung Paham, Paradigma Ini Sudah Seharusnya Diganti
Baiklah, anggap saja Bung ini bukanlah salah satu dari laki-laki yang telah disebutkan di atas tadi. Tapi mungkin pernah menyaksikan hal serupa terjadi pada perempuan tepat di depan mata, atau jangan-jangan perbuatan tersebut justru dilakukan salah seorang yang Bung kenal. Bukannya berniat untuk membela sang perempuan, bisa jadi Bung hanya memilih diam hanya karena tak ingin berurusan.
Sebagai sosok yang sudah seharusnya melindungi, cobalah sedikit bersimpati kepada perempuan-perempuan itu Bung. Jangan ragu untuk menegur mereka yang terlihat telah melakukan pelecehan. Ini bukanlah sapaan biasa apalagi pujian yang seperti Bung tadi katakan. Tapi hal itu merupakan pelecehan yang berbentuk ancaman.
Karena Tak Peduli Cantik Atau Jelak, Perempuan Bukanlah Objek Bung!
“Haduh, cantik-cantik kok jalan sendiri? Nggak punya pacar ya Non? Sini abang temenin!”
Jika dilihat secara sekilas, lontaran kalimat-kalimat seperti ini terdengar sederhana tanpa niat apa-apa. Bahkan terdengar cukup manis, karena diakhiri dengan tawaran bantuan untuk menemani si nona.
Gambaran seperti ini jadi salah satu bukti, dari gagalnya pemahaman banyak laki-laki akan kesetaraan gender. Perempuan yang tadinya bisa jadi rekan, justru Bung jadikan objek untuk sebuah kepentingan. Mulai dari sekedar iseng untuk menggangu, hingga pelampiasan hasrat atau nafsu.
Perbuatan yang Bung Bilang Biasa Justru Memunculkan Ketakutan dan Menganggu Privasi Mereka
Kekeliruan lain yang kerap Bung percayai adalah mereka tak keberatan akan beberapa godaan yang dilontarkan laki-laki. Padahal jika mau sedikit lebih peka, tentu itu bukanlah yang mereka mau. Sering diam dan tak merespon, jadi salah satu bentuk ketidakmampuan untuk menyuarakan protes yang ingin disampaikan.
Dan berita buruknya, hal tersebut kadang menimbulkan trauma bagi perempuan jika akan bepergian seorang diri. Karena tak peduli dengan penampilan yang terbuka atau tertutup, kaum adam kerap memperlakukan perempuan sama rata.
Biar Bagaimana pun Perempuan Juga Punya Otoritas Atas Tubuh dan Penampilannya Sendiri
Teguran atau sentuhan yang sering perempuan terima jadi salah satu pelanggaran yang memang seharusnya disudahi. Terlepas dari penampilan mereka yang memang kerap menggugah hasrat laki-laki yang memandangnya, bukankah itu adalah hak dari setiap manusia Bung? Sebagaimana laki-laki yang bebas memakai apa pun dalam penampilannya. Perempuan juga punya hak yang setara untuk urusan penampilan dan pakaian yang akan ia kenakan Bung.
Untuk kesekian kalinya mungkin Bung masih akan tetap membela diri, dan berkata jika hal tersebut terjadi atas perbuatan mereka sendiri. Padahal toh mereka tak berbuat apa-apa. Bung saja yang tak bisa menahan diri untuk tak menggoda!
Meski Hanya Sebatas Menggoda, Ini Bukanlah Sikap yang Seharusnya Dipelihara Bung
Ya, katakanlah Bung memang tak menyentuhnya sama sekali, hanya sekedar menegurnya dengan beberapa kalimat manis yang justru membuatnya kadang lari ketakutan. Di negara kita sendiri, hal seperti ini memang masih jadi sesuatu yang katanya sulit untuk diproses lebih lanjut oleh pihak yang berwajib. Merasa tak bersalah, Bung masih saja kerap mengulanginya.
Tak melakukan bentuk-bentuk pelecehan seperti ini ditempat umum, tentu tak memberikan apa-apa untuk Bung. Tapi setidaknya dengan tak melakukan hal-hal tersebut, Bung sudah jadi laki-laki yang tidak melecehkan perempuan dengan perbuatan-perbuatan demikian. Karena sejatinya mereka adalah rekan yang setara, bukan objek untuk memuaskan mata laki-laki.
