Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan namanya pacaran. Akan tetapi hal yang tak berujung kepastian di usia dewasa, sangatlah riskan. Waktu menjadi hal yang sangat berharga yang tak dapat disia-siakan. Apabila penyatuan dua insan sebagai hubungan hanya untuk main-main atau sekedar mencari kesenangan adalah hal yang sayang untuk dilakukan. Apalagi di usia Bung dan si nona sekarang.
Pelaminan, menjadi satu-satunya kenapa setiap lawan jenis berhubungan. Pacaran adalah jembatan untuk mengenal satu sama lain atau dengan kata lain mencari kecocokan. Selain itu, si nona pun memiliki beberapa alasan kuat kenapa mereka lebih menghargai orang yang ingin memperjuangkan dia ke pelaminan daripada yang kerap mengajak malam mingguan.
Kalau Bung Benar-benar Cinta, Buktikan pada Si Nona. Ajak Dia Menikah dan Menatap Masa Depan Bersama
Cinta memang dapat diungkapkan lewat kata-kata. Namun, kalau sebatas kata saja yang dapat Bung terjemahkan, tak dapat membuat si nona bahagia. Si nona bukan lagi remaja labil yang bisa tersenyum saat Bung mengatakan cinta. Mengajaknya menikah dan menatap masa depan adalah hal yang jauh membuat si nona bahagia. Lagi pula, kalau Bung memang cinta, kenapa soal pernikahan mesti ditunda? Apa Bung hanya ingin berkutat dengan agenda malam minggu saja dibanding malam pertama?
Tak Ada Perempuan Dewasa yang Tingkat Kebahagiaannya Hanya sampai Berpacaran Saja
Si nona tahu dimana kapasitasnya sekarang, apalagi kini usianya telah melewati angka 20, cara pandangnya telah berubah. Baginya, pacaran bukanlah hal yang ditinggikan, sehingga menjadi sesuatu yang harus dikejar saat tidak ada. Pacaran hanya sebuah masa perkenalan lebih dalam, yang menjadi proses penjajakan. Bukan lagi seperti anak remaja, yang memandang pacaran sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.
Mengikat Si Nona Tidak dengan Cara Posesif, Melainkan dengan Membawanya ke Pelaminan
Sikap posesif yang Bung usung pada diri si nona agar ia tak berpindah ke lain hati, bukanlah cara yang tepat. Rasa ingin melindungi dengan cara mengekang ruang gerak si nona adalah sesuatu hal yang tidak tepat alasannya. Posesif tak membuat si nona tersadar hingga menjaga jarak dengan lawan jenis. Tetapi bawalah si nona menuju pelaminan, lantas ia pun akan sadar kalau dirinya harus menjaga tali kesetiaan dengan Bung. Sebab Bung kini telah jadi suaminya, bukan lagi sebatas pacar.
Memberikan Kepastian di Masa Depan Lebih Indah daripada Memberikan Seikat Bunga Saat Malam Mingguan
Segala hal berbentuk janji, coklat, baju, sampai bunga yang coba Bung bungkus dengan indah kemudian diberikan saat berada di sisinya, mungkin dapat membuat si nona terkesima. Namun sayang, sebab itu hanya bertahan sesaat saja. Karena perintilan hal seperti itu tak lagi berarti saat si nona sudah dewasa. Kepastian tentang tanggal pernikahan menajdi hal yang sangat istimewa di mata si nona. Membuatnya ia sadar, kalau ternyata selama ia diperjuangkan selayaknya seorang ratu yang ingin dipinang raja.
Cintailah Si Nona Sebagaimana Bung Mencinta Ibu di Rumah
Tak ada beda si nona dengan ibu kandungmu Bung, dua-duanya sama-sama kaum hawa. Bagi Bung yang kerap menyakiti hati si nona, deangan sikap dan perilaku lebih baik pikirkan lagi. Bagaimana kalau posisinya ditukar, si nona yang Bung sakiti adalah ibu kandungmu sendiri? Rasa tidak pantas dan naluri receh yang dimiliki seorang laki-laki harusnya dapat membuat Bung malu. Maka dari itu, sudah seharusnya Bung menjaga si nona selayaknya Bung menjaga ibu sendiri.
