Kabar duka berseru di Tanah Air atas kepergian seorang vokalis hardcore punk, Jeruji, sekaligus salah satu pendiri dari Rumah Cemara, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV-AIDS, narkoba serta kaum marjinal. Sosok tersebut adalah Ginan Koesmayadi, yang mungkin memang jarang orang tahu. Tapi apabila menelisik kisahnya tentu semua orang bakal setuju kalau dia merupakan pejuang kemanusiaan.
Ginan meninggal di usia ke-37 karena serangan jantung. Mendiang sempat di bawa ke RS Advent tapi apa daya Tuhan nampaknya lebih sayang kepadanya. Perjuangan hidup Ginan tidaklah mudah, ia memimpikan Indonesia yang tanpa stigma. Di mana semua manusia memiliki kesempatan sama seperti lainnya, yakni kesempatan untuk maju. Kini Ginan telah tiada, namun mimpinya bakal terus ada, dan tetap bersuara.
Divonis Terkena HIV-AIDS Sejak Remaja Tak Mematahkan Semangat Hidupnya
Sungguh hal yang dialami Ginan sangat memilukan, Bung. Mungkin kita tak bisa setegar dirinya apabila mendapatkan kabar tidak mengenakkan tentang apa yang terjadi di tubuh yang kita hinggapi ini. Ginan yang dulu, sangat akrab dengan yang namanya narkoba di dalam pergaulan hidupnya. Tak disangka, kebiasaan tersebut membawa dirinya terseret ke dalam jurang penyakit berbahaya.
Di usia 20 tahun ia divonis mengidap HIV-AIDS. Namun apakah Ginan menyerah akan hidupnya begitu saja? Predikat sebagai seseorang yang terserang penyakit berbahaya HIV-AIDS (ODHA) ternyata tak menyurutkan semangatnya dalam hidup. Lingkungan pun turut memotivasinya, terutama kedua orangtuanya, agar Ginan dapat melanjutkan hidup seperti halnya orang lain, tanpa diskriminasi.
Meningkatkan Kualitas Hidup Seseorang Melalui Organisasi
Ginan percaya kalau kualitas hidup seseorang tak bisa mati begitu saja, meski penyakit yang mematikan menyerang tubuh. Keyakinannya tersebut membawa dirinya membangun Rumah Cemara di tahun 2003. Tempat ini pun menjadi wadah berbagi pengalaman dan informasi untuk memperkuat harapan ODHA dan para pengguna narkoba.
Dapat dibilang Ginan merupakan aktivis HIV-AIDS, dengan andil Rumah Cemara yang berupaya ikut serta untuk menanggulangi AIDS dan pengendalian NAPZA secara nasional, yang disertakan dengan perumusan kebijakannya yang sangat berpihak pada pemenuhan HAM dan keseteraan. Seperti tujuannya, yakni Indonesia tanpa stigma.
Memperpanjang Perjuangan Lewat Kulit Bundar Sebagai Bahasa Humanisme
Dikutip dari Radio Australia, Ginan pernah menjelaskan kalau Rumah Cemara adalah organisasi berbasis komunitas bagi orang dengan HIV/AIDS dan pengguna narkoba, untuk bagaimana mereka bisa meningkatkan kualitas hidupnya secara fisik, sosial, maupun spiritual.
Salah satu kegiatan organisasinya adalah pelayanan. Kegiatan tersebut mencakup pengurangan dampak buruk penggunaan narkoba dengan jarum suntik, dan kegiatan ‘Sport for Development’, yaitu bagaimana menggunakan olahraga untuk mengembangkan nilai humanisme di masyarakat. Ginan pun menyatakan badannya tetap sehat dan bugar meskipun ia terkukung dalam tubuh yang mengidap HIV-AIDS. Bahkan dirinya berhasil mengharumkan nama Indonesia lewat sepak bola.
Membawa Nama Indonesia di Kancah Internasional
Nama bangsa pun tak dilupakan olehnya. Olahraga yang membuat dirinya tetap segar bugar membuatnya dikenal di kancah internasional. Dalam sebuah ajang Homeless World Cup 2011 di Paris, Prancis, Ginan membawa Rumah Cemara meraih gelar juara dalam perhelatan tersebut, bahkan berhasil menyabet tiga gelar sekaligus. Ginan yang menjadi kapten tim, mendapatkan predikat pemain terbaik di ajang tersebut.
Musik Dijadikan Wadah Bagi Ginan Untuk Menyuarakan Tujuannya
Beberapa tahun belakang Ginan aktif dalam kegiatan bermusik, lewat kiprahnya sebagai vokalis dari band bernama Jeruji. Ia pun tercatat memiliki rekam jejak dalam dunia musik dengan menjadi personel band Mood Altering sebelum akhirnya dipercaya untuk mengisi vokal di band bergenre hardcore punk tersebut.
Di tahun 2016, selang setahun dari bergabungnya Ginan, ia menggarap album anyar bertajuk Stay True. Ginan sendiri pernah tampil dengan mengenakan kaus “Indonesia Tanpa Stigma”, yang sejalan dengan harapan Rumah Cemara yang memimpikan Indonesia tanpa stigma dan perlakuan diskriminasi. Karena semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk maju, dengan memperoleh pelayanan HIV dan NAPZA yang bermutu serta dilindungi sesuai konstitusi. Semoga perjuangan Ginan terus berkorbar, meski dirinya telah berpulang.
