Menjalani hubungan sekian lama dengan saling berbagi nada kasih di setiap malam Minggu, dan saling melempar pesan sekaligus perhatian setiap hari berkat teknologi bernama chatting, mempermudah hubungan agar berjalan baik-baik saja. Seiring waktu berjalan pasti merasa jengah juga, mau sampai kapan pacaran kalau tidak berujung ke pelaminan. Itu bukan kata Bung, tapi kata si nona yang sedang bersandar di bahu Bung!
Lamaran menjadi tanda jadi yang pasti. Diharapkan si nona agar cepat dikeluarkan kata-katanya dari mulut Bung segera. Kebimbangan pasti ada, hanya Bung yang bisa memecahkan jawabannya. Atau takut karena merasa mental dan finansial belum siap. Jadi, dari pada ujug-ujug berbicara ingin melamar, Bung coba membeli seikat bunga dan membuat puisi guna mengobati kegundahan si nona. Tapi hal itu tak dapat mengobati karena yang si nona inginkan adalah dilamar.
Kalau Sayang, Bolehlah Disegerakan ke Pelaminan
Si nona merasa kalau hal yang dia inginkan adalah kepastian. Kalau hanya sekedar janji mungkin sudah banyak sebelumnya. Bahkan, sebelum Bung yang sekarang tengah mengisi relung hatinya. Mantapkan diri guna merancang semuanya berjalan baik, Bung! Biar bagaimanapun tak ada perempuan yang hanya ingin berlama-lama menjadi pacar. Karena itu hanyalah ikatan semu yang berbasis cinta di era global.
Si Nona Tak Menuntut Segera, Tetapi Ia Meminta Kepastian yang Nyata
Hidup itu memang pelik Bung. Jauh sebelum Bung, sudah berapa banyak orang yang berbicara seperti itu. Peliknya hidup senada dengan percintaan. Apalagi bicara ke jenjang yang lebih serius. Karena sadar usia tak lagi muda, karena makin lama makin tua. Justru si nona tak ingin berlama-lama karena takut semakin bertambah usia tanpa kepastian.
Apalagi, perempuan semakin tua umurnya, belum tentu mudah untuk mendapatkan kekasih yang semestinya. Alhasil mereka ingin kepastian segera diutarakan. Tahun depan? Atau dua tahun lagi? Kalau Bung berlama-lama dengan itu semua, bisa jadi akan ditinggalkan si nona begitu saja.
Meskipun Dia Tertawa Saat Berdua, Tak Berarti Si Nona Tidak Mendambakan Kehidupan Rumah Tangga
Apabila Bung masih SMA, mungkin pernikahan hanyalah untaian angan-angan yang dibicarakan guna membungkus kegombalan bersama pasangan. Jangan harap ketika usia sudah memasuki kepala dua, seperti 25, untuk berbicara seperti itu dengan pasangan. Lantaran si nona yang tidak disangka-sangka karena tidak pernah membicarakan secara terang-terangan, bisa jadi sangat menginginkan. Kalau bercandaan Bung dianggap serius, si nona pasti bakal berharap kalau itu nyata.
Seikat Bunga Dan Puisi Bukan Lagi Tanda Sayang yang Dinanti
Kalau usia pacaran masih baru, atau usia Bung baru memasuki masa remaja, mungkin hal seperti itu bisa membuat si nona tak tidur seharian. Si nona bisa saja terbawa perasaan dan terhanyut akan aksara puisi yang Bung buat dengan untaian kata serupa Rangga di film romantika ‘Ada Apa Dengan Cinta’. Tetapi hal yang si nona inginkan segera adalah lamaran. Baginya itu tanda sayang yang sangat lazim untuk dibicarakan saat usia pacaran dan umur kalian sudah tak lagi cocok untuk bermain-main.
Siapkan Mental, Minta Si Nona Bersabar dan Terus Mendukung Bung Dari Belakang
Keyakinan yang Bung tumbuhkan mungkin sulit untuk diterima kenyataan. Soalnya, melihat gaji yang tak seberapa, tabungan yang kerap habis lantaran ada saja godaannya, belum lagi kerabat yang sudah menikah tak juga muncul dan terdengar kabarnya. Bung pun menganggap kalau masa bebas akan terkekang selepas pelaminan. Finansial menjadi hal yang bakal diributkan nantinya pas berumah tangga.
Namun jangan terlalu overthinking, bisa saja kerabat Bung yang tidak muncul tersebut karena sedang asyik bersama istrinya sekarang. Jadi mintalah si nona untuk mendukung Bung dan memotivasi dari belakang. Katakan. “Sabar, waktunya pasti datang, tidak lambat namun cepat. Kepastian akan muncul karena aku tahu saat ini aku sedang memperjuangkanmu.”
