Pelatih sekaliber Pep Guardiola menemukan masa emasnya saat menjadi pelatih. Ia pun dijuluki si raja taktik dan possession football, skema permainan yang diusungnya selalu matang, bahkan beberapa taktiknya pun selalu jalan, tak heran dirinya jadi banyak incaran tim di seluruh dunia. Apalagi saat menukangi Barcelona, di mana lemari trophy penuh akan sumbangsih dari dirinya.
Hingga membuat dirinya dipuja dan kerap ditawarkan untuk memberikan sentuhan terbaiknya sebagai pelatih. Dibalik cerita bagus tersebut, ternyata Guardiola memiliki cerita yang cukup mencengangkan terutama kala dirinya menjual pemain yang tak masuk skema permainannya. Beberapa pemain yang dijualnya ini, bahkan merupakan nama-nama hebat dalam jajaran pemain sepak bola.
Kelakuannya di Luar Lapangan Membuat Guardiola Geram
Jauh sebelum Guardiola geram akan sikapnya di luar lapangan yang kerap melakukan pesta sampai larut malam. Ternyata rentetan cidera yang dialaminya di musim 2007/2008 membuat nama Ronaldinho harus mengakhiri musim lebih awal sekarang. Namanya pun tak masuk dalam skema rencana strategi dari Guardiola. Alhasil ia dilego ke AC Milan. Mungkin hal itu memberikan tamparan baginya, sehingga ia mampu tampil prima kala berseragam AC Milan.
Dua Kali Terancam Kala Kedatangan Guardiola di Tim yang Dibelanya
Yaya Toure dan Pep Guardiola ibarat medan magnet yang berkutub sama, tidak dapat menyatu. Jawaban ini ada berdasarkan pengakuannya sendiri. Sikap Guardiola kepada Yaya menjadi alasan utama kenapa pada saat itu ia menerima pinangan Manchester City. Yaya pun menambahkan kalau Pep merupakan sosok yang sangat sulit diajak berkomunikasi, Guardiola tak pernah berbicara dengan dirinya saat bersama-sama di Barcelona.
Kini Yaya Toure pun kembali menemukan mimpi buruknya, mereka malah kembali bekerja sama di Manchester City. Terlebih saat Guardiola kembali tak memberikan kesempatan pada dirinya bahkan mempersilahkan dirinya pindah.
Mendepak Salah Satu Pemain Tengah Berbahaya di FC Hollywood
Banyak pihak yang salut atas keputusan yang diambil oleh pelatih berkepala plontos saat menjadi pelatih di Bayern Munchen. Toni Kross merupakan salah satu pemain tengah terbaik di lini tengah Munchen saat itu, tetapi tuntutan dirinya yang meminta gajinya dinaikkan membuat gundah tim berjuluk FC Hollywood itu.
Kemudian pemain sekelas Toni pun dilepas ke Madrid dengan banderol 25 juta euro di 2014. Kepindahan Kross menjadi aroma keberuntungan baginya, karena dua tahun setelahnya, Real Madrid juara Liga Champions, bahkan sampai tiga kali berturut-turut di tahun 2016, 2017, dan 2018.
Dijadikan Pelengkap untuk Transfer Zlatan Ibrahimovic
Samuel Eto’o tidak dijual oleh Barcelona, namun keinginan mendapatkan pemain sekaliber Zlatan Ibrahimovic ternyata memberikan elemen pendukung. Yakni dengan nilai transfer sekaligus Samuel Eto’o. Sehingga di musim 2009/2010, Eto’o berada di Inter Milan. Namun kedatangan Ibra ternyata tak membuat dirinya dapat mudah membawa Liga Champions. Malahan Inter Milan yang berhasil menyingkirkan Barcelona dan keluar sebagai juara. Di tahun itu pun Inter Milan menorehkan sejarah sebagai tim Seri E pertama yang berhasil meraih Ballon d’Or.
Ternyata Ibrahimovic pun Hanya Bertahan Setahun di Camp Nou
Setelah menjadikan Samuel Eto’o sebagai pelengkap, ternyata tak membuat Ibrahimovic betah berada di Barcelona. Ia merasa geram dengan sistem kepelatihan dari Pep Guardiola. Bahkan keluh kesahnya selama ada di sana tetulis jelas dalam biografinya berjudul, im Zlatan, apalagi Zlatan kerap menghangatkan bangku cadangan ketimbang menjadi singa di lapangan, sehingga membuat dirinya tak betah. Pep katanya tidak berani menatapnya, ketika Zlatan mempertanyakan apa alasan membangkucadangkan dirinya.
