Performa buruk sebuah tim adalah tanggung jawab pelatihnya. Menyoal kekalahan Manchester United dari Liverpool yang paling bertanggung jawab adalah Jose Mourinho tentunya. Tapi apakah Mourinho mau bertanggung jawab? sebagai pelatih yang paling spesial di eranya, kami ulangi lagi ya bung, di eranya, ternyata pelatih ini memiliki ego yang tinggi juga. Jadi ia tak mau disalahkan akan segala kondisi ini. Perihal itu semua bisa terlihat bagaimana cara ia ber-statement.
“Liverpool adalah tim yang lebih bagus. Kami tidak dapat menyaingi intensitas mereka, kami tidak dapat menyaingi kemampuan fisik mereka. Pada saat ini, hasil yang paling mungkin adalah bermain imbang,” ungkap Jose Mourinho setelah kekalahan 3-1 dari rival, Liverpool.
Setelah kekalahan tersebut, bukan lagi kabar mengejutkan sebenarnya ketika Jose Mourinho didepak dari Setan Merah. Bahkan para pendukung tim yang berjaya di Liga Inggris era Sir Alex ini pun mendoakan dari jauh-jauh hari sebenarnya agar pelatih ini diganti.
Ketika telah diganti, ternyata ada beberapa hal yang kami bisa simpulkan yang bersifat hipotesa. Kalau Mourinho dan segala tahtanya turun perlahan di sepakbola
Tak Bisa Memaksimalkan Segudang Pemain Setan Merah
Manchester United sebenarnya memiliki beberapa talenta yang baik. Bahkan jauh lebih dari kata baik, tanpa perlu disebutkan satu per satu. Lewat talenta yang dimiliki pula tak mungkin kalau sekarang Setan Merah berada di peringkat ke-6 Liga Inggris dengan raihan 7 Kemenangan, 5 Seri dan 5 Kekalahan.
Sudah banyak juga yang berbicara soal Mouriho tidak bisa memaksimalkan talentanya. Secara jelas itu terlihat dari Paul Pogba, yang mana berhasil membawa Prancis Juara Dunia 2018 tapi tak bisa bersinar, barang sedikit saja di Old Trafford. Apakah ini bukan tanggung jawab Mourinho?
Strategi Sudah Kadaluwarsa, Lebih Baik Ganti Atau Menanggung Derita
Aroma segar ketika Alexis Sanchez datang mengisi lini depan Manchester United. Kemampuan dan insting mencetak gol pun tak bisa diragukan. Bahkan di iklim sepakbola kick n rush ala Liga Inggris saja ia berhasil menjelma menjadi yang beringas semasa berseragam Arsenal.
Tapi pemain yang baru bergabung di awal tahun 2018 ini mengaku ingin pindah di tahun 2019 mendatang. Salah satu alasan karena ia tidak senang dengan pemilihan taktik Mourinho yang negatif. Defensif dan monoton. Sebenarnya bukan Sanchez saja, Pogba pun merasa demikian. Tidak dimainkan di posisi terbaiknya membuatnya jengah berada di klub Setan Merah. Jadi masih bersikukuh memainkan taktik yang sama tanpa berinovasi?
Terpuruknya Setan Merah Dianggap Bukan Sebuah Kegagalan Baginya
Ketika di masa kepelatihannya permainan Manchester United tak kunjung ke arah lebih baik. Bahkan cenderung merosot, ia merasa itu bukan kesalahan pelatih asal Portugal tersebut sepenuhnya. Baginya masih ada faktor lain. Ketika diwawancara sebelum menjamu Liverpool yang kian perkasa karena tidak pernah kalah. Ia hanya meminta para pemain memberikan kemampuan tertingginya.
“Saya tidak frustrasi. Saya hanya minta para pemain memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki,” dikutip dari FourFourTwo.
Tahta Sebagai Pelatih Spesial Sepertinya Sudah Tak Berlaku Kepadanya
Di musim pertama, Mourinho cukup impresif lah. Dengan menancapkan tiga gelar sekaligus yaitu Community Shield 2016, Piala Liga Inggris 2016/2017, dan Liga Eropa 2016/2017. Tapi itu menjadi yang terbaik sejauh tiga musim ia melatih. Dua musim berikutnya tidak ada trofi yang mampir ke lemarin Setan Merah.
Bagi kami Mourinho tidak lagi spesial sejak saat itu, bahkan sosok spesial lebih baik dilabeli kepada Zinedine Zidane karena mampu membawa Madrid tiga kali jadi Raja Eropa.
Mourinho Telah Usang , Perlahan Sosoknya Tak Lagi Fenomenal
Jose Mourinho telah usang. Perlahan ia semakin besar dengan egonya. Tak lagi mampu menyulap tim menjadi armada yang ditakuti oleh lawan-lawanya. Setelah mampu membawa FC Porto juara Liga Champions, kemudian membawa Inter Milan Treble Winner sampai Chelsea menjadi yang ditakuti di Liga Inggris. Menurut kami itu masa-masa terbaiknya.
Di Real Madrid ia nggak bagus-bagus amat, bahkan kalah berfilosofi tentang sepakbola dibanding Pep Guardiola yang baru pertama kali melatih, ia kalah dalam persteruan dengan Pep selama beberapa musim di Liga Spanyol. Sehabis itu tak ada lagi yang menarik dari Mourinho. Mungkin perlahan tahta harus turun, nama The Special One hanyalah sepenggal kisah, seperti The Professor yang pernah dilabeli kepada Arsene Wenger.
