Film

Review Man of Steel: Ketika Superman tak lagi cemen!

superman man of steel

Sekitar sepuluh tahun terakhir para penggemar film Superhero tampaknya lebih memihak pada tokoh-tokoh besutan Marvel. Simak saja bagaimana kesuksesan tokoh Ironman, spiderman, Avenger, Hulk yang memang notabene ciptaan Marvel.

Sementara perusahaan DC yang merupakan pionir comic superhero malah agak terseok-seok dalam penjualan tiket. Keberhasilan merekrut penonton hanya dialami oleh tokoh Batman dalam trilogi The Dark Knight. Bahkan Superman Returns yang keluar tahun 2006 juga tidak mampu mendongkrak keberhasilan tokoh DC.

Penyebab utamanya dituding karena tokoh Superhero besutan DC terlalu tampil manis alias cemen. Terutama ketika difilmkan. Tokoh macam Superman selalu tampil bijaksana, bicara teratur, rambut tersisir rapi dan sebisa mungkin tidak menyakiti musuhnya.

Di sisi lain penonton ternyata lebih menyukai tokoh marvel yang digambarkan lebih realistis dan penuh masalah. Mereka juga punya emosi yang bisa tersulut liar. Simak misalnya dalam film Avenger dimana tokoh-tokohnya bisa terlibat pedebatan karena ego masing-masing. Aksi melawan musuhnya pun tak monoton. Semangat ini yang kemudian dibawa dalam trilogi Batman Dark Knight yang keras dan gelap dan terbukti sukses.

Nampaknya nuansa ini yang ingin dibangun DC dalam film Man of Steel ketika merekrut Christopher Nolan yang sebelumnya sukses membuat trilogi Batman Dark Knight. Hasilnya?

Superman memang tampil lebih gahar, kalau tidak mau disebut terlalu gahar. Di awal film kita sudah disajikan kehancuran planet Krypton tempat bernaung bapaknya Superman. Ledakan demi ledakan menghiasi layar film. Pertempuran antara Jendral Zod yang jahat dan Jor El bapaknya Superman digambarkan begitu eksplisit.

Cerita pun dibuat berbeda dari kebanyakan plot superhero. Biasanya film-film pahwalan super dibuat dengan cara linear dari A-Z. Seolah ingin tampil beda, Man of Steel muncul dengan gaya penceritaan nonlinear. Kita dibawa maju mundur dan menebak-nebak mana yang kini dan mana yang flashback.

Di sisi ini Man of Steel sedikit menunjukan kelemahan eksekusi skenario. Emosi penonton justru menjadi kering karena cerita yang meloncat. Hubungan antara bapak dan anak yang dipertontonkan Clark Kent tidak terasa mengharukan. Di sejumlah forum, penggemar Superman agak mempertanyakan nasihat sang ayah yang memerintahkan Calrk Kent untuk membiarkan manusia terbunuh demi melindungi jati diri rahasianya sebagai manusia super, kalau perlu.

“Papa Kent yang bijak tidak mungkin mengatakan itu” demikian tangis para fans.

Bisa dibilang unsur skenario dan cerita ini hanya berlangsung setengah sampai satu jam dalam durasi total dua setengah jam. Sisanya? Full action, aksi gebuk menggebuk non stop!

Mereka yang mengenal Superman hanya dari film-filmnya terdahulu pasti terkaget-kaget melihat Superman di Man of Steel. Sulit membayangkan salah satu scene dimana Clark Kent yang di bully akhirnya marah dan melempar truk milik manusia biasa yang bukan musuhnya ke atas tiang listrik.

Beberapa kritikus justru memberi nilai negatif tentang citra baru manusia baja ini. Justin Craig dari Fox News menyebut Christopher Nolan telah merusak inti kepahlawan Superman yang bijak dan penuh harapan. Washington times menyebut Man of Steel seolah hanya ingin menunjukan bahwa Superman bisa berantem!

superman man of steel

Memang begitu adanya soal pukul memukul ini. Setengah dari film, kita menyaksikan bagimana Superman melawan Jendral Zod dan pasukannya tanpa memperhitungkan keselamatan manusia di bumi (sangat khas film Marvel). Seisi kota luluh lantah karena pertempuran mereka. Beda sekali dengan Film Superman atau serial Smallville jaman dahulu yang jika sudah sangat parah memilih mengajak lawannya duel di bulan agar tak menghancurkan bumi.

Aksi melawan musuhnya pun masuk kategori hardcore. Di film-film terdahulu Superman lebih memilih meniupkan semburan es dari mulut untuk melemahkan musuhnya. Kalaupun perlu berkelahi paling hanya satu dua kali pukulan kemudian ia akan membengkokan besi untuk membuat lawannya tak berkutik.

Tidak demikian dalam Man of Steel. Superman terlibat brawler saling gebuk ala pemain tarung bebas. Musuhnya dibanting ke aspal, dipukul telak di wajah, ditendang, dibakar dengan sinar laser merah. Bahkan dalam salah satu aksinya (Di bioskop Indonesia disensor) Superman mematahkan leher musuhnya!

Okay, sebagian harapan tentang manisnya sifat Superman masih terletak di kisah cinta manis antara Lois Lane dan Clark Kent. Sayangnya di film ini pun gagal dibangun. Dua tokoh ini sangat minim tampil dalam satu scene. Kedekatan mereka juga tidak didukung skenario yang kuat. Hasilnya ketika di akhir film mereka berciuman, penonton cuma dibiarkan terbengong dan bingung, kenapa pulak dua orang yang asing ini tiba-tiba berciuman di depan umum!

Jadi kesimpulannya, film ini memang untuk penggemar baru Superman. Kalaupun para penggemar film lamanya ingin menonton disarankan untuk menanggalkan kesan terakhir anda tentang manusia baja ini. Dan ucapkan “selamat datang Superman di era 2013!”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top