Ada salah satu film yang menggambarkan sifat balas dendam paling keji. Film itu adalah Oldboy. Sebuah film Korea yang diproduksi di tahun 2003. Apabila Bung tidak tahu, Oldboy menceritakan tentang Dae-Su yang memergoki salah satu temen sekolahnya, Woo-Jin, melakukan hubungan intim dengan kakak perempuannya.
Setelah melihat kejadian tersebut. Dae-Su menceritakan hal tersebut kepada temannya dan tersiarlah ke seluruh antero sekolah. Hal memalukan itu, membuat kakak perempuan Woo-Jin bunuh diri. Karena rasa malu yang diembannya dengan melakukan hubungan sedarah.
Selepas dewasa, Woo-Jin melakukan balas dendam dengan mengurung Dae-Su selama 15 tahun. Setelah 15 tahun, Dae-Su pun bertemu perempuan muda yang membantunya untuk memecahkan misteri siapa yang memenjarakan dirinya selama ini.
Rasa cinta pun tumbuh antara Dae-Su dengan sang perempuan, karena sering kali bergelut misteri bersama. Singkat cerita, Dae-Su mengetahui pelakunya adalah Woo-Jin. Ia pun menanyakan alasan mengapa Woo-Jin memperlakukan itu semua. Setelah ia menceritakan tentang kasus terbunuhnya sang kakak perempuan beberapa tahun lalu, Woo-Jin memberikan sebuah foto. Tentang Dae-su dengan perempuan tersebut yang membantu memecahkan misteri tentang dirinya.
Perempuan tersebut adalah anak kandung dari Dae-Su yang terpisah selama 15 tahun. Mereka dipertemukan dengan cara orang suruhan Woo-Jin yang menghipnotis. Selama masa hipnotis, Dae-Su menjalin cinta dengan anak kandungnya. Hubungan intim pun tak terhindarkan.
Sontak ia kaget dengan fakta tersebut. Dae-su pun memotong lidahnya sebagai tanda ia kecewa atas omongan yang membuat kakak perempuan Woo-jin meninggal. Dendam pun terbalaskan, dimana hubungan inses yang terkuak ke permukaan dibalas dengan hubungan inses yang terahasiakan.
Sama halnya dengan tulisan ini. Louis Van Gaal. Pelatih yang sukses mengantar Belanda menjadi semi-finalis piala dunia 2014. Cemerlangnya Van Gaal, membuat dirinya ditarik ke Manchester United. Sayang namun sayang, di United, Van Gaal belum bisa memberikan servis yang memuaskan.
“Saya mungkin tak melatih klub lagi. Namun ada pengecualian, jika klub besar Inggris datang ke saya, maka saya akan melatih lagi. Soalnya saya akan punya kesempatan untuk membalas dendam ke MU,” ujarnya seperti dilansir Mirror.
Sempat menyatakan pensiun. Van Gaal nampaknya tidak dapat pensiun dengan tenang apabila tidak dapat melancarkan dendam. Sama seperti Woo-Jin, yang tak dapat hidup tenang sebelum membalaskan dendam.
Merasa Disalahkan Membuat Dirinya Punya Sifat Dendam
“Jika Anda bertanya kepada saya bagaimana saya di Man United. Saya akan mengatakan bahwa itu adalah tahun terbaik saya. Kami bermain sepak bola yang cukup baik. Tapi bukan sepak bola yang diapresiasi di Inggris,” ujarnya seperti dilansir Soccerway.
Van Gaal merasa dirinya telah melakukan yang terbaik kepada “Setan Merah”. Untuk mengembalikan taji United di liga inggris. Maklum, di musim sebelumnya, David Moyes, cukup membuat United sebagai tim yang kacau balau.
Namun strategi yang ia lakukan nampaknya tidak efektif. United tak mampu memuncaki Liga Inggris dalam masa jabatannya. Apa lagi keluar sebagai juara. Toh, kemauan dari pemilik pastilah menjadi jawara, bukanlah rahasia.
Mungkin bagi Van Gaal, proses untuk membangun tim membutuhkan waktu. Tapi tiga musim tidak dapat berbicara banyak di liga. Mau bagaimana lagi, didepak adalah jawabannya. Ya kan Bung?
Kalau Aku Kurang Memuaskan, Kenapa Tidak Dibicarakan
Mengurus tim bukanlah perkara gampang. Bahkan menggiring domba dari ladang untuk pulang kandang saja, membutuhkan sebuah usaha. Apa lagi mengurus sebuah tim sehabis ditinggal ayah terbaiknya (Sir Alex Ferguson). Jelas sulit.
Van Gaal sendiri berbicara bahwa manajamen sebenarnya tidak ada masalah apa-apa soal hasil yang ia berikan. Ya, terkesan fine fine saja. Tapi ketika tiba-tiba dirinya dipecat secara tidak mengenakkan. Itu membuat dirinya bertanya-tanya.
“Apakah mereka (Petinggi United) tidak senang dengan hasil atau penampilan di bawah manajemen saya? Tidak. Tapi tiba-tiba mereka bisa mendapatkan Mourinho untuk jangka panjang. Seorang manajer dengan nilai komersil terbesar di dunia,” umpatnya seperti dilansir Soccerway.
Dendam Itu Mungkin Bisa Dijabarkan Dengan Kalimat. Seperti Van Gaal, Kalimat “Bukan Dia Tapi Aku” Rasanya Pas
“Namun saat ini, ketika melihat Man United, saya harus menyimpulkan Mourinho tidak mengalami kritikan saat sepak bola seperti itu jauh lebih membosankan. Apa yang diproduksi Man United sekarang adalah sepak bola defensif. Saya selalu bermain menyerang,” kata Van Gaal kepada Mirror.
Merasa menampilkan yang terbaik, dengan menerapkan filosofi sepak bola menyerang, dianggap Van Gaal bahwa dirinya lebih baik dari Mourinho. Seseorang yang pernah bekerja sama dengannya sewaktu di Barcelona dalam kursi kepelatihan.
Namun filosofi yang diterapkan rasanya kurang. Bermain menyerang tapi tak kunjung menang, buat apa? Secara statistik pun bisa terlihat Bung. Dari 103 pertandingan United di bawah kepelatihan Van Gaal. United hanya menang 54 kali dan menghasilkan sebuah trophy, piala FA di musim 2017. Rasanya kurang begitu relevan, apabila menerapkan sepak bola menyerang tapi tidak mendapat banyak kemenangan.
Sesungguhnya Dendam Ini Bukan Tentang Dia, Tapi Tentang Kebijakan Anda
Rasa kecewa diterima Van Gaal atas perlakuan Chief Executive United, Ed Woordward. Tanpa ada nada diplomatis, tiba-tiba Woodward memutuskan kontrak dengan Van Gaal. Sungguh hal yang tidak mengenakkan.
Ketika tahu dirinya digantikan Mourinho, ia memang sempat mengkritik dalam beberapa jawaban terhadap media. Tapi ia menyangkal kalau punya dendam dengan Mourinho. Baginya sikap manajemenlah yang menyulut dendam kesumatnya.
“Woodward harusnya bicara ke saya dan kami bisa pecahkan masalah itu. Saya tak punya masalah dengan Mourinho,” terang Van Gaal terhadap Mirror.
Istriku Selalu Di Sampingku Mencoba Untuk Membantu
“Saya tahu kalau klub selalu memikirkan masa depan. Saya tahu itu, tapi Ed tidak pernah membicarakannya bersama saya. Bahkan, istri saya harus mengorek informasi mengenai kabar pemecatan saya dari sumber lain, padahal saat itu ia sedang bersama keluarga Woodward,” pungkas Van Gaal kepada Daily Mail.
Istri Van Gaal memang orang yang setia. Ia memberikan dukungan istimewa, padahal banyak suara di luar sana yang berbicara beda. Rasa dendam Van Gaal sebenarnya adalah rasa kecewa yang dihaluskan. Sebenarnya ia ingin memberikan pembuktian.
Meskipun tim Jerman, Leverkusen, sempat terdengar kabar meminati dirinya tapi ia tetap bersikukuh. Bahwa hanya tim besar Liga Inggris saja yang akan dia terima, sebagai pelancar rasa dendamnya.
