Pujian terhadap seseorang, teruntuk si nona sekalipun kerap dianggap sebagai gombalan maut yang tak berujung. Tidak tulus, bahkan hanya alat untuk sekedar mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Apakah “sesuatu” itu Bung? Bung bisa jawab sendiri.
Dibalik pujian yang diperuntukan kepada si nona, meskipun itu gebetan, bahkan pasangan sekalipun terkadang kerap mendapatkan salah tafsir sehingga si nona berpikiran kalau kita menghina dirinya, hanya saja dengan cara halus. Sedih? Pasti. Lantas salahkah kita sebagai laki-laki? Absolut, Bung! Lantaran perempuan memiliki kepekaan atau mungkin cabang pemikiran yang tinggi, sehingga apa yang Bung lontarkan kerap didalami matang-matang.
Padahal pujian yang Bung lontarkan tulus dari dalam hati. Bahkan lebih dalam maknanya dari lagu cinta menye-menye yang santer terdengar akhir-akhir ini. Mulai dari pujian fisik ataupun pujian sikap dan lainnya belum tentu benar di mata si nona. Niatnya memang untuk lebih dekat dan mesra setelah melontarkan pujian maut, yang ada hubungan makin ribet dan semrawut. Nah, untuk itu mari kita telaah secara cerdik, apakah puja-puji kita yang kita lontarkan mungkin saja diartikan sebagai hinaan oleh si nona.
Menyuruh Si Nona Tersenyum Setiap Hari Agar Terlihat Lebih Cantik Sangatlah Menggelitik
Dilansir dari laman Askmen, bahwa tidak ada seseorang yang tersenyum selama 24 jam sehari agar terlihat lebih cantik. Itu artinya, menyuruh si nona untuk tersenyum setiap saat sama saja memintanya berlaku bak badut di pinggir jalan yang sedang menghibur anak-anak yang lewat. Dan badut pun tidak lucu lagi setelah lewat jam 10 malam, bukan? Yang ada malah makin menyeramkan.
Bagi si nona untuk tersenyum tetap butuh alasan,bukan tidak ada angin dan hujan tiba-tiba si nona tersenyum begitu saja. Mungkin Bung buat sesuatu yang lucu, menghadirkaan good mood dan si nona melakukan eye contact dengan Bung atau laki-laki lain. Nah, yang perlu Bung lakukan adalah menciptakan alasan buat si nona tersenyum, bukan hanya menyuruh.
Kamu Terlihat Lebih Cantik Kalau Sedikit Berisi
Dengan tubuh si nona yang terlalu kurus, Bung merasa si nona tidak terlihat “segar” dan tak begitu seksi. Sehingga Bung bertanya-tanya kenapa si nona tidak mau makan banyak dan memperbesar badannya sedikit saja agar terlihat lebih seksi dan tidak tampak sebagai tulang berjalan. Ini adalah kesalahan fatal Bung, si nona pun tidak suka disinggung soal berat badan, mau itu kurus atau pun gemuk, semuanya sama saja di mata si nona. Karena mengomentari berat badan adalah hal haram di mata perempuan.
Meskipun niat Bung baik guna memuji si nona untuk termotivasi agar badannya lebih berisi, baginya “Bung tidak mencintainya apa adanya”. Alih-alih jadi memuji Bung dengan komentar bernada sanjungan saat hubungan sudah berjalan satu sampai dua tahun, si nona bisa saja malah berpikir keras dengan bilang, “Jadi selama ini kamu nggak mencintaiku secara tulus lantaran berat badanku?”, disitulah Bung akan tamat. Sekian.
Apalagi Memuji dengan Mengatakan Si Nona Memiliki Kepribadian yang Menarik
Mau tahu Bung apa yang salah ketika Bung memuji si nona memiliki kepribadian yang menarik? Masih dilansir dari laman yang sama, ketika seorang laki-laki memuji perempuan dengan kalimat tersebut, si perempuan bakal berpikir kenapa hanya kepribadianku yang menarik? Memang apa yang salah dengan wajahku? Kakiku? Tubuhku? Apakah hal yang ditampilkan secara mata telanjang dari ujung rambut sampai ujung kakiku tak ada yang menarik? Kira-kira seperti itu Bung. Seperti sudah dibahas di atas, kalau si nona bakal menelanjangi arti kata yang Bung berikan secara dalam.
Atau Menyanjungnya dengan Mengatakan Kamu Tidak Seperti Gadis-gadis Lain
Hati-hati dengan kata seperti ini lho, Bung. Mulanya Bung seperti memberikan keistimewaan terhadap nona lantaran ia lebih spesial di mata Bung dari pada perempuan lainnya. Namun mencari pujaan hati bukanlah suatu kompetisi yang harus dimenangkan oleh satu orang. Bagi Bung yang mengucap seperti ini di mata si nona, kerap diartikan sebagai misoginis, yang menganggap semua perempuan adalah sama dan semua nyakitin. Lho kok bisa? Ya bisalah Bung, sebab ketika si nona mengatakan “semua laki-laki sama saja”, itu pun konotosinya negatif, yang dalam arti semua laki-laki brengsek dan nyakitin, bukan?
Mungkin Bung Juga Pernah Berujar, “Kamu Tahu Bagaimana Caranya Bersenang-senang,”
Ketika si nona mendengar kalimat ini pada awalnya ia memposisikan dirinya sebagai seseorang yang asyik, dan sangat seru. Tetapi ketika memikirkan lebih dalam ia merasa aneh dengan pujian semacam ini lho, Bung! Seolah-olah si nona hanyalah pribadi yang hanya bisa diajak bersenang-senang dan tidak mau berjuang.
Alhasil si nona bakal mengganggap pujian tersebut adalah omong kosong belaka. Mungkin saja nona berpikir kalau ia tidak dianggap sebagai sosok perempuan yang kuat dan mandiri yang mampu menghidupi buah hati dan memanjakan suami. Jadi wajar kalau 10 detik kemudian dari kalimat yang Bung lontarkan, si nona merasa sakit hati.
