Ada sebuah ungkapan umum yang mengatakan kalau orang penduduk negara-negara maju seperti Eropa, Amerika Utara dan Jepang lebih cermat mengatur pengeluaran. Sedangkan kita orang Indonesia, yang miskin maupun yang kaya relatif lebih boros. Dr. Sarlito Wirawan seorang psikolog, ekonom dan peminat sejarah dilansir dari intisari.id mengatakan kalau hal itu ada benarnya terlihat dari sekeliling kita.
Seperti teman kantor bung yang memaksakan membeli mobil saat uangnya tidak cukup, sampai seorang istri yang tak kuasa menolak tukang kredit untuk membeli furniture sampai vacuum cleaner. Beda dengan orang luar yang lebih cermat menyisihkan uang. Mereka hidup lebih sistematis dan tertata rapih.
Ada pula kecenderungan hidup boros yang tidak disadari, orang-orang seperti ini biasanya terkejut saat di pertengahan bulan ketika duitnya habis entah kemana kan bung? mereka merasa sudah mengerem pengeluaran padahal tidak. Karena tidak menyadari kalau sebenarnya mereka itu hidup boros.
Bung Suka Bertanya-tanya, “Uangku Ke Mana Saja ya?”
Tanpa disadari pernyataan, “uangku ke mana saja ya, kok sudah habis“, membuktikan bahwa bung boros dalam mengatur pengeluaran. Hal ini terjadi biasanya saat melihat ATM dan mengetahui kalau saldo sudah tiris, padahal gajian masih dua minggu lagi.
Maka dari itu kamu harus memiliki bujet pengeluaran untuk mengetahui alur uang yang masuk dan keluar, agar bisa merinci dan menekankan diri bahwa kamu harus hemat. Saat ungkapan itu muncul itu menandakan kalau kamu sering mengeluarkan uang tanpa sebab. Pasalnya orang boros tidak pernah tahu untuk apa aja uangnya dikeluarkan.
Ingat! Kartu Kredit itu Utang, Bukan Uang Tambahan Bung!
Kebiasaan menggunakan kartu kredit dari pada debit sama dengan membiasakan hidup boros. Pola pikir kartu kredit adalah uang tambahan membuat seseorang merasa aman untuk membelanjakan apa saja. Padahal saat bung menggunakan kartu kredit berarti bung sedang meminjam uang.
Kami pun tak menyalahkan fasilitas ini. Kartu kredit sangat berguna apabila digunakan dengan bijak. Tapi jika digunakan untuk membeli sesuatu berdasarkan hawa nafsu (dibaca : barang yang tidak berguna) sama saja dengan bunuh diri. Seperti saat kamu kencan dengan si nona saat pergi ke bioskop dan ngopi, itu sama saja kamu menjalani gaya hidup boros.
Tidak Memiliki Tabungan Adalah Kesalahan yang Tak Bisa Disepelekan
Salah satu cara yang mudah untuk mendeteksi apakah bung hidupnya boros atau tidak adalah bung tidak memiliki tabungan. Parahnya lagi, bung sudah bekerja lebih dari 2 sampai 4 tahun. Tidak memiliki tabungan apalagi alasannya selain boros.
Sayangnya, banyak orang yang menolak dikatakan boros karena memiliki alasan gajinya kecil. Padahal tabungan tidak perlu besar, kuncinya adalah menyisihkan sebagian dengan konsisten. Alhasil apabila ada keperluan yang mendesak bung tidak perlu pusing untuk minjem uang ke sana ke mari.
Berbelanja Barang yang Tidak Dibutuhkan
Istilah bagi orang Indonesia adalah laper mata, di mana bung selalu ingin membeli barang tertentu karena unik, sedang diskon atau menarik, padahal barang tersebut tidak dibutuhkan. Meskipun harga barang hanya sekitar 200 sampai 300 ribu, sangat berharga apabila ditabungkan. Beda kasus kalau bung mempunyai handphone tapi sudah tidak layak pakai dan kemudian bung membeli baru.
Agar Keuangan Tertata Rapih, Buatlah Bujet Pengeluaran
Dr. Salito Wirawan juga mengatakan kecenderungan orang Indonesia hidup boros karena gengsi. Semisal rekan karyawan bung memiliki motor baru, dan bung merasa tersaingi akhirnya terpancing untuk membeli motor baru juga ketika motor lama masih kondisi sehat buat jalan.
Rasa gengsi ini seharusnya tidak perlu ditumbuhkan, dengan pemikiran yang dewasa, seseorang harus lebih tahu apa prioritasnya. Bukan gengsinya. Cara untuk mengatatur pengeluaran adalah dengan menganggarkan segala keperluan, apabila tidak kamu akan tenggelam ke lubang utang piutang.
Budgeting semua keperluan bung mulai dari Internet, pulsa, listrik dan lain-lain secara mendetail. Sehingga bung tahu berapa jumlah uang yang harus bung keluarkan.
