Aktivitas sosial media memangnya harus dipantau? Bukankah itu bentuk sikap norak dalam berhubungan? sebenarnya bung, sah saja menilai hal tersebut sebagai bentuk sikap yang norak. Tetapi, ada baiknya bung pertanyakan juga kepada diri sendiri, berapa kali bung kepo terhadap lawan jenis di sosial media? dari mereka yang kategorinya teman lama, teman kerja, bahkan temannya pasanganmu. Seandainya pasangan tahu, apakah bung yakin ia tidak cemburu?
Nah, bagaimana kalau kondisi tersebut dibalik. Apakah bung bisa jamin bahwa bung tidak ada secercah kecemburuan, apabila nona juga kepo kepada teman-teman lawan jenisnya. Apalagi dari mereka yang dikunjungi oleh nona akun sosmednya, tidak bung kenal atau ketahui. Maka dari itu ada baiknya bung pantau sosmed pasangan, karena bisa jadi selama ini telah melakukan perselingkuhan di belakang.
Dari Facebook Turun Ke Hati
Munculnya sosial media memang untuk mempertemukan orang-orang yang telah lama sudah terputus akan kabar dan koneksinya. Bahkan beberapa dari mereka, ada yang bertemu kembali berkat Facebook. Termasuk kenangan dengan mantan kekasih yang dikasihi.
Dilansir dari Women’s Health sebuah studi yang bertajuk Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, menyatakan media sosial sepeti Facebook memang menggiring seseorang untuk terkoneksi kembali dengan mantan yang memicu selingkuh dan perceraian.
Hal ini pun terjadi kepada Ary Yogeswary yang menuliskan tentang perselingkuhan mantan suami di blog pada Maret 2017, yang lantas ramai diperbincangkan di dunia virtual. Di situ pun tertulis, kalau mantan suaminya sering berkomunikasi melalui Facebook dengan sang selingkuhan.
Secara Diam-diam Mengomentari Postingan, Sambil Melahirkan Cinta dan Kenangan
Sebenarnya sebelum bertujuan mengomentari postingan atau memberikan like terhadap statusnya. Pasti orang tersebut berfikir, “apakah ini tidak salah?”, namun karena berfikir tidak ada kontak fisik, membuat orang tersebut berfikir ini hal biasa.
Padahal apa yang dilakukan tersebut, tidak sepenuhnya benar. Lantaran itu sudah masuk kategori berselingkuh. Psikolog dari University of South Wales, Dr Martin Graff yang menemukan istilah selingkuh kecil atau micro-cheating, dengan diartikan, tindakan di dunia maya yang dianggap sebagai ketidakjujuran seseorang terhadap pasangan. Yang termasuk mengomentari postingan lawan jenis.
“Bisa juga suatu hal sederhana seperti selalu memberi tanda “like” di postingan seseorang di Instagram atau mengomentari postingan status seseorang di Facebook,” ujarnya.
Sampai Pemberian Love Pada Postingan Atau Mengintip Stories di Instagram, Dilakukan Atas Dasar Penasaran dan Perasaan
Perlakuan dalam sosial media memang tidak bisa dibayangkan, lantaran sikap yang dilakukan memang agak samar-samar untuk dibilang selingkuh. Mungkin untuk soal melihat postingan atau mengintip stories di Instagram, bagi sebagian pasangan, adalah hal biasa.
Akan tetapi kalau yang dilihat storiesnya hanya dia-dia saja orangnya, apakah tidak menimbulkan perasaan curiga? apalagi kalau di kolom search, ia pun sampai mencari guna mengetahui keseharian dia saat ini. Sambil berkata, “apa aku terlewat storiesnya hari ini?”. Sama halnya dengan memberikan love pada postingannya, untuk hal yang kedua pasti sudah atau pernah bung alami, kan?
Tentu kalau sudah ada di dalam tahap itu, sangatlah berbahaya (tergantung intensitasnya). Apalagi kalau salah satu pasangan telah menyindir, berarti ia tidak suka dengan sikap tersebut. Dan apabila saat disindir malah marah dengan alasan ini hal biasa, coba bung fikirkan dulu. Bukankah ini terkait menghargai perasaan pasangan? Lantaran terlalu intens untuk kepo seseorang bisa jadi ada perasaan yang berujung perselingkuhan.
Namun penyebab perselingkuhan muncul yang paling utama adalah ketidakpuasan seksual dan emosional terlepas dari gendernya, hal ini pun disampaikan oleh Elizabeth Aura McClintock Ph.D saat mengutip pernyataan Thompson (1984) di situs Psychology Today.
Mengucapkan Ulang Tahun Kepada Mantan, Tapi Merasa Terancam Apabila Ketahuan
Hal ini termasuk ke dalam micro-cheating, terlebih lagi dalam beberapa sosial media, ada notifikasi semacam reminder yang mengingatkan salah satu teman sedang berulang tahun. Timbulnya keinginan untuk mengucapkan, terutama kepada mantan kekasih, biasanya didasari rasa rindu atau kangen lho. Apalagi, perjalanan kisah yang bertahun-tahun otomatis meninggalkan kenangan. Atau bisa saja, karena ingin menjalin hubungan baik, meskipun argumen ini kurang valid hehe.
Kemudian perselingkuhan itu pun terjadi, ketika seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada mantan secara diam-diam. Bahkan ia rela menghapus, apabila pasangan mulai memantau sosial medianya. Mungkin bagi laki-laki ini persoalan biasa, karena perselingkuhan itu apabila ada kontak fisik. Namun, apakah perempuan berfikir seperti itu? tidak bung, karena bagi perempuan selingkuh itu letak permasalahan adalah terkait perasaan. Se-simpel mengucapkan selamat ultah ke mantan.
Memanfaatkan Direct Message Untuk Berbagi Pesan, Sambil Menyelipkan Kasih Sayang
Nah, yang terakhir adalah cara yang biasanya cukup diminati oleh laki-laki. Yakni memanfaatkan direct message atau private message untuk melancarkan serangan kepada selingkuhan atau mantan. Ungkapan standar ajakan makan sampai merajuk ke ranjang, biasanya tersimpan di sana.
Bisa saja, si nona pun ada yang menggoda di sistem pesan tersembunyi di sosial medianya. Pasalnya Daily Telegraph pernah melakukan jajak pendapat yang diikuti lebih dari 3.000 perempuan. Dari 3.000 perempuan, 40 persennya mengaku pernah memiliki affair dengan laki-laki lain. Sebanyak 40 persen perempuan selingkuh dengan mencium orang lain saat dugem, 1 dari 4 wanita “main-main” dengan rekan kerja saat ada acara kantor. Meskipun seperlima perempuan merasa cemas saat mengkhianati pasangan, tapi mereka mengaku ingin melakukannya lagi.
Hal ini membuktikan kalau perselingkuhan bisa terjadi tidak hanya kepada laki-laki. Yang selalu di-stigmakan sebagai biang main hati, namun perempuan pun juga melakoni. Menurut kami, cara “bersih” untuk mendua adalah lewat sosial media apabila di zaman sekarang.
Karena itu sulit dilacak atau diketahui pasangan, apabila ia tidak meminta akses semisal ke facebook atau instagram. Lantas mereka yang berlindung dengan alasan privasi bagaimana? hmm kami tak berani menjustifikasi, namun coba lihat saja bagaimana rekam jejaknya, apakah benar-benar bersih atau sebaliknya.
