Dalam opening Asian Games bulan lalu, aksi ribuan penari Ratoh Jaroe mendapatkan respon positif, baik itu secara langsung maupun di media sosial. Memang kekompakan gerakan yang mereka buat layak diberikan pujian, namun dibalik itu semua ada kendala yang menimpa yakni terkait honor yang bermasalah, bahkan hingga sebulan usai pagelaran pesta olahraga terbesar di Asia tersebut.
Dari total 1.600 penari yang diseleksi dari 18 SMA di Jakarta, terdapat salah seorang siswi SMA 23 Jakarta yang mengatakan sudah rutin berlatih sejak bulan April. Dari 200 siswi SMA 23 yang mendaftar hanya 75 yang lolos seleksi dan delapan lainnya menjadi penari cadangan. Dua hari dalam sepekan dihabiskan dengan 3 jam latihan guna aksi yang makin mumpuni. Namun tak ada bayaran untuk mereka berlatih dan hanya dibekali dengan makanan ringan.
“Guru bilangnya, tidak ada bayaran jadi jangan terlalu berharap. Kalau dikasih syukur, kalau enggak ya sudah. Tapi teman-temanku bilang, memang harusnya dapat US$15 per hari, tapi sampai sekarang tidak turun-turun (Dibaca: honor penari).” ungkap siswa yang tak mau disebutkan identitasnya kepada CNNIndonesia.com
Awal latihan yang dilakukan di Lapangan B Senayan, mulai bergeser ke venue utama yakni Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menjelang dua pekan pembukaan memang sudah ada hitung-hitungan terkait pembiayaan. Terutama dilakukan sejak pindah latihan dari sekolah ke areal Senayan. Panita Penyelenggara Asian Games (INASGOC) menghitung kalau penari mendapat Rp 223 ribu per hari dengan total ada 15 kali pertemuan sampai acara puncak yang seharusnya para penari bisa mengantongi sekitar Rp 3,3 juta sebagai honor.
Namun nyatanya uang itu tidak pernah melintas di tangan mereka. Lantas salah siapa? Dan ke mana uangnya?
INASGOC selaku panitia mengatakan kalau sudah menyelesaikan pembayaran honor para penari dari 18 SMA berbeda di Jakarta yang langsung diberikan kepada pihak sekolah masing-masing untuk mengelola segala tetek bengek operasionalnya. Sekolah pun bertugas mengelola dana mulai dari konsumsi, bus, dan lainnya.
“Benar, per hari kami berikan honor US$15 yang per orang selama 15 hari latihan. Itu yang kami kirimkan sesuai jumlah siswa-siswi di masing-masing sekolah. Pengelolaan dananya kami kembalikan lagi ke kebijakan masing-masing sekolah,” jelas Herty Purba selaku Direktur Pembukaan dan Penutupan Asian Games 2018.
Salah seorang siswi dari SMA 78 juga mengungkapkan apa yang jadi permasalahan para penari Ratoh Jaroe lainnya. Bahkan mereka sudah menanyakan kabar terkait honor yang didapat yang menjadi hak mereka, yang telah berlatih mati-matian demi nama Indonesia.
“Beberapa perwakilan kami sudah dipanggil. Tapi sekolah bilang tidak mau memberikan uang tunai. Kami dikasih tiga opsi, dikasih jaket atau kaus, jalan-jalan atau uang tunai. Kami maunya uang.”
“Itu kan hak kami. Sejak awal kami yang panas-panasan, capek, pulang malam terus, kenapa masih ditahan-tahan uangnya?” tanya siswi yang tak mau disebutkan namanya dilansir dari laman yang sama.
