Berpredikat sebagai legenda sepak bola, sudah pasti yang ada dibayangan Bung adalah seseorang yang hebat dan berkontribusi besar dalam berbagai ajang. Torehan prestasi dan andilnya bagi klub dan negara, tentu jadi alasan yang membuat predikat legenda disematkan.
Ternyata, yang namanya legenda tak semua dapat kesempatan untuk pentas di ajang Piala Dunia. Sepak bola memang terkadang tidak adil, apabila melihat prestasi pesepakbola di klub yang sukses namun tak sejalan dengan kiprah bersama timnasnya.
Memilih Pensiun pada Usia Muda Dalam Karir Internasional
Usia matang pesepakbola adalah usia muda, yang mana belum mencapai angka 30 tahun. Bernd Schuster salah seorang pesepakbola berkebangsaan Jerman yang memiliki karir matang di level klub. Ia pernah membela Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Dari ketiga klub yang dibela, ia selalu menyumbangkan satu trophy untuk klubnya.
Tergabung di skuat Jerman, ia memberikan sumbangsih nyata dengan membawa negaranya menjuarai Piala Eropa 1982. Sekaligus menjadi pemain terbaik kedua di turnamen, dibelakang rekannya yang tak kalah mentereng, Karl-Heinz Rumminigge.
Hingga petaka itu pun menimpa karir Bernd Schuster di level timnas akibat berselisih dengan Federasi Sepak Bola Jerman, pelatih, dan rekan senegaranya. Klubnya saat itu, Barcelona, tidak mencapai kesepakatan mengenai keikutsertaan Schuster dalam sebuah laga persahabatan kontra Brasil. Schuster pun memilih pensiun dini dari timnas Jerman di usianya yang baru memasuki 24 tahun.
Gagal Membawa Negaranya Bersinar Selayaknya Ia di Eropa
Seri A menjadi panggung termegah dan tersukses yang pernah dilakoni oleh George Weah. Di era 1990-an, Weah berhasil membuktikan kalau ia mampu memberikan yang terbaik. Salah satu golnya dilakukannya lewat solo run dengan melewati beberapa pemain, menjadi gol yang sensasional hingga saat ini.
Hingga kemudian mengantarkan dirinya sebagai pemain terbaik di tahun 1995. Kecemerlangan dirinya tak membuatnya mampu memimpin Liberia guna berkancah di Piala Dunia. Sekarang mantan pemain AC Milan dan PSG ini telah menjadi presiden bagi Liberia.
Kesulitan Weah Pun Dirasakan Oleh Pemain Wales Satu Ini
Membawa negara ke kancah Piala Dunia memang sulit. Sebelum Ryan Giggs atau Gareth Bale merasakan, Ian Rush adalah nama pertama yang berusaha membawa Wales lolos ke Piala Dunia. Prestasinya di klub sangat baik, ia menjadi salah seorang legenda Liverpool dengan predikat top skor sepanjang masa. 28 gol dan 73 penampilan adalah pencapaian Rush dalam sektor Internasional. Tapi sampai pensiun pun, ia belum bisa melepaskan dahaga warga Wales untuk melihat negaranya bertengger di Piala Dunia.
Seandainya Tragedi Superga Tidak Terlaksana
Kecelakaan pesawat yang terjadi di Bukit Superga, Italia, membuat negeri pizza itu kehilangan beberapa bakatnya. Salah satunya adalah Valentino Mazzola. Pemain yang dicintai Italia dan tentu saja publik Torino. Mazzalo telah behasil menjuarai Liga Italia lima kali berturut-turut ini memiliki sikap yang karismatik dan harmonis. Sebagai pemain tengah, bakatnya sudah diakui di mata dunia. Asal Bung tahu, ketika ia menggulung lengan bajunya, itu menjadi tanda bagi para pemain lain untuk meningkatkan penampilan mereka.
Gelandang Pertama yang Mencetak 100 Gol di Liga Inggris
Matthew Le Tissier adalah pemain terbaik di Inggris yang hanya bermain untuk klub sekelas Southampton. Saking ajaibnya permainan tengah yang dipraketekkan sekaligus torehan golnya yang tak biasa membuat ia kerap disebut Le God. Meskipun tak memiliki prestasi kesuksesan di level klub, ia pantas masuk dalam daftar ini karena menjadi gelandang pertama yang berhasil mencetak 100 gol di Premier League.
Namun sayang Glenn Hoddle yang menjadi pelatih Inggris di Piala Dunia 1998 memilih untuk tak memasukan namanya. Le Tisser pun akhirnya memutuskan untuk rehat dari sepak bola internasional, namun keputusan itu tak pernah dikoreksi sampai ia pensiun.
