Antara sahabat vs pacar, bung pilih yang mana? Atau mungkin dibenakmu akan tersirat, “Haruskah memilih? Mereka berdua jelas sama pentingnya untukku.”
Baiklah, tapi bung perlu pahami dulu ya! Tulisan ini bukan bermaksud mengajakmu untuk jadi pribadi yang berat sebelah kok. Tapi justru ingin meluruskan anggapan yang tidak sepenuhnya benar tapi sudah terlanjur diyakini banyak orang.
Mungkin belakangan bung lebih sering mendengar lebih baik memilih sahabat karena mereka tak akan pernah meninggalkan bung. Benarkah demikian?
Memiliki Sahabat Memang Patut Disyukuri, Sebab Tanpa Kehadirannya Hidupmu Tak Akan Berwarna
bung patut bersyukur saat bisa memiliki beberapa sahabat dalam hidupmu. Setelah keluarga, mereka bak keluarga keduamu, bukan?Terutama jika persahabatanmu memang sudah dibangun selama bertahun-tahun sejak zaman sekolah. Berbagai memori indah sudah terpatri di dalam benakmu. Mulai dari menghabiskan waktu bersama mereka, entah hang out, party, traveling, hingga berbagi cerita mengenai pacar masing-masing.
Kalau bung ada masalah dengan pacarmu, sahabat menjadi tempat pertama yang bung singgahi untuk mendapatkan semangat. Mereka akan setia berada di sisimu di saat bung bertengkar hebat dengan pasanganmu. Satu hal yang bisa bung lakukan adalah bersyukur. Kini waktu terus bergulir, persahabatanmu memang kokoh. Tapi kehidupan bukan hanya tentang persahabatan. Akan ada masanya bung atau sahabatmu memasuki fase baru kalian dengan peran yang juga berbeda.
Sedekat-dekatnya bung dengan Sahabatmu, Akan Ada Masanya bung Terpisah dengannya. Salah Satunya karena Pernikahan
Begitu memasuki usia 20 tahun pasti akan ada salah satu dari temannya atau mungkin bung sendiri yang sudah mulai memikirkan soal pernikahan. Atau mungkin ada juga yang ingin fokus melanjutkan ambisi S-2 atau S-3 di luar negeri. Pada fase-fase ini sejatinya persahabatanmu sedang memasuki babak baru. bung akan menemukan dinamika persahabatan yang lebih kompleks.
Nyatanya sahabat yang selama ini setia menemani dalam setiap lembar kehidupanmu tak selamanya bisa bersamamu lagi. Entah menikah, atau mungkin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Semua sahabatmu memiliki alasannya masing-masing, hingga akhirnya harus mengorbankan pertemuan yang semula intens.
Saat Menikah, Keyakinanmu Perlahan Berubah. Nyatanya, Pasangan Adalah Satu-satunya Orang yang Tak Akan Meninggalkanmu Bukan?
Menikah memang pintu gerbang menuju fase hidup yang baru. Dengan statusmu yang sekarang, bung akan belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa. Termasuk dalam urusan kesetiaan. Jika saat masih lajang, waktumu sebagian besar habis oleh bekerja dan bepergian bersama sahabat, kini bung harus menerima konsekuensi jika bung tak sebebas dulu lagi.
Situasi persahabatanmu juga akan berubah. Satu persatu dari kalian akan memilih jalan hidupnya masing-masing. Tak hanya bung yang akan menikah dan berkeluarga, tapi juga teman dekatmu yang lain.
Meski begitu, bukan berarti bung tak bahagia dan tak punya teman cerita. Ada si dia yang telah menjadikanmu teman hidupnya. Setia pada sahabat memang perlu, tapi setia kepada pasangan sudah menjadi kewajibanmu.
Ketika bung memilihnya, berarti bung sudah yakin dialah yang akan menjadi sahabat sejatimu kelak. Meski mungkin perkenalanmu belum selama bung dengan sahabat-sahabatmu. Tapi itu bisa diatasi bukan? Sebab pasangan adalah sebaik-baiknya sahabat yang ditakdirkan Sang Pencipta hingga maut memisahkan.
Karena Pada Akhirnya bung Akan Menyadari, Pasanganmu Adalah Sahabat Terbaikmu Baik Dalam Suka Maupun Duka
bung pun tersadar, sahabat datang silih berganti. Tapi tidak dengan pasangan. Dia akan menjadi satu-satunya temanmu dalam situasi apapun. Dia yang akan menopangmu, sekaligus mengulurkan tangan dan memberikan bahunya kala bung merasa sendiri. Seleksi alam perlahan menunjukkan, sahabat memang ada, namun tak ada yang lebih setia dari kehadiran teman hidupmu.
