Indonesia memang negara yang sangat berpotensi terjadi gempa bumi bung. Karena berdasarkan posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yakni Eurasia, Indoaustralia dan pasifik. Namun, dibalik kondisi yang memprihatinkan tersebut ada saja beberapa orang yang tidak prihatin atas hal ini dengan merusak alat deteksi dini tsunami, yakni buoy. Bahkan ada juga yang mencuri bung.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kalau buoy di Sulawesi Tengah hilang karena dicuri. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan kalau ada beberapa orang yang memang secara sengaja merusak alat-alat yang berhubungan dengan pengukuran dan deteksi bencana.
“(Kewenangan) BPPT. Tapi bukan hanya buoy, beberapa oknum kita vandalisme. Mereka berharap keuntungan sedikit. Sensor kita, padahal itu sangat penting, ada juga yang dirusak,” kata Kabid Mitigasi Gempa dan Tsunami, Tiar Prasetya dilansir dari Detik.
Padahal semenjak kasus tsunami di Aceh tahun 2004 Indonesia memasang beberapa buoy, namun alat tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Buoy sendiri diperasikan oleh BPPT yang sangat dibutuhkan datanya terutama untuk memberitahu tentang adanya tsunami.
“Buoy itu kan untuk validitasi, kalau buoy tidak ada jadi kita menunggu secara visual,” kata Tiar.
Bahkan Tiar pun geram dan mengkritisi kultur masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana. Baginya Indonesia dinilai sebagai negara yang tidak siap untuk menghadapai bencana yang memang rutin mengancam Indonesia. Selain itu tidak ada kesadaran akan kepentingan negara membuat Indonesia sepertinya percuma dipasang dengan alat canggih semacam itu.
“Kita harus bentuk kultur itu, ciptakan masyarakat aware terhadap bencana. Bencana itu kan siklus, bencana itu terus terjadi. Sekarang terjadi bencana setelah itu ada siklus setelah bencana, setelah itu persiapan lagi untuk bencana. Kebiasaan kita, bencana kaget responsif, setelah bencana reaktif, setelah itu lupa,” imbuh Tiar.
