Bagi bung yang mendukung Barcelona, tentu tidak asing dengan kalimat “Mes Que Un Club”. Kata tersebut berada di tribun timur Camp Nou, bahkan Cules juga sering membuat koreografi bertuliskan kata tersebut dalam beberapa pertandingan. Tapi apakah bung tahu tentang makna dari kata tersebut? Bagi bung yang mengaku cules (sebutan bagi fans Barcelona) tapi tidak tahu akan makna tersebut sungguh keterlaluan.
Lantaran kalimat yang eksis dan terus menggaung tersebut merupakan sisi sentimentil pribadi bagi klub katalan, yang memiliki arti “Lebih dari sekedar klub,”. Kalimat tersebut sering dipakai pada saat katalunya sering bersitegang dengan jendral Fransico Franco yang dikenal diktator pada era 1930-an. Tapi kalau kata ini sangat kental dengan nilai politik, kenapa Mes Que Un Club memiliki arti Lebih dari sekedar klub?
Kalimat yang Memiliki Makna Mendalam Hingga Perjuangan Ingin Merdeka Tak Tenggelam
Slogan khasanah ini dipergunakan pertama kali oleh Narcis Serra yang menjabat sebagai presiden Barcelona pada tahun 1967. Kata tersebut memakai bahasa katalan, yang merupakan wilayah otonomi Spanyol dan Barcelona sebagai ibukotanya. Beberapa tahun belakangan, katalan juga semakin gencar untuk memisahkan diri dari Spanyol, untuk memerdekakan diri.“Barcelona adalah sesuatu yang lebih dari sekedar klub sepakbola,” ujar Narcis saat peresmian Presiden Barcelona pada 17 Januari 1967.
Menurut Narcis, Barcelona adalah bentuk wujud cinta dari semua pendukung Barcelona. Sama halnya seperti katalan yang dicintai. Oktober tahun lalu laga Barcelona melawan Las Palmas di Camp Nou, tidak dihadiri penonton. Bukan karena sanksi dari federasi, melainkan rakyat Spanyol sedang melakukan voting referendum untuk memilih antara terikat dengan kerajaan Spanyol atau memisahkan diri. Meskipun lebih dari sekedar klub, untuk urusan melepaskan diri Barcelona dapat dilupakan sejenak, asalkan bendera merah kuning dapat berkibar tinggi suatu saat nanti.
Seorang Diktator yang Selalu Ingin Berperang Dan Melarang Katalan Berkembang
Diktator Jendral Fransisco Franco, merupakan sosok dibaliknya perang saudara di Spanyol yang melibatkan dua ideologi, sayap kiri republikan dan sayap kanan nasionalis. Singkat cerita perang yang dimenangkan nasionalis dibawah kendali Franco hingga membuatnya memimpin Spanyol selama 36 tahun. Selama masa kepemimpinannya, kalimat Mes Que Un Club sering digunakan pendukung Barcelona, bahkan di luar caba olahraga selain sepakbola.
Kalimat tersebut menggunakan bahasa katalan yang merupakan kubu oposisi dari kediktatoran Franco. Sejauh itu, aksara yang terkandung mengacu kepada kemerdekaan rayat katalan, sekaligus menjadi pembelaan budaya dan juga bahasa . Karena bahasa katalan tidak dianggap masuk ke dalam undang-udang resmi di Spanyol. Kendati petisi sudah diajukan dalam undang-undang otonomi 1918.
Seorang Presiden Barcelona Pun Dieksekusi Mati, Lantaran Mencampurkan Ideologi Ke Dalam Olahraga Sarat Strategi
Josep Sunyol adalah presiden Barcelona pada tahun 1936 yang dieksekusi mati oleh pemerintah Spanyol. Dengan alasan mencampurkan urusan sosial dan budaya katalan ke dalam olahraga. Entah dugaan tersebut fakta atau fiktif, namun kematian Sunyol memantik kegeraman publik Katalan untuk melawan pemerintahan Franco. Sejatinya klub yang berdiri di tahun 1899 menjadi tonggak perlawanan dan penyebaran budaya sekaligus institusi katalan.
Kediktatoran Franco masih berkobar meskipun perang saudara telah berakhir. Salah satu keinginan Franco yang belum tersampaikan sampai ia wafat adalah menghapuskan bendera kebesaran katalan dalam logo Barcelona. Barcelona juga di cap sebagai klub yang memiliki faham demokrasi anti-sentralisme yakni dengan mengutamakan aspirasi rakyat dalam setiap peraturan tanpa ada intervensi pemerintah pusat.
Menguatkan Citra Moral Klub dengan Terjun Dunia Sosial
Kematian Fransisco Franco di tahun 1975, membawa angin segar bagi Barcelona khususnya katalan. Dengan mempertahankan komitmen sosialnya untuk memperenalkan katalan kepada dunia lewat tim berjuluk Blaugrana. Pada tahun 2006, Barcelona menjalin kerjasama dengan UNICEF, sebagai bukti bahwa Barcelona pedulik anak kondisi anak-anak di seluruh dunia, juga membuktikan bahwa klub sepakbola dimarjinalkan karena masalah yang terjadi di masyarakat.
Lewat jalan sosial yang diembannya dengan UNICEF, Barcelona juga tak lupa tujuan awalnya. Untuk memasarkan budaya, sosial dan amal yang terimplikasi dengan katalan. Hal ini makin mengisyaratkan bahwa kalimat Mes Que Un Club bukan hanya cuap-cuap belaka. Prestasi pun tak boleh terlupakan, meskipun program sosial, amal dan budaya telah berjalan. Makanya bung, jangan heran apabila Barcelona jor-joran dalam belanja pemain guna meningkatkan dominasi dan prestasi. Karena banyak yang terpikat dengan Messi Cs makin banyak juga yang dukung Barcelona, dan mengetahui soal Katalunya.
Bukan Hanya Dicintai di Catalonia Tapi Dunia Juga
Daya tarik luar biasa dipantulkan Barcelona kepada dunia, tidak hanya lewat permainan di lapangan, tapi program sosial dan cerita dibalik perjuangan melawan diktator bisa jadi bahan “jualan” (mungkin). Sejauh ini, unsur sepakbola yang dinilai masih memiliki pengaruh besar kepada setiap orang di dunia. Lebih dari 50 negara di dunia terdapat anggota resmi di Barcelona. Kalau di Indonesia artis Donna Agensia dan Darius Sinathyra tergabung sebagai fans resmi Barcelona.
Barcelona kerap besar sebagai klub Eropa, terlebih lagi mereka yang mencintai Blaugrana pasti sangat berempati untuk melihat kemerdekaan katalan. Jangan heran, apabila katalan nanti merdeka terdapat perayaan di berbagai negara yang secara empati merasakan kemenangan yang sama. Itu lah mengapa Barcelona mendaulat Mes Que Un Club sebagai kalimat perjuangan dan kampanye-nya.
