Berkecimpung dalam dunia bisnis Man’s Grooming ternyata membawa hasrat penasaran bagi kakak beradik Fatsi Anzani dan Oky Andries. Untuk mengetahui tentang peradaban pangkas rambut yang ada di Indonesia. Kurang lebih dua bulan perjalanan ia lakoni dari Sabang sampai Merauke lewat jalur darat dan udara demi menyelami dalam dunia cukur rambut di bumi pertiwi.
Bukti-bukti sejarah tradisi potong rambut berhasil dikumpulkan. Bak kepingan puzzle yang terpisah, semuanya terangkai satu per satu. 8.000 kilometer menjadi jarak yang ditempuh kurang lebih, alhasil bung kedua pelaku industri barber ini bertemu langsung dengan para juru cukur tertua yang masih tersisa di pelosok Indonesia.
Salah satunya adalah Koh Edi dari Barbershop Shin Hua yang berdiri selama 1 abad lebih 7 tahun di Surabaya. Koh Edi menjadi generasi kedua dari Barbershop Shin Hua, tempat ini dulunya sangat laris didatangi para tamu ujarnya.
“Sekitar tahun 60-an, saya masih ingat di mana toko ayah saya (Barbershop Shin Hua) itu per hari bisa kedatangan 100 tamu untuk dicukur rambutnya,” ujar Koh Edi yang hadir dalam acara peluncuran buku ‘Peradaban Rambut Nusantara’ karya Fatsi Anzani dan Oky Andries di Perpusatakaan Nasional, Jakarta pada 18 Februari 2019.
Perjalanan kakak beradik dalam mempelajari sejarah dunia cukur di Indonesia dirangkum dalam sebuah buku bung yang bertajuk ‘Peradaban Rambut Nusantara’. Buku setebal 259 halaman tersebut tidak hanya berbicara soal sejarah penataan rambut di Indonesia yang sudah ada turun temurun sejak abad ke-7 masehi.
Tetapi kedua kaka beradik yang memiliki brand Chief Company ini juga berbagai ilmu tentang branding. Telebih 5 tahun terakhir mereka mendapat ganjaran sebuah penghargaan seperti Jakarta Best Barbershop 2015 dan Best Hair Pomade 2016 dari Majalah Men’s Health USA. Tidak hanya buku, sebuah film dokumenter bertajuk ‘On A Mission Discovering The Origin’ juga digarap oleh mereka.
“Awalnya mau bikin film dokumenter saja karena anak milenials sekarang sangat suka visual, kan? tetapi banyak penyampaian yang kurang kalau hanya sebuah film dokumenter saja. Alhasil kami pun membuat sebuah buku,” ujar Fatsi Anzani.
Lewat sebuah perjalanan tersebut, mereka pun mencatat bahwa ada empat etnis yang menjadi pelopor seni cukur rambut secara turun temurun di Indonesia. Fatsi juga mengklaim kalau buku ini menjadi pertama dan satu-satunya yang mencatat sejarah cukur rambut di Indonesia.
“Perjalanan kami mencatat ada 4 etnis yang menjadi pelopor seni cukur rambut secara turun temurun di Indonesia. Mereka adalah suku Minang, Garut, Madura dan Tionghoa. Di buku ini kami mengungkap kunci keberhasilan mereka yang bertahan lintas generasi, berdampingan dengan barber muda yang mencoba bertahan di tengah kuatnya persaingan antar barber modern saat ini“, paparnya selaku sebagai Director Chief Company.
Lewat buku ini pula, kakak beradik ini yakin bahwa yang membuat bisnis pangkas rambut dapat terus bertahan sekian lama adalah karena menjaga nilai-nilai budaya.
“Buku ini merupakan langkah kecil Chief Company dalam memetakan perjalanan masa depan industri barbershop yang kami geluti saat ini. Kami berharap buku ini bisa menggambarkan kepada seluruh pelaku industri barber bukan hanya dari sisi bisnis tetapi nilai budaya dan tradisi pangkas rambut di Indonesia”, pungkas Oky.
Apakah bung pensaran tentang rekam jejak dunia tata rambut yang ada di Indonesia?
