Melihat pesepakbola berkualitas diselingi skill tinggi berlaga di kancah kompetisi liga, namun tak berkostum tim nasional adalah sebuah anomali yang membingungkan untuk dikaji. Tak perlu ribet untuk mencari, Bung pun pasti bisa banyak menemukan pesepakbola tersebut. Apalagi bagi Bung yang termasuk gila bola. Sontak Bung bakal bicara, “Kok bisa-bisanya dia tidak dipanggil timnas?”
Sebenarnya, tak ada salahnya apabila ia dipanggil guna merangkum atau meracik strategi baru. Lagi pula, pemain yang berkualitas, apa lagi yang ditempa di liga-liga bergengsi macam di Eropa, otomatis mempunyai bekal yang baik soal permainan di lapangan.Salah satu anomali dari permainan yang berkualitas adalah Roberto Firmino. Performanya yang baik kala bersama Liverpool, tak membuatnya mendapat kepercayaan untuk dimainkan di lini depan Brasil di Piala Dunia 2018 lalu. Sang pelatih lebih mempercayakan Gabriel Jesus dan Neymar untuk membobol gawang lawan.
Meski begitu, nampaknya bukan hanya Roberto Firmino saja yang mengalami nasib ngenes, sebab masih ada pemain-pemain sepak bola lainnya yang mengalami nasib serupa. Apakah Bung bisa menebaknya?
Sang Penjaga Mistar yang Tak Tergantikan di Bayer Leverkusen
Memang sulit untuk menggantikan Manuel Neuer di Jerman. Kiper kawakan tersebut telah merebut kepercayaan sang pelatih, Joachim Low. Imbasnya pun dirasakan oleh Bernd Leno, kiper yang berkualitas selama Liga Jerman dan tak tergantikan di mistar Bayer Leverkusen. Kepiawaiannya di liga, tak serta-merta membuat Joachim Low percaya padanya. Saat Neuer cedera pun, Leno tetap berada di bangku cadangan. Lantaran pelapis Neuer pun masih ada Ter Stegen dan Kevin Trapp yang lebih dipercaya.
Menggeser Gary Cahill di Chelsea, Tidak Membuat Dirinya Bertaji di Timnas Secara Inti
Gary Cahill merupakan pemain bertahan dengan jam terbang tinggi. Tetapi umur tak bisa dibohongi, mungkin itu alasan kuat munculnya pemain muda bernama Antonio Rudiger yang menjelma sebagai bek tangguh. Di musim perdananya tersebut ia menjalaninya cukup baik di Chlesea dan berhasil menggeser sang senior (dibaca: Gary Cahill) untuk lebih nyaman berada di bangku cadangan.
Aroma harum mengarah kepada Rudiger, apalagi saat Jerman pentas di Piala Dunia 2018. Seakan-akan dirinya bakal menjalani tugas di pagelaran empat tahunan tersebut. Ternyata kenyataan berbanding terbalik, ia tetap tak jadi pilihan Joachim Loew. Karena di mata sang pelatih ia masih kalah dibanding Mats Hummels dan Jerome Boateng.
‘Pembunuh’ Muda dari Tanah Belgia
Nama Michy Batshuayi mungkin tak banyak dikenal orang. Pemain berusia 25 tahun ini mencuri perhatian saat dirinya memperkuat klub Ligue 1 Prancis, Olympique Marseille di tahun 2014 sampai 2016. Torehan golnya cukup membuat Chelsea tergoda, lantaran wonderkid ini mencetak 26 gol dari 62 penampilan. Sayang dua musim bersama Chelsea kurang membuat dirinya bersinar hingga ia dipinjamkan ke Borussia Dortmund.
Performanya pun mulai naik, dengan torehan delapan gol dari 11 pertandingan. Membuat Chelsea semakin percaya diri dengan pemain yang dipinjamkan untuk mendatangkan kembali. Namun Belgia belum membutuhkan bakatnya, Romelu Lukaku masih menjadi andalan bagi sang pelatih, Roberto Martinez, dibanding Batshuayi.
Beda Nasib Antara di Klub dan di Negaranya
Namanya mencuat di permukaan setelah ia bermain di Palermo. Predikatnya sebagai pemain berkualitas pun terbukti setelah ia resmi berseragam Juventus, dan menjadi pemain andalan Massimiliano Allegri musim ini. Siapa lagi kalau bukan Paulo Dybala. Di musim ini Dybala telah mencetak 21 gol serta 3 assist dalam 35 laga yang telah di mainkan.
Sebagai pemain Argentina, tentu saja Lionel Messi menjadi bahan perbandingan dengan dirinya. Kalah? Sudah jelaslah Bung, nampaknya hal itulah yang membuat Dybala sulit bersaing masuk di timnas Argentina. Laga uji coba menghadapi Italia dan Spanyol pun tak membuat Jorge Sampaoli memanggil dirinya. Mungkin harus menunggu hingga Messi kehilangan sentuhannya, baru Dybala bakal bersinar di Argentina.
Produktif di Serie-A Tak Membuat Dirinya Lantas Dipanggil Membela Panji Argentina
Kualitas Mauro Icardi sebgai penjebol gawang lawan sudah terbukti lewat torehan 27 gol di musim ini. Membuat dirinya menempati posisi kedua top skor Serie A dibawah Ciro Immobile yang mencetak 29 gol. Dengan dirinya yang berada di posisi kedua. tak berarti ia masih jauh dari standar striker handal, ‘kan? Pasti Bung setuju akan hal itu. Namun, Jorge Sampaoli bergeming dan tak memasukan namanya ke skuat Argentina. Apalagi kesempatannya untuk dimainkan pun jarang didapatkan sehingga ia hanya menjadi penonton namun dari bangku cadangan.
