Menyatukan dua kepala, dua insan dalam satu rumah tangga memang bukan hal mudah. Meskipun begitu, bukan berarti bung bersikap dengan menghindari pernikahan, tetapi hadapilah. Toh sulit atau rumitnya pernikahan juga memiliki keuntungan, yang tak perlu lagi dijabarkan.
Dalam pernikahan tersedia beberapa fase untuk memajukan kualitas hubungan. Dengan kata lain, fase-fase tersebut adalah ujian yang sedang mengasah kebersamaan. Karena kalau bung dan nona berhasil melewati secara kualitas hubungan kalian telah teruji.
Senada dengan kami, Bright Side juga mengatakan jika bung tidak perlu takut akan krisis pernikahan. Hal utama yang harus dilakukan kepala rumah tangga adalah tidak lelah untuk mencari cara dalam mengatasi kesulitan. Terlebih kalau usia pernikahan telah berjalan selama 10 tahun.
Sebuah penelitian baru-baru ini mengatakan kalau 10 tahun adalah ambang sulit dalam pernikahan. Hal ini didasari dari sebuah riset yang melibatkan 2.000 wanita di AS. Mayoritas mereka mengatakan tahun ke-11 adalah masa yang sulit. Beragam kesulitan dan cobaan bakal tersaji di usia ke-10 sebuah pernikahan. Untuk itu kami jabarkan masalah-masalah umum yang biasa ditemui saat hubungan sakral terjalin lebih dari satu dekade.
Bertambahnya Usia Semakin Lupa Bagaimana Bercanda Antara Bung dan Nona
Hidup semakin lama dijalani semakin serius, ada banyak hal yang membuat kita jadi lupa bagaimana cara bercanda dan bersenang-senang. Kita kehilangan selera humor untuk dibagikan kepada pasangan. Hubungan berjalan begitu garing tanpa ada hal-hal yang membuat bung dan nona tertawa. Bahkan hal yang tadinya dapat ditertawakan secara bersama-sama, sekarang malah tidak bisa lagi diakses untuk bahan canda.
Guna mengatasi hal ini, janganlah terlalu serius dalam menjalani hidup. Bangunlah topik ringan atau hal receh. Tawa nona yang bung rindukan setelah sekian lama mungkin akan kembali bergelora. Jadikan hal-hal konyol tersebut sebagai hal yang membawa warna baru dalam hubungan.
Kesabaran Menghilang, Dulu Toleransi Kini Tidak Lagi
Proses saling mengerti satu sama lain tidak lagi terjalin. Saat nona melakukan kesalahan, dahulu bung bisa memaklumi dan memahami. Tidak ada teguran yang berlebihan, dari lisan pun keluar kata-kata untuk sekedar mengingatkan. Seiring berjalannya waktu semuanya telah berubah. Bung menjadi pribadi yang tidak sabar, saat nona salah bung tidak lagi bisa memaklumi namun cenderung untuk memaki.
Suasana yang dulu harmonis sekarang berubah kritis. Tadinya hari-hari penuh canda dan tawa kini cenderung kaku. Apabila hal semacam ini terjadi, cobalah pikirkan sejenak tentang awal pernikahan kalian. Di mana hubungan dibangun atas dasar cinta dan kesiapan berumah tangga. Bung dan nona berada dalam satu tim yang sama. Saling support sampai saling berbagi cara bahagia. Otomatis toleransi tersebut akan muncul kembali.
Tidak Terasa Ada Hubungan yang Hidup Dalam Pernikahan
Memilukan dari hubungan yang tidak dapat terjalin. Semuanya lebih kepada urusan masing-masing. Bung dengan nona yang tadinya satu, kita sudah tak lagi menyatu. Nona sibuk dengan pekerjaan dan rumah tangga, sedangkan bung mulai lupa dengan anak dan berkonsentrasi dengan karir.
Ketika menjalani hidup yang menghabiskan waktu bertahun-tahun memang wajar akan ada fase semacam ini. Untuk menjaga nafas hubungan tetap ada, ingatlah niat kalian untuk bersama seperti menjaga hubungan tetap kuat dan harmonis. Lakukan kebiasaan kecil yang dulu membuat kalian tetap terikat. Bertukar pikiran, makan bersama, menghabiskan akhir pekan dengan jalan-jalan, dapat menjadi penawar rasa hambar dalam hubungan pernikahan.
Sampai Berfikiran, Cita-cita Harus Hilang Harapan Karena Pernikahan
Sebelum menikah bung memiliki cita-cita untuk mempunyai mobil mewah atau mengelilingi Asia Tenggara. Cita-cita itu terus bung pegang, dan berharap dapat diwujudkan. Saat menikah semua prioritas pun bergeser ke arah keluarga, cita-cita itu perlahan musnah karena semuanya bertuju kepada pasangan dan juga anak tentunya.
Bung pun mulai berpikiran bahwa menikah menghalangi segalanya. Padahal tidak semestinya bung berpikir semacam itu di kondisi seperti ini, fase 10 tahun dalam pernikahan tidak membuat pasangan ditempatkan sebagai beban. Justru demi kedewasaan dalam memang kehidupan mengharuskan bung memilih kepenting bersama dari pada pribadi.
Kadar Bercinta pun Mulai Tidak Terencana, Sampai Hasratnya Telah Tiada
Menikah selama sepuluh tahun akan memudarkan kehidupan seks dengan pasangan. Sejumlah alasan pun diterima masuk akal, kesehatan fisik dan mental, masalah anak, efek samping obat-obatan sampai stres bahkan masalah tidur. Apakah hal ini salah? tentunya iya, harus ada diskusi antar bung dengan si nona terkait persoalan seksual.
Komitmen untuk membangkitkan kembali gairah seksual, terlebih bagi pasangan yang sudah bertahun-tahun tidak lagi bersentuhan. Saat bersentuhan otomatis akan terasa canggung pada awalanya. Tetapi ini dapat diatasi lewat obrolan dari hati ke hati soal masalah seksual.
Mengatasi krisis dalam hubungan seperti tahun ke-10 pernikahan menjadi masalah yang dialami setiap pasangan. Menurut ahli terapi keluarga semacam Dana Fillmore dan Amy Barnhart menyertakan humor dalam hubungan akan menambah keceriaan dalam pernikahan. Karena kalian dihaurskan untuk sering tertawa bersama. Jika periode waktu dapat diatasi, maka kepuasan hubungan akan meningkat selama 20 tahun ke depan.
