Beberapa istilah yang menandakan kode memang sudah sering nona tunjukkan, tapi bukan berarti kami tak sayang dan ingin segera melamar. Sebab sejatinya ada berbagai macam prahara yang patut untuk dipertimbangkan.
Nona jangan buru-buru melongos karena merasa tak terima, hal ini dikatakan bukan tanpa alasan. Bung boleh saja risau, takut kalau-kalau pujaan hati akan berpindah pada laki-laki lain. Maka demi menghindari hal itu terjadi, cobalah bantu ia untuk mengerti. Sampaikan pada dirinya, jika bung punya alasan logis untuk menunda (sementara waktu) urusan menikah.
Tak Sebatas Ijab Kabul Semata, Kita Tentu Butuh Materi Untuk Menggelar Pesta
Tanpa harus dijelaskan, harusnya sang nona sudah paham paham. Melangsungkan penikahan bukanlah sesuatu yang bisa kita anggap remeh. Sebab selain proses sakral yang memang bukanlah sebuah permainan, ada materi yang juga perlu dipersiapkan.
Meski katanya menikah adalah perkara kata sah dimata agama dan negara, agaknya kurang pas juga jika tak menggelar pesta. Dan nona pun, agaknya tak akan mau jika begitu.
Dan tak hanya perihal biaya pesta saja, ada perintilan lain yang juga bung harus siapkan tentunya. Katakanlah entah itu mahar untuk si dia, cincin kawin, seserahan hingga biaya lain yang sudah pasti tak sedikit. Bersabarlah nona, lelaki mu ini juga sedang berusaha.
Agar Tidak Membebani Orang Tua, Barangkali Bung Sedang Mengumpulkan Dananya
Tak ingin jadi tanggung jawab orang tua, sudah saatnya kita memang harus mandiri. Suatu waktu pada momen tertentu, cobalah bung ajak si Nona bicara empat mata. Jelaskan padanya jika saat ini bung masih berusaha. Memenuhi pundi-pundi rupiah agar segera mensahkan hubungan dengannya.
Jangan khawatir ia akan marah, sebab perempuan yang memang tulus cinta bung, tentu akan memahami usaha yang sedang bung kerjakan. Bukan malah menuntut buru-buru dilamar.
Masih Ada Cita-cita yang Ingin Dijadikan Nyata, Untuk Hidup Bahagia Bersama si Nona Nantinya
Karir dan gambaran hidup mapan dengan kebutuhan yang tercukupkan tentulah impian semua orang. Dan itu pula yang bung inginkan. Barangkali masih ada janji pada diri sendiri, perihal keinginan yang ingin dicari hingga mimpi lain yang belum terpenuhi.
Saat ini bung mungkin masih ingin fokus pada upaya dalam penitian karir. Sebab ini akan jadi modal bila nanti akan datang melamar ke rumah sang nona. Agar tak dinilai sedang berkelit lidah, bung bisa jelaskan bagaimana duduk masalahnya.
Tentang usaha apa yang masih ingin dijadikan nyata hingga mimpi apa saja yang akan dilakukan sebelum nanti akan menikah.
Bukan sedang berpikir bahwa menikah akan menghalangi semua mimpi, namun jika bisa dijadikan menjadi nyata sebelum menikah, lantas kenapa harus ditunda?
Lagipula Menikah Tak Semudah Membalikkan Telapak Tangan, Kehidupan Setelahnya Pun Patut Untuk Dipersiapkan
Dengan menikah semuanya lantas selesai, tentu tidak bung!
Justru ini akan jadi babak baru dengan medan yang lebih terjal lagi. Cerita baru dengan status yang berbeda akan terasa bahagia, namun akan ada pula cobaannya. Jika masih tak percaya, bung boleh berkaca pada teman yang lebih dulu melakoninya.
Bandingkan bagaimana kehidupan setelah menikah, antara mereka yang memang berencana dengan matang dengan yang melenggang tanpa perencanaan. Tentulah berbeda.
Laki-laki mana yang tak ingin membuat sang istrinya nanti bahagia, untuk itu katakan pada si nona jika bung sedang mempersiapkan kehidupan layak untuknya.
Bukan Mengulur-ngulur Waktu, Jika Memang Benar-benar Sudah Ingin Ajaklah Si Nona Untuk Berupaya Bersama
Dibalik sikap menghindar yang kerap kita tunjukkan, tentu ada keinginan yang sama dengan yang si nona katakan. Ya, kita pun tentu ingin segera menikahinya.
Maka agar semakin segera, bung boleh mencoba untuk berkompromi dengannya. Menawarkan kerja sama untuk semua persiapan, sebelum nanti akan melangsungkan pernikahan. Sebab jika memang berjodoh dengannya, tentu semua akan dilancarkan.
