Mudik atau istilahnya balik kampung, menjadi tradisi wajib yang sudah membudaya di Indonesia. Tetapi ada saja orang yang tak bisa melakukannya karena pekerjaan yang tak dapat ditinggalkan. Bermaaf-maafan di kampung halaman, bertemu orangtua dan sanak saudara hanyalah sebuah asa yang tak dapat dicapai. Meskipun hati terus merindukan dengan mengucap nama tempat kelahiran, tetapi tanggung jawab akan profesi menjadi hal yang terdepan.
Ketika ratusan ribu orang rela berdesak-desakan, mengeluarkan banyak uang bahkan sampai tenaga demi kembali ke tempat mereka dibesarkan, atau tempat untuk mereka dapat melihat kembali orangtua yang sekarang terpisah antar kota, dedikasi mereka yang tetap bekerja saat libur lebaran jelas pantas diacungi jempol. Meskipun orang-orang di sekitarnya, bahkan di kampungnya tengah menikmati santapan dan saling mengunjungi rumah tetangga, mereka tetap bekerja tanpa terdistraksi nuansa maupun suasana lebaran yang dirindukan banyak orang.
Petugas Medis Tak Bisa Meninggalkan Pasien Begitu Saja
Orang yang sakit akan selalu ada, tak kenal ada istilah libur bagi mereka yang sakit. Petugas medis harus bersedia untuk menjaga mereka yang sedang tidak sehat kondisinya. Oleh karena itu, untuk pulang ke kampung halaman bagi petugas medis adalah hal yang fana. Bahkan, kalau mendapat jatah piket membuat mereka tak dapat libur, meskipun tak mudik ke kampung halaman.
Polisi Lalu Lintas Mesti Jaga di Setiap Lintasan Mudik yang Tersedia
Kerjaan yang tak bisa ditinggalkan meskipun keinginan untuk mudik tak pernah absen ialah polisi lalu lintas. Tak hanya ditempatkan di kota-kota besar saja, yang sedang mempersiapkan kepergiannya ke kampung halaman dengan kendaraan pribadi, namun ada juga yang ditempatkan di beberapa titik arus mudik lho, Bung. Sehingga berlebaran dengan keluarga di rumah saja sukar untuk terjadi. Apalagi untuk balik ke tanah kelahiran sendiri.
Memastikan Kereta Lewat Adalah Tanggung Jawab yang Dipegang Erat
Apalagi Bung kalau bukan petugas palang pintu kereta api, petugas yang satu ini memiliki tanggung jawab untuk memastikan kereta lewat dengan aman tanpa terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Sehingga dedikasinya pun amat penting bagi masyarakat. Terkait lebaran, kereta pun sedang sibuk-sibuknya mengantarkan banyak orang yang ingin pulang. Sehingga sulit untuk dapat libur di hari yang ketat seperti lebaran.
Tenaga Mereka Dibutuhkan Untuk Menjaga Kebersihan, Apalagi Setelah Malam Takbiran
Tenaga mereka sangat penting untuk menjaga kebersihan, apalagi malam takbiran di kota seperti DKI Jakarta, biasanya sampah mengalami penumpukan yang terbilang banyak jumlahnya. Untuk menangani itu, siapa lagi kalau bukan petugas kebersihan.
Kebersihan kota tercinta menjadi salah satu hal penting yang mereka jaga, lantaran kotornya kota mungkin menjadi cerminan masyarakatnya. Namun, mereka juga merasa kalau hal itu menjadi tanggung jawabnya. Makanya Bung, jaga kebersihan! Apa tidak tega, melihat kota penuh sampah sementara petugas kebersihan yang bekerja membersihkan sisanya, bahkan di hari raya seperti Lebaran.
Penghubung Mereka yang Terpisah Antar Kota
Supir bus menjadi profesi yang paling merasakan nuansa lebaran. Mulai dari peliknya macet arus mudik, berlebaran di jalan, tak merasakan santap ketupat dengan orang yang disayang, apalagi balik ke kampung halaman dengan landasan libur lebaran. Mustahil, Bung!
Moda transportasi seperti bus masih menjadi opsi yang memungkinkan untuk masyarakat kelas menengah guna balik ke kampung tercinta. Selain biaya terjangkau, kenyamanan juga terjaga. Jadi sulit rasanya bagi supir bus untuk menikmati liburan terkecuali ia sudah tak bekerja mengemudikannya lagi.
Jadi bersyukurlah bagi Bung yang bisa mudik atau mendapatkan libur lebaran. Karena banyak dari mereka yang masih berjibaku dengan tugas, memiliki tanggung jawab bahkan dedikasi tinggi terhadap pelayanan untuk masyarakat, agar kita bisa mendapatkan suasana lebaran dengan layak.
