Banyak sobat Yomamen yang mempertanyakan niatan kami ketika menyatakan ingin hadir di konser 40 Tahun Erros Djarot pada 14 Februari 2014 yang lalu. Siapa Erros Djarot? Apa tidak ketuaan? Seperti apa musiknya? Demikian pertanyaan yang menghujani.
Sejatinya pertanyaan-pertanyaan macam inilah yang dijawab lewat Konser 40 Tahun Erros Djarot. Malam itu sosok pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950 itu digambarkan secara lengkap. Dan kami pun berkesimpulan, beginilah perjalanan hidup seorang laki-laki yang seharusnya. Banyak hal yang telah dilakukan dan fokusnya menyebar ke segala sendi kehidupan. Setiap orang bisa menginterpretasikan kehidupan Erros dengan berbeda.
Ada lima sendi kehidupan adik kandung Slamet Rahardjo ini, yang diceritakan pada konser tersebut. Perjalanan hidupnya dibagi menjadi segmen Sang Penata Musik, Sang Sutradara, Sang Redaktur, Sang Politisi dan Sang Musisi. Semua dirangkum dalam cerita apik yang ditulis Mira Lesmana. Kemudian Jay Subiakto dilibatkan untuk menata desain artistik masing-masing adegan. Sementara musik megah dipercayakan kepada Erwin Gutawa.
Segmen Erros Sang Penata Musik dibuka oleh Once yang membawakan lagu Penghuni Malam. Kemudian Marcel menyusul membawakan lirik lagu Bisikku dan Si Kembang Mawar dinyanyikan oleh Woro. Belakangan Eva Celia muncul dengan lagu Semusim yang bernuansa jazz fusion. Segmen Erros Sang Penata Musik diakhiri Bunga Citra Lestari lewat lagu Baju Pengantin.
Di segmen ini kita sudah disajikan kejeniusan seorang Erros dalam bermusik. Ia mampu menghadirkan nuansa “nakal” seperti pada lagu si kembang mawar. Namun ia bisa menjelma romantis pada lagu semusim dan baju pengantin.
Konser 40 Tahun Erros Djarot di segmen kedua mengenalkan kita pada peran lainnya sebagai Sang Sutradara. Film Njoet Nyak Dien diekspose total pada segmen ini. Sajian spektakuler diberikan Erwin Gutawa yang mengiringi film yang diputar di layar besar dengan orkestranya secara live. Tak berhenti di situ, karena di akhir segmen, panggung yang disetting miring tiba-tiba terbuka lebar. Di dalamnya sudah ada band The S.I.G.I.T. yang kemudian melontarkan lagu Moral dan Kembalikan Masa Depanku. Penonton pun menggila.
Di segmen ini pula kita mengetahui kegigihan Erros sebagai sutradara yang diceritakan oleh Christine Hakim di atas panggung. Film fenomenal Njoet Nyak Dien yang mendapatkan banyak penghargaan dan jadi tonggak perfilman Indonesia itu, dibuat tak kurang dari 3 tahun. Sebuah dedikasi yang tak main-main, jika dibandingkan film Indonesia modern saat ini yang sering digagas kurang dari satu bulan.
Konser 40 Tahun Erros Djarot berlanjut ke segmen Sang Redaktur. Kali ini disajikan sisi yang lain lagi dari Erros Djarot. Kita tenggelam dalam kegarangan dan kritisnya suami dari Dewi ini. Ia lah tokoh yang pernah membuat tabloid Detik yang dibredel dan diberangus rezim penguasa pada saat itu karena dinilai terlalu kritis.
Kikan, Dendy Mikes dan musikal Laskar Pelangi tampil lewat drama musikal tentang pemberangusan kebebasan berbicara pada masa itu. Lagu-lagu Aku Wartawan Muda Indonesia, Berputar, Pemilu bla bla dan Jangan Menangis Indonesiaku dalam album bertajuk Detik yang dulu tak bisa diluncurkan ke masyarakat ikut dibawakan.
Setelah itu sang maestro Iwan Fals menutup segmen ini dengan dua lagu Yang Kita Inginkan Perubahan dan Tuhan Maafkan Dosa Kami. Penonton dibuat terpaku oleh lirik lagu dan ekspresi lepas Iwan Fals yang menceritakan detail bencana demi bencana yang menimpa Indonesia.
Segmen terakhir Sang Musisi bercerita seputar cinta dan romantisme. Penonton dibuat larut dan ikut bernyanyi. Meluncur hits Badai Pasti Berlalu, Serasa, Matahari,’Rindu, Merepih Alam, dan Pelangi, dan Merpati Putih.
Di tengah segmen muncul video Dewi sang istri yang menceritakan keromantisan lagu Selamat Jalan Kekasih. Ternyata lagu tersebut dibuat untuk menemaninya menyelesaikan studi S3 di prancis. Bertahun-tahun terpisah jarak, lagu dan lirik Selamat Jalan Kekasih itulah yang membuatnya kuat berada di negeri asing
Alexa dengan akustik menerjemahkan lagu tersebut dengan manis. Selain itu Alexa juga membawakan lagu Malam Pertama yang legendaris. Memaksa para penonton ikut menyitir syair yang dibawakan.
Sebagai klimaks Konser 40 Tahun Erros Djarot munculah penyanyi Berlian Hutauruk. Perempuan dengan nada suara klasik gospel itu tampil energik dengan kebayanya yang anggun. Lewat lagu Ketika Cinta Kehilangan Kata dan Badai Pasti Berlalu penonton dibuat berdiri dan memberikan tepuk tangan penghargaan tiada henti.
Inilah sosok laki-laki. Inilah Erros Djarot. Pribadi yang bisa menyajikan kegarangan kritis terhadap situasi sosial politik dengan sama seksinya ketika ia bercerita tentang Malam Pertama dan Gaun Pengantin.

Ahmed Tsar
February 18, 2014 at 9:41 am
Dari keempat tema yang jadi pembabakan pertunjukkan musik Erros Djarot, menunjukkan Errros Djarot benar-benar berporses untuk menjadi maestro multitalenta, saluut…
Bundabenua
February 21, 2014 at 6:57 pm
Konsernya pasti keren…dengan semua kerjaan dan karyanya Eros Jarot laki yang keren banget…